Mohon tunggu...
Aristyanto WW
Aristyanto WW Mohon Tunggu... Penulis - Think Tank

Think Tank

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Surat Terbuka untuk Mas Menteri Nadiem dalam Rangka Hari Pendidikan Nasional

1 Juni 2020   19:42 Diperbarui: 1 Juni 2020   19:42 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya terkejut, ternyata sumbangan pemikiran ini belum terkirim. Harusnya ini terposting di Kompasiana tanggal 2 Mei 2020. Jebulnya semprul lali enter haha. Dan keterusan saya nulis menyiapkan Direktori dan Biografi

#KembalikanPelajaranP4 #KembalikanPelajaranPrakarya #KembalikanPelajaranBudipekerti #KembalikanPelajaranDaerah #KembalikanUjianNasional

Saya dulu bersama masyarakat menaruh harapan tinggi kepada #MasMenteriNadiem. Banyak kelebihan yang kita harapkan. Usia Brondong, diharapkan dapat mengerti apa yang dikehendaki kalangan milenial. Tajir Melintir, diharapkan Jabatan untuk Legacy bukan Jabatan untuk Korupsi. Jebolan Amrik, diharapkan membawa pengaruh profesionalisme dan efesiensi. Namun sampai sekarang #MasMenteriNadiem belum terlihat betul terobosannya, tidak selincah ojolnya.

Saya orang biasa, suka baca apa saja. Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional saya punya beberapa usulan yang saya branding dengan seri  #MengindonesiakanIndonesia #MenginternasionalkanIndonesia. Semoga jodoh ya, dan saya dapat pialanya haha.

#KembalikanPelajaranP4

Terlepas dari warisan 'Soeharto', perlu dipikirkan lagi pelajaran yang nasionalisme. Kita tidak perlu alergi dengan rezim-rezim terdahulu. Ajarkan ke masyarakat setiap rezim tidak bisa disbanding-bandingan dalam situasi dan keadaan yang berbeda. Setiap rezim pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Jangan karena beda pandangan politik, yang baikpun tidak dilanjutkan. Kata Pak'e Tole 'Nang, sing apik terusno, sing elek tinggalo'

Saat ini perlu dikembalikan lagi pelajaran tentang nasionalisme. Tidak sadarkah, kalau kita yang dulu rukun penuh gotong royong dan mengedepankan kesantunan sudah pudar?. Tidak sadarkah , secara perlahan ada infiltrasi budaya Arab di Indonesia? Dari cara berpakaian hingga selipan kata-kata baru dalam keseharian yang dulu tidak lazim digunakan. Seperti ukhti, akwat, ane, syukron, dll? Dan dengan halus ingin menyelipkan faham kilafah?

Untuk itu pelajaran sejenis 36 Butir-butir P4, Wawasan Nusantara, Pendidikan Moral Pancasila dan sejenisnya sangat relevan untuk dikembalikan. Dari mulai masalah bendera seperti tradisi upacara bendera, cium bendera secara berkala tanda kesetiaan ke NKRI, memasang enedera pada hari-hari nasional hingga menyanyi lagi wajib nasional. Sepele? Kenyataanya banyak kelompok atau individu tidak mau mengadakan upacara bendera kan?

#KembalikanPelajaranPrakarya

Dahulu setiap Sabtu adalah hari yang ditunggu. Karena hari itu adsalah hari eskul. Ada eskul wajib seperti Pramuka dan eskul minat. Setelah eskul wajib selesai, semua pindah ke eskul minat masing-masing. Eskulnya sederhana. Yang cewek belajar PKK (menjahit, memasak, menyeterika). Yang cowok belajar Prakarya sperti membuat sapu, kemoceng, keset, mainan/kriya daur ulang, dll. Yang suka minat khusus, seperti olahraga, music, bahasa, melukis juga ada. Menjelang pulang, apa  yang dibuat (masak) dirasakan bersama, sambil mendengarkan tausiah agama dari Rohis.

Manfaatnya, bagi yang kelak tidak ada kemampuan meneruskan kuliah, bisa kecil-kecilan menjadi wirausaha. Bagi yang bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri atau yang kos yang biasa menggunakan Asisten rymah tangga bisa mandiri.

#KembalikanPelajaranBudipekerti

Dulu pelajarn budi pekerti biasadiselipkan pada pelajaran PMP, Bahasa dan Agama. Kita diajarkan kebiasaan-kebiasdaan timur yang baik. Seperti, mudah ucapkan terima kasih atau maaf. Selalu menggunakan tangan kanan. Membiasakan mengawali dengan Bismilah dan mengakhiri dengan Alhamdulilah. Bicara dengan intonasi yang baik ke orang yang lebih tua dan biasakan memanggil sebutan (Bapak, Ibu, Kakak, dst diikuti nma). Makan tidak berisik, tidak bicara, sendok garpu piring beradu, dll.

#KembalikanPelajaranDaerah

Untuk menjaga keragaman kebinekaan agar tidak luntur bahkan punah. Wajibkan satu hari dalam satu minggu diisi konten daerah / internasional.

Sebagai orang Indonesia, harus wajib mengenal dan menjaga keIndonesiaanya, dengan mengenal dan mempertahankan Bahasa, Budaya seperti Seni, Tari, Lagu, Mainan, Pakaian, Kuliner daerahnya masing-masing.  Misal, Terlahir dari suku Jawa wajib bisa Bahasa Jawa (Kromo Inggil), tulis/baca Huruf Jawa (Hanacaraka), berpakaian adat Jawa (Beskap), bisa memainkan Alat Musik Jawa (gamelan), bisa menyanyi (Nembang) dan menari . Begitu juga berlaku buat suku lainnya. Alangkah indahnya hari itu, sekolah-sekolah kita sesuai harapan Taman Siswa Ki Hajar Dewantara.

