Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia mengakui bahwa pluralitas adalah kenyataan yang harus diterima dan dihormati. Dalam hal ini, multikulturalisme tidak hanya tentang menerima perbedaan, tetapi juga bagaimana menyikapi perbedaan tersebut dengan cara yang adil, setara, dan tanpa diskriminasi. Pancasila mengajarkan kita untuk hidup dalam harmoni meskipun ada perbedaan, dan menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman, yang menjadi dasar untuk membangun masyarakat yang inklusif dan pluralistik. (Boty, M. 2017)
Di Indonesia yang multikultural, isu kehidupan umat beragama menjadi perhatian utama, dengan laporan tahunan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Bimbingan dan Pelayanan Keagamaan mencatat masalah seperti aliran kepercayaan, ekstremisme, hingga terorisme. Meski keragaman seharusnya menjadi kekuatan, sering kali dipandang sebagai ancaman, sementara akar konflik lebih kompleks, mencakup ketimpangan ekonomi, politik, atau perbedaan pemahaman agama. Ketidakpahaman antar kelompok sering memicu konflik, termasuk dominasi terhadap minoritas yang berujung pada ketidakadilan. Solusi untuk masalah ini adalah membangun dialog, saling pengertian, toleransi, serta menghargai keunikan dan kontribusi setiap kelompok. Pemimpin agama berperan penting dalam mempromosikan perdamaian dan persatuan melalui ajaran agama.
Indonesia menghadapi tantangan dalam mengelola keberagaman tersebut. Meskipun keberagaman dianggap sebagai anugerah Tuhan, sering kali muncul tantangan dalam hidup bersama sebagai masyarakat multikultural. Ketika perbedaan tidak diakui dan justru dipandang sebagai ancaman, ini dapat menyebabkan pertengkaran dan konflik yang merusak keharmonisan. Oleh karena itu, kita perlu mengubah sikap terhadap keberagaman dan memandangnya sebagai ruang bersama yang memperkaya kehidupan sosial, bukan sebagai pemisah antar kelompok. Keragaman budaya dan agama yang ada harus dijadikan modal sosial dan budaya yang dapat memperkuat kesatuan bangsa. (Afriyanto, D., & Anandari, A. A. 2023)
Untuk menghadapi tantangan global dan persaingan yang semakin ketat, kita perlu memperkuat fondasi internal bangsa ini dengan menanamkan nilai-nilai pluralisme dalam kehidupan multikultural. Pluralisme di sini merujuk pada sikap menerima perbedaan dan menghargai keberagaman, baik dalam hal budaya maupun agama. Dalam konteks Indonesia, kita harus kembali pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang sudah mencerminkan ide-ide pluralisme. Nilai-nilai seperti Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan kesejahteraan harus menjadi pedoman utama dalam menghadapi tantangan kehidupan masyarakat multikultural. Sikap inklusif yang menghargai perbedaan dan mengutamakan perdamaian serta keadilan perlu ditanamkan melalui nilai-nilai agama. Jika dikelola dengan baik, keberagaman dapat menjadi kekuatan untuk memajukan bangsa, bukan penyebab perpecahan. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang terbuka dan saling menghargai, termasuk melalui pendidikan multikultural untuk membangun sikap saling menghormati sejak dini. Sebagai negara dengan beragam budaya, Indonesia harus terus mendorong kesadaran akan pentingnya kerukunan dan toleransi di semua lapisan masyarakat.
Pentingnya membumikan pluralisme dalam kehidupan sehari-hari tercermin dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang mengedepankan prinsip-prinsip Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Pancasila dapat menjadi pedoman dalam merawat keberagaman dan menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis. Dalam konteks Indonesia, pluralisme bukan hanya soal menerima perbedaan, tetapi juga tentang bagaimana memelihara dan menghargai perbedaan tersebut agar dapat hidup berdampingan dalam kerukunan dan persatuan. Dengan menanamkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi bangsa yang bersatu dalam keberagaman.
Di sisi lain, pemimpin agama juga memiliki peran strategis dalam memupuk kedamaian dan kerukunan. Mereka bisa menjadi contoh dalam mempromosikan sikap toleransi dan persatuan di tengah keberagaman. Tugas pemimpin agama tidak hanya mengajarkan ajaran agama, tetapi juga memimpin umat untuk hidup harmonis dengan menghargai perbedaan. Pendidikan agama yang mengutamakan toleransi, saling menghormati, dan menghargai kebhinekaan akan sangat berpengaruh dalam membentuk masyarakat yang damai dan mengurangi potensi konflik. Dengan demikian, Indonesia dapat terus menjaga keutuhan dan kerukunan dalam keberagaman yang ada. (Afriyanto, D., & Anandari, A. A. 2023)
Perbedaan budaya dan etnis di Indonesia seharusnya dipandang sebagai keragaman yang memperkaya bangsa, bukan sebagai sumber konflik. Agar tidak terjadi gesekan di tingkat akar rumput, setiap kelompok harus mampu menerima keberagaman yang ada. Menurut Faisal Ismail dalam bukunya Dinamika Kerukunan Antar Umat Beragama, penerimaan terhadap keragaman ini didasarkan pada beberapa prinsip dasar.
Menjunjung prinsip keragaman dalam kesatuan yang menjadi dasar negara kita.
Penting untuk menumbuhkan rasa saling menghormati terhadap aturan dan nilai budaya setempat.
Menghindari rasa cemburu terhadap kesuksesan etnis pendatang di berbagai bidang.
 Rasa superioritas terhadap etnis sendiri harus dibuang jauh-jauh untuk mengikis primordialisme.