Tak pernah kurasakan kelembutan dan kehangatannya sebelum ini dan aku tidak pernah  sebahagia ini bersama orang yang sangat aku cintai.
 Berkali kali dia tersenyum dengan sangat manis hingga senyumnya hampir menghilangkan kesadaranku, oh tuhan betapa manisnya senyum bidadari surga ini.Betapa beruntungnya aku bisa menikmati paras wajahnya yang lebih berkilau daripada seratus berlian sekalipun.
Saat saat Sempurna di Tepi Laut
 Akhirnya sampai juga di tepi laut, inilah tempat yang membuatku sempat meneteskan air mata sebab sebelum aku pindah ke tengah kota aku hidup disini dan suasana laut yang teramat sangat tenang membuatku selalu rindu padanya.Kenanganku di tepi laut ini seakan tidak pernah luntur bersama berjalannya waktu.
 Dari kejauhan nampak kawanan ombak yang mulai menyapaku dengan lambaian tangannya, dari sudut tepi laut yang lain kulihatnya anak anak kecil yang tengah bermain bola dengan begitu riangnya sembari menunggu pamitnya matahari apa yang dilakukan anak anak itu mengingatkanku sewaktu aku masih kecil dulu. Â
 Dari atas sana burung burung pun mulai kembali pulang sambil mengeluarkan suara merdunya.Sungguh sebuah nostalgia yang sempurna.
 Angin sejuk yang berhembus menembus pori poriku benar benar membawaku melayang pada apa yang sedang kunikmati hari ini
 Betapa syahdunya senja kali ini sungguh aku belum pernah merasakan senja yang senikmat ini.Di tengah semua kesyahduan itu, tiba tiba saja dia datang menghampiriku dan berkata "apa yang kau lihat di ujung sana?" kujawab dengan pelan "Hanya ingin melihat pulangnya matahari."Â
"Kau tau tidak apa yang lebih indah selain terbenamnya matahari?" Tanyanya sembari tersenyum dan menunjuk matahari."
" Tidak, tidak ada yang lebih indah selain apa yang kulihat saat ini memangnya apa yang lebih indah?" Jawabku.
" Saat dimana bersatunya dua cahaya cinta."
" Cahaya cinta? cahaya apa yang sedang kau maksud?" Tanyaku dengan terkejut.