"Ayah sama Bunda minta maaf karena belum bisa jadi orang tua yang baik. Di saat Rayi butuh teman untuk cerita, Ayah sama Bunda nggak ada di sisi Rayi. Maaf Ayah sama Bunda nggak bisa menyaksikan langsung pertumbuhan Rayi dari kecil sampai sedewasa sekarang."
"Satu hal yang harus kamu ketahui dan kamu ingat selalu Rayi, Ayah sama Bunda akan terus selalu sayang sama kamu. Selalu menjaga kamu meskipun nggak ada di sisi kamu. Ayah sama Bunda selalu berusaha nyari cara agar kamu bahagia meskipun kami jauh dari Rayi."
Rayi tersenyum, perasaannya yang semula sesak seperti terhimpit di antara dua sisi sempit kini terasa lega. "Rayi sayang sama Ayah dan Bunda. Rayi nggak pernah menyesal dilahirkan di keluarga ini. Rayi akan menjadi orang sukses, agar Ayah dan Bunda bangga. Ayah dan Bunda bisa pegang perkataan Rayi. Rayi janji."
Kelingking kami terpaut di bawah kilauan bintang. Saling berpelukan adalah hal yang menenangkan, dan sangat sulit untuk aku mendapatkan pelukan hangat dari orang tua.
"Ayah dan Bunda juga sayang sekali dengan Rayi. Ayah dan Bunda janji akan selalu bersama Rayi sampai Rayi menjadi orang sukses nantinya. Ingat itu selalu."
Ribuan bintang menjadi saksi bagaimana semua masalah yang telah aku hadapi terungkap. Sekarang aku bisa lebih tenang untuk melangkah hari esok, pastinya tanpa Ayah dan Bunda di rumah.Â
Aku selalu berharap semuanya akan berjalan sesuai harapanku. Aku sangat yakin semuanya sempurna. Aku, Ayah dan Bunda akan selalu bersama sampai kapanpun. Bintanglah yang menjadi saksi setiap janjiku. Tolong bantu aku ya, bintang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H