Mohon tunggu...
Raisyah Antony Pasha
Raisyah Antony Pasha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Membaca Buku dan Bertukar Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Psikologi Sastra Sebuah Teori Pembedah Karakter dalam Karya Sastra

6 Januari 2025   09:35 Diperbarui: 6 Januari 2025   09:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AI Chat GPT & Old Man Thinking in his Room

Psikoanalisis membahas pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia. Asumsi dasarnya adalah konflik psikologis dalam diri seseorang dapat memengaruhi perkembangan kepribadiannya. Metode ini membantu individu mengenali dan menyelesaikan masalah psikologis, termasuk pola perilaku destruktif yang mungkin tidak disadari. Contohnya, rasa cemas berlebihan dalam berbagai situasi bisa jadi merupakan manifestasi dari masalah mendasar yang belum terselesaikan. Psikoanalisis berupaya menemukan akar masalah tersebut dan menawarkan solusi.

Sigmund Freud mengembangkan teori kepribadian yang terdiri atas tiga komponen utama: id, ego, dan superego. Id mewakili dorongan instingtual dan keinginan dasar, ego bertindak sebagai mediator antara id dan realitas, sementara superego merepresentasikan nilai-nilai moral dan etika. Dalam karya sastra, konflik antara ketiga komponen ini sering kali tercermin dalam perilaku dan keputusan tokoh-tokohnya. Misalnya, seorang tokoh yang terjebak dalam dilema moral mungkin mencerminkan ketegangan antara id dan superego.

Pada pertengahan 1950-an, Lacan membawa psikoanalisis ke arah baru dengan pendekatan berbeda dari Freud. Meskipun dia dikeluarkan dari Asosiasi Psikoanalitik Internasional karena ide-idenya, Lacan membentuk organisasi baru untuk mengembangkan teorinya. Dengan fokus pada pendekatan independen, Lacan menantang paradigma psikoanalisis tradisional dan memberikan perspektif baru dalam memahami psikologi manusia. Lacan memperkenalkan konsep "cermin" sebagai fase perkembangan penting di mana seorang individu mulai mengenali dirinya sebagai subjek. Konsep ini sering diterapkan dalam kritik sastra untuk memahami proses pembentukan identitas tokoh.

Selain itu, psikoanalisis juga membantu pembaca memahami pengalaman emosional mereka sendiri saat membaca karya sastra. Ketika pembaca merasa terhubung dengan tokoh atau situasi tertentu, ini mungkin mencerminkan konflik bawah sadar mereka sendiri. Dengan demikian, karya sastra tidak hanya menjadi objek analisis tetapi juga alat refleksi diri.

Relevansi Psikologi dan Sastra dalam Kehidupan Modern

Dalam konteks modern, pendekatan psikologi terhadap sastra tetap relevan. Dengan semakin kompleksnya masalah psikologis yang dihadapi masyarakat, karya sastra menawarkan wawasan mendalam tentang kondisi manusia. Misalnya, novel-novel yang mengeksplorasi isu-isu seperti trauma, alienasi, atau ketidakadilan sosial dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pengalaman individu yang hidup di dunia yang semakin terfragmentasi. Psikoanalisis juga memberikan alat untuk memahami dinamika hubungan interpersonal, baik dalam kehidupan nyata maupun dalam fiksi.

Selain itu, pendekatan psikologi dalam kritik sastra membuka peluang untuk menggabungkan berbagai disiplin ilmu, seperti filsafat, linguistik, dan sosiologi. Dengan demikian, analisis sastra tidak hanya menjadi lebih kaya tetapi juga lebih relevan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan besar tentang makna, identitas, dan keberadaan manusia.

Psikologi dan sastra adalah dua bidang yang saling melengkapi dalam mengungkapkan kompleksitas manusia. Melalui pendekatan psikologi, kita dapat memahami makna mendalam dari karya sastra, menggali karakter, dan menemukan relevansi dengan pengalaman kita sendiri. Hubungan ini menunjukkan bahwa sastra bukan sekadar hiburan, tetapi sebuah medium untuk mengeksplorasi emosi, konflik, dan makna kehidupan. Dengan mempelajari karya sastra melalui lensa psikologi, kita dapat memperkaya pemahaman tentang diri dan dunia di sekitar kita. Mari terus menjelajahi kedua dunia ini untuk mendapatkan wawasan baru yang penuh makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun