Mohon tunggu...
Raisya Adinda Gatra Putri
Raisya Adinda Gatra Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

NIM : 22107030037

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dream Catcher: Asal Usul dan Unsur Syirik di Dalamnya

19 Februari 2023   22:13 Diperbarui: 19 Februari 2023   22:33 2682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi Dream Catcher: Dokumen Pribadi

Berbentuk lingkaran, berjaring-jaring, dan memiliki bulu yang menggantung di bawahnya. Dream catcher, saat ini banyak orang menggunakannya sebagai hiasan karena memiliki unsur estetika yang memikat mata. Beberapa orang menggunakannya sebagai gantungan kunci, kalung, atau dekorasi rumah. Tapi tahukah kalian, fungsi sebenarnya dari benda ini?

Beberapa dari kita mungkin sudah mengetahui fungsi dari dream catcher. Dari namanya kita dapatkan bahwa dream catcher digunakan untuk menangkap mimpi. Meskipun banyak orang menggunakannya sebagai hiasan,  masih ada beberapa orang yang mempercayai dream catcher dapat menangkap mimpi baik dan membuang mimpi buruk mereka.

Rupanya kepercayaan dream catcher ini berasal dari kepercayaan suku Ojibwe, yang merupakan salah satu dari banyaknya jenis suku Indian, masyarakat asli Amerika. Dalam bahasa aslinya, suku Ojibwe menyebut dream catcher dengan Bawaajige Nagwaagan. Dilihat dari bentuknya, dream catcher berbentuk seperti sarang laba-laba. Hal ini disebabkan suku Ojibwe mempercayai adanya seorang Wanita Laba-Laba bernama Asibikaashi yang bertugas menjaga bayi dan orang dewasa di suku Ojibwe.

Suatu saat, suku Ojibwe harus berpindah tempat tinggal. Hal ini akhirnya membuat Asibikaashi kesulitan untuk menjaga semua orang di suku tersebut. Mengetahui hal itu, para wanita suku Ojibwe berinisiatif membuat dream catcher untuk membantu Asibikaashi. Wanita suku Ojibwe membuat dream catcher dengan sebuah lingkaran simpai dan tenunan membentuk jaring yang terbuat dari urat pohon dedalu. Benda tersebut kemudian digantung di jendela kamar atau di dekat kepala tempat tidur.

Karena suku Ojibwe percaya bahwa udara malam membawa mimpi-mimpi yang baik maupun yang buruk, mereka menggantungkan dream catcher di dekat tempat mereka tidur. Dengan begitu, mereka percaya bahwa mereka akan mendapatkan mimpi yang baik. Sedangkan mimpi buruk akan terperangkap di dalam jaring-jaring dan hilang saat cahaya matahari pagi tiba.

Dibalik bentuknya yang unik, dream catcher memiliki makna di setiap bagian-bagiannya. Bentuk melingkar pada dream catcher bermakna sebuah lingkaran kehidupan. Jaring-jaring yang khas pada dream catcher memiliki arti bahwa jaring-jaring tersebut akan menyaring mimpi-mimpi yang ada. Jaring-jaring tersebut akan menyalurkan mimpi baik dan menangkap mimpi buruk. 

Selain itu, pada dream catcher juga terdapat manik-manik di atas bulu yang menggambarkan Asibikaashi, si Wanita Laba-laba. Sedangkan bulu-bulu yang menggantung di bawah dream catcher dianggap sebagai tangga yang akan menurunkan mimpi baik secara lembut kepada orang yang sedang tidur.

Tidak seperti yang kita temukan saat ini, dream catcher yang asli memiliki bentuk yang kecil bahkan sangat sulit untuk ditemukan. Dan istimewanya, dream catcher yang asli adalah dream catcher yang dibuat oleh seorang ibu. Hal ini bisa dikatakan bahwa dream catcher adalah bentuk perlindungan seorang ibu pada anaknya dari hal-hal buruk.

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Gerakan Pan-Indian sebagai perwakilan dari penduduk asli Amerika mulai mengadopsi dream catcher sebagai simbol persatuan berbagai  budaya yang dimiliki penduduk asli Amerika. Sejak saat itu, dream catcher mulai diterima secara luas.

Selama akhir abad ke-20, dream catcher menyebar dalam budaya barat. Benda berbentuk lingkaran itu semakin popular dan dikatakan sebagai "barang kerajinan asli". Dream catcher mulai dipasarkan secara luas pada tahun 1980-an. Hingga pada akhirnya kerajinan ini sampai di Indonesia dan populer sebagai sebuah hiasan.

Saat kerajinan ini menyebar di Indonesia, banyak dari kita yang belum memahami secara baik bagaimana kepercayaan di balik dream catcher. Sehingga banyak orang Indonesia yang menggunakannya sebagai hiasan, akan tetapi menyepelekan unsur kepercayaan di dalamnya. Seakan kita bebas memilih untuk sekedar menggunakannya sebagai hiasan, atau mempercayai legendanya sekaligus. 

Pada akhirnya, hal ini berimbas pada umat Islam di Indonesia. Banyak umat Islam yang terjebak, mereka memilih untuk menggunakan dream catcher sebagai hiasan tanpa mempercayai legendanya. Padahal dilihat dari sejarahnya, benda ini bersebrangan dengan keyakinan umat Islam yang meyakini Allah sebagai pelindung kita dari segala hal buruk. Lantas, bagaimana sikap kita sebagai umat Islam menanggapi penggunaan dream catcher sebagai hiasan?

Meskipun banyak dari kita yang menggunakan dream catcher sebagai hiasan dan tidak memiliki niat untuk mempercayai seperti apa yang diyakini suku Ojibwe, menggunakan dream catcher menjurus pada kepercayaan khurafat. Khurafat adalah kepercayaan terhadap cerita rekaan yang tidak masuk akal. Sebagai umat Islam, lebih baik kita hindarkan penggunaan  dream catcher ini. Karena meskipun tidak ada unsur agama lain di dalamnya, hal ini menyangkut pada kepercayaan selain kepada Allah Swt. dan ditakutkan kita akan terjerumus dalam kesyirikan.

Dalam Islam, penggunaan dream catcher juga menjurus ke arah syubhat, yaitu perkara yang meragukan atau samar tentang kehalalan dan keharamannya. Sesuatu yang syubhat di dalam Islam, lebih baik dihindarkan penggunaannya. Lagipula, masih banyak di luar sana perhiasan lain yang sama bagusnya atau lebih baik dibandingkan dengan dream catcher.

Tidak menggunakan dream catcher sebagai hiasan juga bertujuan untuk mengelakkan kita dari fitnah. Meskipun kita tidak berniat mempercayai dream catcher sebagai penangkap mimpi, jika orang lain melihat kita menggunakannya, ditakutkan mereka akan menganggap kita mempercayainya, sehingga memungkinkan terjadinya fitnah. Sebagai umat Islam, cukup bagi kita mengetahui cerita di balik terciptanya dream catcher ini tanpa perlu mengikuti atau menyerupai kepercayaan di dalamnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun