Mohon tunggu...
Aristyanto WW
Aristyanto WW Mohon Tunggu... Penulis - Think Tank

Think Tank

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Sandi, Tolong Sapih yang Besar dan Susui yang Kecil

23 Desember 2020   18:11 Diperbarui: 23 Desember 2020   18:33 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Obyek wisata seperti Bali, Borobudur, Toba, Komodo, Raja Ampat dan Kota Tua sudah besar, saatnya disapih. Kadang-kadang saja ditengok, diingatkan siapa tahu khilaf. Sekarang tinggal susuin adik-adiknya yang masih kecil. Kasihan yang masih kecil pingin segera bisa besar juga dan jadi kakak buat calon adik-adiknya terhambat karena kurang kasih sayang dan susu

Mulai sekarang setiap daerah (kecamatan) harus buat list tentang potensi wisata dan keunikan daerah berikut sentra ekonominya. Dari lis yang masuk, kementerian mulai dapat memolesnya dengan profesional modern dan efesien

#MENGINDONESIAKANINDONESIA

- Setiap orang wajib tahu, mengerti dan memiliki identitas etnis asalnya. misal wajib bisa bahasa daerah, bisa lagu/tari daerah asal etnisnya

- Setiap orang 1x seminggu wajib menggunakan baju adat etnis asalnya

- Lindungi obyek wisata dari jual beli tanah. Kalau terpaksa harus dijual, harus dijual ke negara dengan harga pasar bukan PBB. Tanah yang berhasil dibeli, diratakan bangunannya dan harus dihutankam kembali. Kantor-kantor pemerintah disatukan dalam satu gedung dan yang tidak terpakai juga harus dihutankan. Kekawatiran ini karena biasanya obyek wisata akan diikuti pertumbuhan properti. Dimana pertumbuhan properti akan diikuti turunnya kwalitas lingkungan. Misal: Orang ke Puncak karena sejuk dan ketenangannya, tapi kelak akan ditinggalkan karena telah panas dan terlalu ramai. Begitu juga Bali, Toba, Borobudur dsb dapat ditinggalkan karena sudah tidak seperti aslinya karena lingkungan yang sudah rusak. 

- Merubah pandangan 'bule adalah istimewa' karena banyak uang dan bisa memperbaiki keturunan. Pemikiran ini mendorong dunia hiburan dan kontes-kontes kecantikan banjir artis bule/indobule. Meskipun bule tersebut dinegeri asalnya bukan siapa-siapa, media dan dunia hiburan tak peduli dengan kompetensi mereka lagi. Yang penting bule-bule tersebut jadi tambang uang. Yang parah, untuk mendapatkan apa yang diinginkan, ditempat hiburan atau wisata banyak yang menggadaikan moral berprostitusi dengan bule. 

Saya heran, apakah tidak ada wanita asli Indonesia baik suku asli atau silang antar suku asli Indonesia yang cantik?. Sehingga judul evennya Indonesia, tapi pesertanya bule/indobule. Misal peserta dari timur yang memang diberikan anugrah Tuhan berkulit hitam dan berambut keriting bisa diwakili bule/indobule? Apa penyelenggara kontes di Indonesia tidak percaya diri seperti penyelenggara kontes kecantikan dunia yang  peserta atau pemenangnya bisa berkulit hitam berambut keriting asli sesuai asalnya?

- Selain mengexplore potensi wisata setiap kecamatan. Kementerian Pariwisata dapat mendorong jenis wisata yang baru untuk di Indonesia. Misalnya kerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk membuka spot "Cabinvan". Dengan digarapnya wisata cabinvan dapat mendorong industri otomotif dan modifikasi turut berpartisipasi.

#MENGINTERNASIONALKANINDONESIA

- Wajib WNI yang akan keluar negeri terutama yang akan tinggal lama untuk mempromosikan Indonesia. Mulai berpakaian ala Indonesia sampai membagikan brosur dan souvenir tentang Indonesia. Sudah tentu paket brosur dan souvenir disediakan pemerintah. Kwalitas brosur harus bagus baik desain, kertas maupun konten. Konten brosur selain standar 'Indonesia memiliki 17.504 pulau, 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, 1.304 suku, 718 bahasa yang memiliki keunikan masing-masing", harus dilengkapi kalender resume even

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun