Mohon tunggu...
Raja Assirojudin A
Raja Assirojudin A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Farmasi Universitas Muhammadiyah A.R Fachruddin

keren...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penjelasan Tentang Plagiarisme Dalam Bahasa Indonesia.

12 Desember 2024   20:50 Diperbarui: 12 Desember 2024   20:46 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENGERTIAN PLAGIARISME

Plagiarisme adalah tindakan tidak jujur di mana seseorang mengambil ide, kata-kata, atau karya orang lain tanpa memberikan pengakuan yang semestinya dan mengklaimnya sebagai karya original. Ini termasuk menyalin teks secara langsung, menggunakan ide orang lain tanpa menyebut sumbernya, atau menyusun ulang karya orang lain dengan sedikit perubahan. Tindakan ini melanggar hak cipta, etika akademik, dan integritas intelektual. Plagiarisme dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti mencontek tugas, menyalin artikel tanpa kutipan, atau menggunakan karya orang lain dalam penelitian tanpa memberikan referensi yang tepat. Konsekuensi dari plagiarisme sangat serius, mulai dari sanksi akademik hingga kerusakan reputasi. Untuk mencegah plagiarisme, penting untuk selalu mencantumkan sumber yang jelas setiap kali kita menggunakan ide atau karya orang lain. (Sastroasmoro, S. 2007). 

JENIS PLAGIARISME YANG DICURI

1. Plagiarisme Ide

Plagiarisme ide terjadi ketika seseorang mengambil konsep, gagasan, atau teori yang berasal dari orang lain tanpa memberikan kredit. Ini seperti mencuri cetak biru dari sebuah bangunan dan mengklaimnya sebagai desain asli.

2. Plagiarisme Isi (Data Penelitian)

Jenis plagiarisme ini terjadi ketika seseorang menggunakan data, hasil penelitian, atau statistik yang diperoleh dari sumber lain tanpa menyebutkan sumbernya. Ini sama seperti mencuri hasil eksperimen orang lain dan mengklaimnya sebagai hasil penelitian sendiri.

3. Plagiarisme Kata, Kalimat, Paragraf

Plagiarisme ini adalah bentuk yang paling mudah dikenali. Seseorang menyalin secara langsung kata, kalimat, atau bahkan paragraf dari karya orang lain tanpa menggunakan tanda kutip atau memberikan referensi. Ini seperti menyalin sebuah buku secara utuh tanpa izin.

4. Plagiarisme Total

Plagiarisme total terjadi ketika seseorang menyalin seluruh karya orang lain, baik itu artikel, buku, atau karya seni, dan mengklaimnya sebagai karya asli. Ini adalah bentuk plagiarisme yang paling serius (Sastroasmoro, S. 2007). 

JENIS PLAGIARISME BERDASARKAN PROPORSI YANG DIBAJAK

Klasifikasi plagiarisme berdasarkan proporsi atau persentase kata, kalimat, dan paragraf yang dibajak memang sering digunakan sebagai pedoman umum. Namun, perlu diingat bahwa angka-angka yang disebutkan (30%, 70%) bersifat relatif dan dapat bervariasi tergantung pada konteks dan kebijakan institusi yang berbeda-beda.

  •  Plagiarisme ringan : <30%
  •  Plagiarisme sedang : 30-70%
  •  Plagiarisme berat atau total : >70%
    (angka-angka tersebut tentu dibuat secara arbitrer
    berdasarkan "kepantasan" tanpa dasar kuantitatif yang
    definitif)

Alasan Penggunaan Persentase:

  • Kemudahan Pengukuran: Persentase memberikan ukuran yang relatif mudah dipahami dan dihitung, terutama saat menggunakan perangkat lunak deteksi plagiarisme.
  • Standarisasi: Banyak institusi pendidikan dan penerbit menggunakan persentase sebagai acuan untuk menentukan tingkat keparahan plagiarisme dalam sebuah karya.
  • Fleksibilitas: Batasan persentase dapat disesuaikan sesuai dengan jenis karya, bidang studi, dan tingkat akademik.

Keterbatasan Penggunaan Persentase:

  • Tidak Mutlak: Persentase semata tidak selalu mencerminkan tingkat keseriusan plagiarisme. Sebuah karya dengan persentase plagiarisme rendah mungkin saja mengandung plagiarisme yang sangat signifikan jika bagian yang diplagiat adalah bagian yang paling penting.
  • Tergantung Konteks: Batasan persentase yang dianggap "ringan", "sedang", atau "berat" dapat berbeda-beda tergantung pada konteks. Misalnya, dalam karya ilmiah, persentase plagiarisme yang dianggap rendah mungkin lebih ketat dibandingkan dengan karya kreatif.
  • Tidak Mempertimbangkan Jenis Plagiarisme: Klasifikasi berdasarkan persentase tidak mempertimbangkan jenis plagiarisme (misalnya, plagiarisme ide, plagiarisme kata demi kata).

