Untuk mengatasi diskriminasi di sekolah, guru harus menciptakan lingkungan kelas yang aman dan nyaman, di mana semua siswa dapat merasa diterima dan dihargai tanpa takut terhadap penilaian negatif. Guru perlu mengajarkan siswa untuk saling menghargai budaya, ras, latar belakang, dan agama masing-masing, melalui pengenalan keindahan dan keunikan dari keberagaman. Selain itu, guru harus menetapkan dan mengkomunikasikan kebijakan anti-diskriminasi yang jelas, sehingga siswa memahami perilaku yang tidak boleh diterima dan konsekuensi dari tindakan diskriminatif. Serta untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung bagi siswa berkebutuhan khusus, guru perlu mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui proses pembelajaran atau program-program lain, dengan menekankan pengembangan sikap toleransi terhadap keberagaman. Hal ini memerlukan pengakuan terhadap keberadaan siswa berkebutuhan khusus dalam konteks pendidikan inklusif.
Pengelolaan kelas adalah elemen penting dalam aktivitas guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Ini melibatkan organisasi dan pengaturan kondisi kelas agar siswa dapat belajar dengan efektif. Meskipun guru memiliki keterampilan dalam menyampaikan materi, jika suasana kelas tidak teratur, pengalaman belajar siswa dapat terganggu. Peran guru sebagai pengelola kelas tidak hanya sebatas pada persiapan, penyampaian materi, dan evaluasi hasil belajar siswa. Sebaliknya, tugas guru mencakup hal-hal yang lebih luas, seperti membina, menciptakan, memelihara, dan memperbaiki sistem atau organisasi kelas. Tujuannya agar peserta didik merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar di lingkungan kelas. Tenaga pendidik, termasuk guru dan staf sekolah, juga sebaiknya mendapatkan pelatihan untuk mengenali dan menangani sikap kekerasan di sekolah. Dengan kolaborasi antara siswa dan guru, mereka dapat bersama-sama menciptakan lingkungan sekolah yang lebih nyaman.
Dengan adanya lingkungan sekolah inklusif yang nyaman dan aman, dapat membuat anak berkebutuhan khusus dengan nyaman berinteraksi bersama teman sebayanya. Mereka juga akan lebih percaya diri karena mendapatkan dukungan yang tepat dan diterima di lingkungan sekolah. Siswa lainnya juga dapat memahami kebutuhan dan tantangan yang dialami oleh anak-anak berkebutuhan khusus, yang membantu membentuk budaya empati di sekolah. Serta Tenaga pendidik yang terlatih untuk memberikan dukungan khusus, membantu anak-anak dengan kebutuhan yang berbeda.
Sekolah inklusif tidak hanya memberikan manfaat bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga bagi seluruh komunitas sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H