Mohon tunggu...
Raisa
Raisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Seorang pelajar yang suka membaca dan menulis. Berusaha jadi remaja yang produktif. Cinta kebebasan dan novel historical fiction.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daerah yang Berdarah

18 Agustus 2024   19:34 Diperbarui: 18 Agustus 2024   19:51 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apakah mereka lebih gila daripada aku? Begitukah kehidupan mereka pada umumnya? Kalau iya, lebih baik aku jadi gila yang tak mengerti apa-apa. Lebih baik aku hidup sendiri di dalam rumahku yang tertutup, ditemani debu yang jarang disapu dan tikus yang sering memakan baju-baju.

"Hidup memang sadis, Bung. Kalau tak mampu kau akan berakhir sia-sia dan dilupakan. Katanya organ manusia yang terakhir berfungsi setelah dia meninggal adalah telinga. Sayang sekali percakapan mereka yang harus kau dengar sebelum pergi."

Aku berhenti membeku ketika mendengar suara lain menyapaku. Aku sangat terkejut melihat kepala manusia di sebelahku. Kepala tanpa tubuh itu yang tadi berbicara padaku dengan wajah kelamnya. Anehnya aku merasa sejajar dengannya. Di detik-detik selanjutnya aku kembali kaku ketika menyadari bahwa aku tidak bisa merasakan tubuhku lagi. Dan aku tidak merasa perlu meminta gula itu lagi.

---Tamat---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun