Menurut Marx, kelas sosial adalah elemen fundamental dalam masyarakat pascafeodal. Kelas sosial berbeda dari golongan masyarakat tradisional seperti kasta, karena kelas memiliki kepentingan spesifik yang diperjuangkan baik secara objektif maupun subjektif. Dalam kapitalisme, borjuis mengeksploitasi proletar dengan membayar upah yang jauh lebih rendah dibandingkan nilai yang dihasilkan oleh tenaga mereka. Hal ini menciptakan ketidakadilan yang menjadi inti konflik antara kedua kelas tersebut.
Ketidakadilan dalam Kelas Sosial
Marx melihat bahwa ketidakadilan dalam kelas sosial adalah produk langsung dari sistem kapitalisme. Kaum borjuis memanfaatkan kekayaan dan alat produksi untuk memaksimalkan keuntungan, sementara kaum proletar seringkali hanya menerima sedikit dari hasil kerja mereka. Kondisi ini menciptakan alienasi, di mana pekerja merasa terasing dari hasil kerja mereka sendiri.
Ketimpangan ini menurut Marx tidak dapat berlangsung tanpa akhir. Ia percaya bahwa proletar pada akhirnya akan menyadari ketidakadilan ini dan bangkit untuk menuntut perubahan sistem. Proses ini adalah dasar dari perjuangan kelas, yang merupakan inti dari teori Marxisme.
Relevansi Marxisme dalam Sastra
Dalam analisis sastra, pendekatan Marxisme sering digunakan untuk mengeksplorasi tema-tema seperti ketimpangan sosial, perjuangan kelas, dan eksploitasi. Karya sastra dapat menjadi cermin dari kondisi sosial di zamannya, sekaligus alat untuk mengkritik dan mendorong perubahan. Pendekatan ini memungkinkan pembaca untuk memahami lebih dalam bagaimana struktur sosial dan ekonomi memengaruhi kehidupan individu dan kolektif.
Dengan demikian, Marxisme bukan hanya teori ekonomi atau politik, tetapi juga alat yang kuat untuk memahami dinamika kekuasaan dan ketidakadilan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk sastra.
Marxisme memberikan kerangka yang kaya untuk memahami bagaimana ketimpangan sosial, perjuangan kelas, dan ideologi memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk sastra. Dengan menganalisis karya sastra melalui pendekatan Marxisme, kita dapat mengungkapkan bagaimana karya tersebut mencerminkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakatnya. Pendekatan ini tidak hanya memperdalam apresiasi terhadap karya sastra, tetapi juga mendorong kesadaran kritis terhadap isu-isu sosial yang terus relevan hingga saat ini. Sastra, sebagai medium yang hidup, memiliki potensi besar untuk menjadi suara perubahan, dan Marxisme membantu kita memahami kekuatan tersebut dengan lebih mendalam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H