4. Oktober 2013, Medan: (Saling ejek karena klakson) Puluhan orang luka-luka.
5. Mei 2014, Binjai : (Rebutan Lapak) Dua (2) orang kristis, Delapan (8) Orang luka-luka
6. Februari 2015, Medan : (Saling tutup Spanduk) tidak ada korban luka
7. 4 April 2015, Medan : (Penyebab tidak diketahui) Belasan Anggota IPK dan PP Luka-luka.
Istilah “Preman” telah menjadi kosa kata sehari-hari dikalangan Masyarakat Kota Medan. Bahkan sejak lima puluh tahun yang silam aksi premanisme memang sudah hadir dalam kehidupan masyarakat ini sendiri. “Sahara Olo Panggabean” adalah sosok Preman Sumut yang amat sangat ditakuti. Pemuda kontroversial ini, diakui keberadaan sebagai gembong Preman Sumut hingga namanya cukup terkenal sampai kepelosok-pelosok desa. Kalau bisa dibilang; tukang becak, pengemis jalanan serta pemulung sekalipun tentu kenal betul dengan Olo Panggabean yang biasa dipanggil “Bang Olo” atau “Ketua”.
Bang Olo sang preman Sumut ini memulai karirnya sebagai Debt Collector disamping sebagai Anggota Pemuda Pancasila (PP). Perlahan namanya dikenal banyak orang sampai beliau dijadikan sebagai backing para pengusaha. Hingga pada tanggal 28 Agustus 1969, beliau bersama rekan-rekannya membentuk Organisasi Kepemudaan (OKP) yang bernama Ikatan Pemuda Karya (IPK). Dengan Organisasi tersebut Olo Panggabean membangun dinastinya. Sampai membuatnya mendapat sebutan “Kepala Preman”, dan “Raja Judi”.
Nostalgia lahirnya Preman di Kota Medan, menggiring kita untuk merenung sejenak. Ternyata hubungan Dua OKP tersebut memang sudah lama renggang. Hingga mereka mengklaim wilayah kekuasaanya. Jika salah lapak, Hajar..!!! Hehe. Macam zaman kerajaan saja.
Teori F.M Lawert tentang Premanisme
F.M Lawert, menjelaskan tentang Premanisme sebagai embrio kejahatan. Bahwa kejahatan yang disebut sebagai Preman lahir karena ada Tiga (3) Faktor:
1. Indivual Deviation, Penyimpangan timbul disebabkan oleh tekanan Psikis dari dalam diri seseorang.
2. Situasional Deviation, Sebagai Penympangan yang timbul karena hasil stress atau tekanan dari keadaan.