Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Mimi (2021): Antara Anak dan Orang Tua, Kasih Sayang atau Bisnis?

19 Juni 2022   14:49 Diperbarui: 19 Juni 2022   14:56 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film ini juga menyoroti anak-anak yang stateless/Netflix

Apakah hubungan orangtua dan anak murni kasih sayang, atau sebuah transaksi bisnis?

Persoalan hamil dan melahirkan adalah persoalan yang cukup sensitif di masyarakat. Umumnya pasangan suami-istri yang sudah menikah, ingin hamil dan melahirkan seorang anak. Tapi tidak semua keinginan tersebut bisa terwujud seperti apa yang mereka harapkan. Ada banyak faktor yang menyebabkannya, salah satunya adalah faktor medis.

---

Pasangan John dan Summer, bule Amerika sudah lama ingin memiliki anak. Namun mereka tidak bisa memiliki anak karena Summer divonis tidak bisa mengandung. Mereka pun bersepakat mencarikan ibu pengganti. Mereka membicarakan hal tersebut dengan santai. Mungkin kalau di masyarakat kita pembicaraan seperti ini akan sedikit menuai polemik/pertentangan.

Setelah melalui proses pencarian, mereka tertarik kepada Mimi (Kriti Sanon), seorang gadis yang berprofesi sebagai penari. John dan Summer melihat Mimi sebagai gadis muda, sehat, dan memiliki fisik terbaik untuk mengandung anak mereka nantinya.

Mimi sendiri punya cita-cita ingin pergi ke 'Bollywood' (pusat perfilman India) dan menjadi aktris film ternama. Namun ia tak memiliki cukup uang untuk pergi ke sana. Dengan imbalan 20 lakh rupee (setara 400 juta rupiah), Mimi akhirnya bersedia menerima tawaran John dan Summer.

Premis yang dihadirkan oleh film arahan Laxman Utekar ini sangatlah menarik. 

Persoalan sewa menyewa rahim dalam Mimi diumpamakan sebagai 'cocok tanam'. Rahim Mimi dianggap sebagai ladang untuk bercocok tanam, sementara benih dan pupuknya dari John. Namun, sang sutradara yang juga menulis naskah ditemani Rohan Shankar ini, membuat konflik Mimi lebih jauh dari itu, tidak hanya sebatas praktik jual beli.

Dari persoalan sewa menyewa rahim, Mimi melebarkan banyak lapisan konflik yang bisa membuat kita merenung tentang apa sebenarnya hakikat hubungan anak dan orangtua, apa sebatas transaksi bisnis atau memang ada kasih sayang di dalamnya?

Tentunya menjadi seorang ibu adalah anugerah terbesar bagi seorang perempuan karena hal ini hanya bisa dilakukan oleh perempuan. Sementara Mimi bisa dengan mudah memperjualbelikannya. 

Konflik ini juga ditunjang dengan latar keluarga Mimi sebagai penganut Islam yang taat. Gambaran latar keluarga Mimi cukup mewakili bagaimana masyarakat melihat apa yang Mimi lakukan dari kacamata keyakinan mereka.

Kehadiran teknologi terbarukan sebagai projek penanaman benih kepada rahim perempuan, juga menjadi salah satu bagian yang menarik dari Mimi. 

Sang sutradara cukup piawai membenturkan kehadiran teknologi dengan pemikiran sebagian karakter yang masih berpikir tradisional. Mereka masih berpikir jika seorang wanita mengandung/hamil, harus melalui persentuhan fisik sebagaimana hubungan suami istri. Tapi dengan teknologi yang maju lebih pesat, hal itu bisa diatasi.

Mimi sangat konsisten untuk tidak membuat mudah mengatasi pemikiran tradisional mereka. Karena pada faktanya, teknologi nggak bisa mengatasi dan membatasi pemikiran manusia. 

Akhirnya, untuk membuat mereka yang masih berpikir tradisional percaya, Mimi terpaksa berpura-pura menikah dengan Bhanu, lelaki yang mengenalkannya pada bule John dan Summer.

Intensitas konflik semakin meningkat, tatkala John dan Summer memilih pergi dan tidak peduli lagi akan perjanjiannya dengan Mimi. 

Dan tentu perlu saya puji akting Kriti Sanon yang melakukan penampilan gemilangnya, terutama ketika ia harus mengelola banyak adegan dramatik. Salah satunya ketika ia mulai jatuh cinta pada 'Raj', anak yang dilahirkannya hasil dari perjanjian dengan John. 

Di sinilah Mimi harus berjuang dan bertahan merawat anak itu. Berjuang menghadapi stigma masyarakat, dan juga harus mengubur mimpinya dalam-dalam.

Jika dibandingkan dengan salah satu karakter ibu di film Indonesia, karakter Mimi ini agak berseberangan dengan karakter ibunya Ali di film Ali & Ratu- Ratu Queens. 

Ibunya Ali memilih meninggalkan anak dan suaminya demi menggapai mimpinya di Amerika. Saya cukup kaget dengan karakterisasi ibunya Ali yang dibuat seakan nggak punya hati. Bahkan ketika di Amerika ia gagal meraih mimpinya, ibunya Ali malah memilih menikah dengan bule lokal dan memiliki kehidupan baru.

Mimi tidak demikian. Meskipun pasangan bule tersebut datang kembali ke kediaman Mimi untuk merebut Raj, Mimi tetap bertahan dan berusaha mempertahankan Raj. Meski sepenuhnya ia yakin kalau John adalah bapaknya. 

Mimi juga tidak berusaha untuk mencari siapa yang salah atas segala permasalahan yang terjadi. Tapi mereka lebih banyak berdialog menyelesaikan apa yang sudah menjadi keputusan di masa lalu.

Film yang juga dibintangi Pankaj Tripathi ini memberikan saya impresi, kalau ingin mengangkat tema tentang perempuan dan kemandiriannya, lakukanlah dengan cara-cara yang humanis dan kisah-kisah yang menyentuh. Bukan dengan rasa egois dan keras kepala seperti yang ditunjukkan Ali & Ratu-Ratu Queens.

Buat kamu yang sudah nonton Mimi, boleh lho berbagi pengalaman dan pendapatnya di kolom komentar!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun