Mohon tunggu...
Aristyanto WW
Aristyanto WW Mohon Tunggu... Penulis - Think Tank

Think Tank

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Sandi, Tolong Sapih yang Besar dan Susui yang Kecil

23 Desember 2020   18:11 Diperbarui: 23 Desember 2020   18:33 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Wajib WNI lancar baca tulis bicara dan tahu arti bahasa asing,minimal bahasa Inggris. Hal ini bertujuan menunjukan keramahan Indonesia bukan karena murah senyum dan ringan tangan saja tapi bisa komunikasi yang baik dalam menerangkan potensi wisata dengan baik (tidak menggunakan bahasa tarzan)

- Membuat even lokal menjadi nasional dan internasional. Dengan undangan khusus ke pemimpin, pengusaha artis dunia, artis Indonesia dengan follower terbanyak. Siapkan paket tripnya. Biasanya orang terutama asing suka dengan yang kolosal, unik dan magis. Buat setiap even sebagai sarana memecahkan rekor dan melibatkan partisipasi VVIP. Contoh even tersebut al:

a. Digelar di Luar Negeri: Reog, Debus, Angklung, Kecak, Pampaga, Saman, Mekare-kare, Bambu Gila, Lomba Tradisional  (Egrang, Karung, Panjat Pinang, dll)

b. Digelar di Dalam Negeri : Mane'e, awr Warat, Ma'nene, Tau-tau,  Tiwah, Rambu Solo, Tatung, Ogoh-ogoh, Mesuryak, Ngaben, Kebo-keboan, Omed-omedan, dll

- Memindahkan even-even internasional yang penontonnya 80% asing untuk diadakan di Indonesia. Tiket sertakan paket tur yang eksotis tapi murah meriah

- Membuat film berkelas Hollywood. Film adalah salah satu cara memperkenalkan wisata dengan cepat dan tepat. Tepat disini harus melibatkan sutradara/artis/penulis besar dan kolosal dan berbahasa Inggris. Bukan mesti mereka yang peraih Oscar tapi yang penting filmnya selalu lbox office (Jurrasic Park, Gladiator, Indiana Jones, dll) dan harus berbahasa Inggris. 

Bukan berarti Indonesia tidak baik. Tapi kenyataannya film baguspun dari Indonesia ya begitu-begitu saja. Kalaupun disebut baik dunia, hanya menang dalam festival yang ditonton oleh juri yang senang dengan kerumitan. 

Bagi saya juri yang baik pada film adalah penonton yang ikhlas menonton tanpa harus digerakkan dengan tiket diskon/gratis. Tapi mereka yang penasaran rela antri dan mengeluarkan uangnya sendiri. Bagi saya juga film yang baik adalah film yang tidak bosan untuk ditonton atau diputar berulang-ulang setiap tahunnya. 

Film Laksamana Ceng Ho nya  Yusril dari cerita sangat membanggakan bernilai sejarah hubungan China, masuknya Islam dan indahnya Indonesia, tapi film itupun jadi biasa-biasa saja karena dibuat oleh Indonesia. Justru yang mengglobal malah film pendeknya Mas Wisnutama yaitu pembukaan Asian Games. 

Banyak orang asing menshare dan berdecak kagum dengan ide anti mainstream ketika Presiden Zigzag dan Terbang dengan motor. Meskipun ada ketidaksinkronan cahaya, yakni jaraknya dekat tidak membutuhkan waktu banyak untuk ke lokasi dan cahaya diluar terang benderang namun llstadion dengan atap terbuka gelap gulita. Tapi orang tidak peduli dengan teknis cahayanya, tapi kagum dengan keunikannya saja.

Saya berharap Pak Sandi bisa membuat film yang super hebat, yang dibiayai pemerintah dan sponsor. Sementara ini semua yang terlibat biarkan dari Hollywood, kita sementara cukup jadi asisten, menentukan judul/tema dan lokasi. Biarkan mereka melakukan riset untuk kostum hingga properti yang diimajinasikan. Kepentingan kita hanya satu 'Mengangkat Indonesia Melalui Film'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun