Mohon tunggu...
Raisya Nandita
Raisya Nandita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemuruh riuh

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhan yang satu

21 Januari 2025   13:17 Diperbarui: 21 Januari 2025   13:17 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu bukanlah dua, tiga, atau empat.

Satu adalah angka nan istimewa, hanya milik-Mu.
Yang kuhayati dalam cinta yang tak bertepi.
Satu adalah harapan, impian, dan cita-cita.
Satu adalah Engkau, yang Maha Esa.

Satu, lambang pertama sebelum yang lainnya.
Ketika jiwa ini tersayat luka,
Ketika raga merindu hangatnya pelukan,
Hanya pada-Mu, Tuhanku, aku bersandar.
Dalam dekapan kasih-Mu,
Aku mendamba.

Wahai Tuhan yang Maha Esa,
Ketika bibir kelu tak mampu bersuara,
Ketika lidah membeku dalam keheningan,
Ketika nurani kehilangan rasa,
Dan akal tak lagi menemukan logika,
Di sanalah aku berteriak dalam diam,
Mencurahkan air mata yang membanjiri hati.

Dengan pilu aku berseru,
"Wahai Tuhanku yang Maha Esa,
Dimanakah Engkau?
Aku merindu kasih sayang-Mu.
Aku mendamba hangat cinta-Mu yang tulus."

Dalam keheningan, aku bersimpuh.
Melafazkan dzikir dan takbir memanggil nama-Mu.
Tiada pinta yang kulantunkan,
Tiada harap yang kumohonkan,
Selain satu---kasih sayang-Mu dan ridha-Mu.

Wahai Tuhanku,
Saat hati ini menangis,
Aku menjerit di relung terdalam,
Membawa luka yang tak terkata,
Menggema di jiwa nan hampa.
Aku bertanya,
"Dimanakah Engkau, wahai Yang Maha Segalanya?
Mungkinkah aku mendekap kehadiran-Mu?"

Di atas sajadah ini,
Aku meneteskan air mata keikhlasan.
Memohon ampunan,
Mencari ridha-Mu untuk membimbing langkahku.

Dengan menyebut nama-Mu,
Aku bersimpuh dalam penghambaan.
Memohon belas kasih dan rahmat-Mu,
Untuk menggenggam harapan dan menggapai cita-cita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun