Mohon tunggu...
Raisyah RayhanFadilla
Raisyah RayhanFadilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Mulawarman

Saya menyukai membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendidik Dengan Kasih: Melawan Diskriminasi di Sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus

13 Oktober 2024   14:16 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:15 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil saat kegiatan observasi di Sekolah Inklusi. (Dokumen pribadi)

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan harus diselenggarakan secara demokratis dan adil, tanpa adanya diskriminasi, serta menghormati hak asasi manusia, nilai-nilai keagamaan, budaya, dan keragaman bangsa. Pendidikan adalah hak dasar bagi semua warga negara Indonesia, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Setiap individu berhak mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas. Peran pemerintah dalam menyediakan pendidikan yang merata sangat krusial dan berpengaruh signifikan terhadap perkembangan sektor pendidikan.

Pendidikan inklusi adalah layanan yang ditawarkan kepada semua siswa tanpa diskriminasi. Setiap anak berhak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung, bersama dengan anak-anak lainnya. Tujuan pendidikan inklusif adalah untuk mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus (ABK), bukan untuk membedakan atau membatasi ruang belajar mereka karena kekurangan yang ada. 

Pelaksanaan sekolah inklusi di Indonesia saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan konsep dan pedoman yang telah ditentukan. Meskipun sejumlah sekolah inklusi telah didirikan untuk mendukung anak-anak dengan kebutuhan khusus atau disabilitas, masih ada berbagai masalah yang perlu diatasi, termasuk diskriminasi terhadap siswa berkebutuhan khusus. Diskriminasi ini seringkali muncul melalui kata-kata, seperti penggunaan bahasa yang kasar, nada tinggi, dan istilah-istilah yang mencerminkan perbedaan kemampuan, yang dapat mengarah pada penghinaan. Salah satu penyebab diskriminasi ini adalah stigma sosial. Banyak orang masih memiliki pandangan negatif atau stereotip tentang anak berkebutuhan khusus, yang dapat menyebabkan perlakuan yang tidak adil.

Menurut Ilahi (2016), pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Melalui pendidikan inklusif, anak berkelainan dididik bersama anak-anak lainya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Dan dalam pendidikan inklusif semua anak memiliki hak dan kesempatan belajar yang sama dengan siswa reguler

Sedangkan menurut Sumiyati (2011), tujuan pendidikan inklusif adalah: 

  1. Terpenuhinya hak atas pendidikan yang layak dan memberikan akses seluas-luasnya bagi semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus. 
  2. Terwujudnya pemerataan penyelenggaraan sistem pembelajaran yang layak dan berkualitas sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan individu siswa. 
  3. Terwujudnya pembentukan manusia sosial yang menjadi bagian integral dalam keluarga, masyarakat dan bangsa.

Untuk mengatasi diskriminasi di sekolah, guru harus menciptakan lingkungan kelas yang aman dan nyaman, di mana semua siswa dapat merasa diterima dan dihargai tanpa takut terhadap penilaian negatif. Guru perlu mengajarkan siswa untuk saling menghargai budaya, ras, latar belakang, dan agama masing-masing, melalui pengenalan keindahan dan keunikan dari keberagaman. Selain itu, guru harus menetapkan dan mengkomunikasikan kebijakan anti-diskriminasi yang jelas, sehingga siswa memahami perilaku yang tidak boleh diterima dan konsekuensi dari tindakan diskriminatif. Tenaga pendidik, termasuk guru dan staf sekolah, juga sebaiknya mendapatkan pelatihan untuk mengenali dan menangani sikap kekerasan di sekolah. Dengan kolaborasi antara siswa dan guru, mereka dapat bersama-sama menciptakan lingkungan sekolah yang lebih nyaman. 

Dengan adanya lingkungan sekolah inklusif yang nyaman dan aman, dapat membuat anak berkebutuhan khusus dengan nyaman berinteraksi bersama teman sebayanya. Mereka juga akan lebih percaya diri karena mendapatkan dukungan yang tepat dan diterima di lingkungan sekolah. Siswa lainnya juga dapat memahami kebutuhan dan tantangan yang dialami oleh anak-anak berkebutuhan khusus, yang membantu membentuk budaya empati di sekolah. Serta Tenaga pendidik yang terlatih untuk memberikan dukungan khusus, membantu anak-anak dengan kebutuhan yang berbeda.

Sekolah inklusif tidak hanya memberikan manfaat bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga bagi seluruh komunitas sekolah.

Daftar Pustaka :

Fitri, A., Lestari, D. Y., Lestari, D. S., Rossa, M. D., & Mustika, D. (2024). KETIDAKSIAPAN SDN 169 SEBAGAI SALAH SATU SEKOLAH YANG DIPILIH OLEH DINAS PENDIDIKAN PEKANBARU UNTUK MENERAPKAN SEKOLAH INKLUSI. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 7(3), 6617-6621.

Nadhiroh, U., & Ahmadi, A. (2024). Pendidikan inklusif: membangun lingkungan pembelajaran yang mendukung kesetaraan dan kearifan budaya. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 8(1), 11-22.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun