Mohon tunggu...
Raisya Adinda Gatra Putri
Raisya Adinda Gatra Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

NIM : 22107030037

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dream Catcher: Asal Usul dan Unsur Syirik di Dalamnya

19 Februari 2023   22:13 Diperbarui: 19 Februari 2023   22:33 2682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi Dream Catcher: Dokumen Pribadi

Saat kerajinan ini menyebar di Indonesia, banyak dari kita yang belum memahami secara baik bagaimana kepercayaan di balik dream catcher. Sehingga banyak orang Indonesia yang menggunakannya sebagai hiasan, akan tetapi menyepelekan unsur kepercayaan di dalamnya. Seakan kita bebas memilih untuk sekedar menggunakannya sebagai hiasan, atau mempercayai legendanya sekaligus. 

Pada akhirnya, hal ini berimbas pada umat Islam di Indonesia. Banyak umat Islam yang terjebak, mereka memilih untuk menggunakan dream catcher sebagai hiasan tanpa mempercayai legendanya. Padahal dilihat dari sejarahnya, benda ini bersebrangan dengan keyakinan umat Islam yang meyakini Allah sebagai pelindung kita dari segala hal buruk. Lantas, bagaimana sikap kita sebagai umat Islam menanggapi penggunaan dream catcher sebagai hiasan?

Meskipun banyak dari kita yang menggunakan dream catcher sebagai hiasan dan tidak memiliki niat untuk mempercayai seperti apa yang diyakini suku Ojibwe, menggunakan dream catcher menjurus pada kepercayaan khurafat. Khurafat adalah kepercayaan terhadap cerita rekaan yang tidak masuk akal. Sebagai umat Islam, lebih baik kita hindarkan penggunaan  dream catcher ini. Karena meskipun tidak ada unsur agama lain di dalamnya, hal ini menyangkut pada kepercayaan selain kepada Allah Swt. dan ditakutkan kita akan terjerumus dalam kesyirikan.

Dalam Islam, penggunaan dream catcher juga menjurus ke arah syubhat, yaitu perkara yang meragukan atau samar tentang kehalalan dan keharamannya. Sesuatu yang syubhat di dalam Islam, lebih baik dihindarkan penggunaannya. Lagipula, masih banyak di luar sana perhiasan lain yang sama bagusnya atau lebih baik dibandingkan dengan dream catcher.

Tidak menggunakan dream catcher sebagai hiasan juga bertujuan untuk mengelakkan kita dari fitnah. Meskipun kita tidak berniat mempercayai dream catcher sebagai penangkap mimpi, jika orang lain melihat kita menggunakannya, ditakutkan mereka akan menganggap kita mempercayainya, sehingga memungkinkan terjadinya fitnah. Sebagai umat Islam, cukup bagi kita mengetahui cerita di balik terciptanya dream catcher ini tanpa perlu mengikuti atau menyerupai kepercayaan di dalamnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun