"Theresia, lu dengerin gue kan, dek?"
Si adik Kembali menatap kakaknya dengan hembusan nafas. Lesu wajahnya sekarang.
***
Theresia menggowes sepedanya menuju arah rumahnya. Di tengah perjalan secara tidak sengaja dia berhenti, dia melihat seorang gadis yang berjalan di depan toko ice cream yang sepertinya gadis itu berjalan menuju toko itu.
"Rara!" ucap Theresia yang dibalas tengokan dari Rara.
"Lho, Lia!" ujar Rara sambil melambaikan tangannya, segera Theresia pun menghampiri Rara yang masih berada di depan toko ice cream itu.
"Sudah lama kita tidak bertemu ya Lia, kabar kamu dan kakakmu bagaimana?" ucap Rara membuka obrolan. Theresia hanya terdiam, membalasnya dengan senyuman yang kecut.
Rara menggenggam tangan gadis itu, dia memberikan senyum manis kepada temannya ini yang masih menundukan kepala. Theresia membalas genggaman yang diberikan oleh Rara, "Kamu memang selalu memahami diriku, Ra. Aku benar-benar lelah."
Rara masih memancarkan senyumannya, "Mari kita ke dalam toko ice cream ini, sepertinya akan lebih nyaman untuk bercerita sambil memakan ice cream? Apalagi dengan ice cream rasa cokelat kesukaanmu, Ayo Lia!" ajak Rara dan Theresiapun Kembali tersenyum.
Dalam hati terlintas rasa terimakasih Theresia kepada Rara, walaupun nama itu bukan nama panggilan yang biasanya di berikan orang di sekitarnya kepada Theresia, namun dirinya senang mendapatkan panggilan itu dari Rara, Lia, nama panggilan itu selalu menaikkan moodnya.
Mungkin hal ini terlihat sederhana, hanya karena nama panggilan bisa merubah mood seseorang, padahal panggilan itu sangat berharga bagi Theresia. Iya, Lia, nama Ibunya.