Mengapa Angka-Angka Tersebut Arbitrer?

  • Tidak Ada Standar Internasional: Belum ada standar internasional yang baku mengenai batasan persentase untuk masing-masing kategori plagiarisme.
  • Tergantung Alat Deteksi: Hasil deteksi plagiarisme dapat bervariasi tergantung pada perangkat lunak yang digunakan dan algoritma yang diterapkan.
  • Faktor Kemanusiaan: Penilaian tingkat plagiarisme juga melibatkan faktor subjektivitas manusia, seperti pemahaman tentang konsep plagiarisme dan kemampuan menganalisis teks.

JENIS PLAGIARISME BERDASARKAN POLA

Selain klasifikasi berdasarkan proporsi yang telah kita bahas sebelumnya, plagiarisme juga dapat dikategorikan berdasarkan pola atau cara penyalinan yang dilakukan. Dua pola yang umum adalah:

  • Plagiarisme kata demi kata (word for word plagiarizing) l
  •  Plagiarisme mosaik 

Selain itu masih dikenal pula istilah autoplagiarism atau self-plagiarism (vide infra). 

1. Plagiarisme Kata demi Kata (Word for Word Plagiarizing)

Ini adalah bentuk plagiarisme yang paling jelas dan mudah dikenali. Pelaku secara langsung menyalin kata demi kata dari sumber aslinya tanpa menggunakan tanda kutip atau memberikan referensi.

2. Plagiarisme Mosaik

Plagiarisme mosaik sedikit lebih sulit dideteksi karena pelaku tidak menyalin secara persis, melainkan mengambil potongan-potongan kalimat atau paragraf dari berbagai sumber dan menyusunnya menjadi sebuah karya baru. Meskipun kata-katanya berbeda, ide utamanya tetap berasal dari sumber asli.

  • Autoplagiarisme atau Self-Plagiarisme

Autoplagiarisme adalah tindakan menggunakan kembali karya tulis sendiri yang telah dipublikasikan sebelumnya tanpa memberikan referensi yang tepat. Meskipun karya tersebut berasal dari penulis yang sama, tindakan ini tetap dianggap sebagai plagiarisme karena dapat menimbulkan kesan bahwa ada karya baru yang dihasilkan, padahal sebenarnya hanya merupakan pengulangan karya yang sudah ada.

JENIS PLAGIARISME BERDASARKAN PENYAJIAN 

Selain pengklasifikasian berdasarkan aspek yang dicuri (ide, data, kata) dan proporsi (ringan, sedang, berat), plagiarisme juga dapat dikategorikan berdasarkan cara penyajiannya. Berikut adalah beberapa jenis plagiarisme berdasarkan penyajian beserta penjelasannya:

  • Plagiarisme Langsung (Direct Plagiarism): Jenis plagiarisme ini merupakan bentuk yang paling jelas dan mudah dikenali. Pelaku secara terang-terangan menyalin teks, ide, atau karya orang lain tanpa memberikan atribusi.
  • Plagiarisme Parafrasa (Paraphrasing Plagiarism): Meskipun kata-katanya berbeda, jika ide utamanya masih sama dengan sumber asli tanpa adanya atribusi, maka itu tetap dianggap sebagai plagiarisme. Bentuk plagiarisme ini seringkali lebih sulit dideteksi karena terlihat seperti karya asli.
  • Plagiarisme Mozaik (Mosaic Plagiarism): Jenis plagiarisme ini melibatkan penggabungan berbagai potongan dari sumber yang berbeda tanpa memberikan atribusi yang jelas. Pelaku seolah-olah menciptakan karya baru, padahal sebenarnya hanya menggabungkan ide-ide orang lain.
  • Plagiarisme Diri (Self-Plagiarism): Mengulang karya sendiri yang telah dipublikasikan sebelumnya tanpa menyatakan bahwa karya tersebut merupakan publikasi ulang. Meskipun tidak melanggar hak cipta orang lain, tindakan ini dapat dianggap sebagai bentuk ketidakjujuran akademik.
  • Plagiarisme Gagasan: Mencuri ide orang lain tanpa memberikan atribusi, meskipun tidak menyalin kata-katanya secara langsung.
  • Plagiarisme Sumber: Tidak menyebutkan semua sumber yang digunakan dalam sebuah karya.
  • Plagiarisme Kepengarangan: Mengklaim karya orang lain sebagai karya sendiri.Kesimpulan (Carroll, J. 2007). 

DAFTAR PUATAKA

Sastroasmoro, S. (2007). Beberapa catatan tentang plagiarisme. Majalah Kedokteran Indonesia, 57(8), 239-244.

Carroll, J. (2007). A Handbook for Deterring Plagiarism in Higher Education. Oxford: Oxford Centre for Staff and Learning Development.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun