Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tentang Tarawih, Amalan Baik yang Hanya Ada di Bulan Ramadan

6 April 2022   13:33 Diperbarui: 6 April 2022   13:36 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tarawih berjamaah/canva.com

Kadang saya bertanya-tanya, kenapa manusia bergembira ketika menyambut bulan Ramadan? Sejenak saya berpikir, jangan-jangan kita bergembira karena disadari atau tidak, manusia kembali ke hakikat penciptaannya di bulan Ramadan.

Bukankah dalam surat Az-Zariyat ayat 56, Allah SWT sudah berfirman "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku".

Ya, Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Di bulan Ramadan inilah, segala amal ibadah yang kita lakukan akan dilipatgandakan pahalanya. Saya sendiri merasa semangat beribadah itu sangat meningkat di bulan Ramadan.

Utamanya adalah ibadah-ibadah yang hanya ada di bulan Ramadan, penting untuk tidak dilewatkan. Salah satunya adalah ibadah salat tarawih.

Tentang tarawih

Tarawih sendiri adalah salat yang dilakukan pada malam hari selepas salat Isya. Saya akan cerita dulu pengalaman saya tarawih pas zaman-zaman menjadi mahasiswa.

Sewaktu saya kuliah, saya bersama teman-teman seperjuangan senang sekali melakukan safari tarawih. Setiap malam keliling dari satu masjid ke masjid yang lain. Dari masjid yang kecil di perkampungan hingga ke masjid-masjid besar yang ada di perkotaan. Intinya kami menetapkan aturan, selama Ramadan tidak boleh tarawih di masjid yang sama.

Dari safari tarawih ini, saya banyak mendapat pengalaman dan pelajaran yang seru nan juga menggelitik. Pernah ketika hari ketiga Ramadan, saya memutuskan tarawih di masjid milik komplek perusahaan penerbangan di Bandung. Dan, subhanallah, setiap kali tarawih di sini, sang imam menghabiskan bacaan Al-Quran sebanyak 1 juz. Totally, kalau kita rutin tarawih di masjid ini, sebulan kita bisa khatam Al-Quran minimal satu kali.

Selain tentang bacaan surat, yang menarik dari tarawih adalah speed bacaan imam. Ada yang membaca bacaan surat dengan perlahan ada yang juga yang membacanya dengan sangat cepat. Untuk cara baca yang kedua, saya sendiri jadi sulit mengikuti gerakan imam. Kadang baru saja bangun dari sujud baca Al-Fatihah, sang imam sudah rukuk lagi.

Jadi saya tim yang sedang-sedang saja. Bacaannya tidak terlalu panjang, dan juga kecepatannya sedang sehingga bacaan suratnya bisa didengarkan dengan seksama oleh makmum.

Jumlah rakaat salat tarawih

Pengalaman lain yang juga saya dapat adalah persoalan jumlah rakaat. Umumnya tarawih dilaksanakan dengan 11 atau 23 rakaat (sudah termasuk 3 rakaat salat witir). Selain jumlah rakaat, kombinasi rakaatnya pun berbeda-beda. Ada yang dua rakaat salam, ada juga yang empat rakaat baru salam.

Kalau dikombinasikan, terdapat empat pola salat tarawih yakni:

Pola 1: 2+2+2+2+3

Pola 2:4+4+3

Pola 3: 2+2+2+2+2+2+2+2+2+2+3

Pola 4: 4+4+4+4+3

Pola 1,2,dan 3 adalah pola yang sering saya temukan selama safari tarawih. Dan saya sendiri mengikuti semuanya. Saya selalu ingat ajaran guru saya dulu 'di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung'. Artinya jika saya tarawih di masjid yang jumlah rakaatnya 23, saya tetap mengikutinya sampai selesai.

Mungkin teman-teman sering melihat fenomena para jamaah yang meninggalkan masjid setelah rakaat ke-8? Bisa jadi mereka adalah tim tarawih 8 rakaat, dan melanjutkan witirnya di rumah.

Tapi tentunya, hal-hal seperti ini tidak perlu menjadi perdebatan yang tak pernah usai. Perbedaan urusan fiqih atau tata cara ibadah, adalah hal yang lumrah dalam beragama.

Nah, teman-teman sendiri kalau salat tarawih menggunakan pola yang mana nih?

Sendiri atau berjamaah?

Selain jumlah rakaat, tata cara pelaksanaan salat tarawih pun berbeda-beda. Para ulama memiliki perbedaan pendapat akan hal ini. Ada yang berpendapat lebih utama dilaksanakan berjamaah di masjid, ada juga yang berpendapat lebih utama dilakukan sendirian.

Pada prinsipnya, hukum salat tarawih ini adalah Sunnah. Yang artinya jika dilaksanakan akan mendapat pahala, tapi jika ditinggalkan pun tak apa-apa alias tak mendapat dosa.

Dua tahun pertama selama pandemi, relatif masjid -- masjid yang ada di sekitar tempat tinggal saya tidak melaksanakan tarawih berjamaah. Hal ini karena mengikuti aturan dari pemerintah sekaligus mendukung penyebaran covid-19 yang dikhawatirkan meluas.

Alhamdulillah, di tahun ini, tahun ketiga pandemi, masjid-masjid sudah diperbolehkan melaksanakan tarawih berjamaah meski tetap dilaksanakan dengan serangkaian protokol kesehatan yang ketat.

Dari pengalaman tarawih selama pandemi, jujur saja, saya lebih senang berjamaah di masjid. Bukan apa-apa, kalau sendiri itu, hawa malas seringkali muncul. Alhasil, kadang suka ada tarawih yang bolong.  

Nah, teman-teman sendiri, lebih senang tarawih sendiri atau berjamaah di masjid?

Sekian dulu sharing singkat saya mengenai salat tarawih. Teman-teman juga bisa berbagi pengalaman tarawihnya di kolom komentar ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun