Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang aman di sekitar sekolah. Ketika komunitas di sekitar sekolah peduli terhadap kesejahteraan siswa, insiden seperti ini bisa dicegah. Pemerintah dan aparat penegak hukum juga harus memainkan peran penting dalam memastikan bahwa setiap tindakan kekerasan verbal mendapatkan penanganan yang tepat. Penegakan hukum yang tegas tidak hanya memberikan rasa keadilan bagi korban, tetapi juga menjadi pesan kuat bahwa perilaku seperti ini tidak akan ditoleransi.
Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk membangun budaya hormat dan empati. Kita harus menyadari bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang besar, baik untuk membangun maupun menghancurkan. Setiap tindakan, sekecil apa pun, memiliki dampak pada orang lain, terutama pada anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap pembentukan identitas.
Peristiwa di Surabaya ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga martabat manusia, terlepas dari usia atau status sosial mereka. Dalam masyarakat yang ideal, tidak ada ruang untuk kekerasan, baik verbal maupun fisik. Lingkungan pendidikan seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendukung bagi setiap siswa untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang percaya diri dan berdaya.
Oleh karena itu, kita perlu bersama-sama menciptakan ruang yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan, di mana setiap individu diperlakukan dengan hormat dan empati. Dengan komitmen kolektif ini, kita bisa mencegah insiden serupa terjadi di masa depan dan menciptakan generasi muda yang lebih kuat, baik secara emosional maupun intelektual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H