Sebagai bagian Dunia, harus wajib bisa baca tulis 6 bahasa internasional resmi PBB Inggris, Prancis, Cina, Rusia, Spanyol dan Arab. FYI, Dewan Keamanan PBB menggunakan dokumen dan bahasa kerja hanya dibuat 2 bahasa yaitu Ingggris dan Perancis. Sedangkan Majelis Umum  PBB menggunakan dokumen dan bahasa kerja hanya dibuat 3 bahasa yaitu Ingggris, Perancis dan Spanyol. Orang Indonesia wajib bisa bahasa Inggris, dengan target lulus SMA score TOEFL 550. Harapannya lulus SMA bisa mencari beasiswa internasional atau kuliah dengan kelas internasional di dalam negeri.

Sebagai orang beragama, agar tidak mudah terbawa politisasi atau pembelokan agama karena hanya hafalan. Orang beragama harus wajib bisa baca tulis bahasa asal agama tersebut. Islam wajib bisa baca tulis bicara bahasa Arab, dengan target lulus SMA Khatam Al Quran, lulus kuliah lancar baca tulis bicara bahasa Arab. Begitu juga untuk Kristen/Katolik bahasa  Italia/Latin dan untuk Budha/Hindu bahasa Sansekerta.

#KembalikanUjianNasional

UN menimbulkan politisasi pro kontra terus. Kementerian seperti laying-layang putus, terbang kemana angin rezim membawa. Indonesia punya situasi sendiri, yang tentu tidak bisa disbanding-bandingkan dengan luar negeri terutama Finlandia yang selalu dipuja-puji LSM. Seperti halnya produk manufaktur harus memiliki SNI, Obat dan Makanan harus memiliki ijin BPOM dan Sertifikasi Halal LPPOM MUI.  Begitu juga dalam pendidikan  harus punya standar nasionalnya. Karena itu bukti kemampuan.

Saya bangga dan terharu ketika Presiden RI Ir. Joko Widodo membuat keputusan yang sulit dan kontroversial yaitu BBM 1 Harga. Memang sudah begitu seharusnya, dalam satu rumah ada 34 anak (kandung lagi), harus diperlakukan sama. Masa ada yang dikasi tempe harga 8rb, 80rb, 800rb bahkan ada ada tempe 80jt. Bah tempe kan bahannya sama, rasanya sama. Yang membedakan paling imajinasimu. Kau pikir Tempe Rasa Pizza dengan toping Keju?

Pernahkah kalian dengar, protes dari saudara-saudara kita di Timur yang merasa lebih sulit berkompetisi bekerja padahal lulusannya sama? Kemudian muncul riak 'loker ini untuk putra daerah, pendatang merampas hak kami'? Dilematis bukan? Perusahaan secara professional ingin yang efesien, mempekerjakan orang yang mumpuni. Standar sudah ditetapkan, semua boleh mengikuti baik dari Barat Tengah maupun Timur. Kenyataanya, hasil tes memang Barat lebih baik dari Tengah dan Timur. Apa itu salah perusahaan? Tidak! Salah pelamar? Tidak!. Yang salah adalah Negara !. Selain infrastruktur, SDM dan Pelajar dengan kwalitas yang sama, khusus Tengah, Timur kwantitasnya lebih banyak. Ini dimaksudkan agar Tengah dan Timur bisa mengejar ketertinggalannya dengan kakaknya di Barat. Sehingga pada saatnya nanti tiga saudara Barat, Tengah dan Timur bisa berkompetisi yang adil.

Yang tak setuju UN bilang, UN berat, UN susah!. Itu seperti menjawab pertanyaan. Kalau gak mau dihukum mati ya jangan melanggar UU dengan jadi teroris, bandar narkoba atau koruptor (sayangnya gak ada koruptor dihukum mati yak hhhh). Atau kalau gak mau masu masuk neraka, ya jangan bikin dosa. Jangan jiplak, jangan pakai joki. Percuma saja nanti punya ijasah, tapi tak berguna karena saat tes pegawai kau tak bisa mengerjakan apa-apa

Dalam hal ini saya sependapat dengan Jusuf Kalla. "Tidak tepat jika UN dihapus karena banyak pihak yang memprotes. Menurutnya, untuk menjadi bangsa yang hebat perlu ada tantangan yang dihadapi. Kalau tidak ditantang, tidak diuji bagaimana, mau tidak kalau tidak diajak kerja keras. Kan alasannya karena ada guru protes, orang tua protes, murid protes, karena susah, sehingga dihapus. Itulah alasannya menghapus karena susah. Kalau anak tidak kerja keras, tidak ada external pressure. Jangan samakan Indonesia itu sekolah-sekolah kayak di Finland, yang penduduknya 40 ribu, penduduknya hanya 5 juta. Kalau penduduk 5 juta juga kita bisa memerdekan belajar. Tapi 260 juta gimana, tanpa suatu standar yang baik nasional," https://bit.ly/2ZVBdDZ

Masih ada yang harus ditulis... tapi anak bontot saya lagi ngrecokin. Sambung besok ye #MasMenteriNadiem... atau kita ketemu, traktir saya secangkir kopi dan kirim ojol gratis hhhh (yg ini tulen gak kok). Sekali lagi "Selamat Hari Pendidikan"... Semoga #MasMenteriNadiem selalusehatsukses bisa membawa pendidikan Indonesia Go Internasional tanpa meninggalkan jatidiri kebangsaanya... Al Fatiha, Ayra... btw, Linkedin saya belum di approve ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun