Untuk mengatasi aneurisma yang diderita Dallas, RS PON melalukan tindakan coiling. Coiling sendiri merupakan tindakan memasukkan coil melalui akses pembuluh darah ke lokasi target, sehingga darah tidak lagi masuk ke dalam kantong aneurisma yang pecah tersebut.
Dengan tindakan ini, diharapkan Dallas tidak akan kembali mengalami pecah pembuluh darah. Kini Dallas dan istrinya bersyukur karena keadaan Dallas sudah kembali pulih.
Dari cerita Dallas, dokter Abrar menambahkan pentingnya melakukan brain check- up secara rutin. Hal ini dikarenakan umumnya penderita aneurisma tidak bergejala sebelum pembuluh darah pecah. Sehingga brain check-up ini bisa digunakan sebagai langkah mitigasi, agar aneurisma bisa segera diatasi sebelum pembuluh darahnya pecah.
Jika pembuluh darah terlanjur pecah, biasanya akan disertai gejala-gejala tertentu seperti gangguan penglihatan, mual dan muntah, kehilangan kesadaran, sulit berbicara, serta lumpuh atau kelemahan pada tungkai atau salah satu sisi tubuh.
Untuk itu diperlukan juga pemeriksaan penunjang sebelum betul-betul dilakukan tindakan kepada penderita aneurisma. Beberapa pemeriksaan penunjang tersebut di antaranya:
- MRI, untuk mendeteksi ada tidaknya aneurisma otak.
- CT scan, untuk memastikan ada tidaknya perdarahan di otak akibat pecah atau bocornya aneurisma otak.
- Angiografi otak, untuk memastikan ada tidaknya kelainan di pembuluh darah otak, termasuk mendeteksi aneurisma otak. Angiografi bisa dilakukan dengan CT scan (CTA) atau dengan MRI (MRA).
Dengan serangkaian proses yang sudah dijabarkan, tentunya teknik Flow Diverter punya beragam keunggulan terutama untuk pasiennya. Keunggulan teknologi ini adalah:
- Prosedur relatif cepat
- Pasca-tindakan tidak perlu perawatan ICU
- Mengurangi lamanya rawat inap
- Lebih nyaman untuk pasien
- Tidak ada luka sayatan
Pesan terakhir
Meskipun kita sudah tahu mengenai aneurisma dan cara pengobatannya, kita sama-sama berdoa dan tetap menjaga kesehatan ya. Beberapa faktor risiko yang bisa terkena aneurisma adalah hipertensi, usia > 40 tahun, perempuan, perokok, dan faktor genetik.
Ya secara umum demikian. Namun dokter Abrar dalam penutup webinarnya mengingatkan kalau aneurisma juga bisa terjadi pada usia muda. Ia menambahkan salah satu pemicunya adalah jarang gerak. Kita sama-sama tahu dengan zaman teknologi serba mudah, apapun bisa dilakukan dari rumah dengan bantuan aplikasi. Jadinya bergerak merupakan hal yang langka.
Sekali lagi, mari kita sama-sama jaga kesehatan dan tetap berdoa agar senantiasa sehat selalu. Aamiin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H