Pak Junenda bercerita bahwa seringkali ia merasa kesal dengan jalanan yang seringkali macet tanpa adanya tanda-tanda pasti kemacetan akan membaik. Perkataan terlucu yang diucapkannya adalah “Tau gitu gue jadi supir kereta”. Akan tetapi, hal tersebut tetap tidak mengubah pendiriannya untuk melanjutkan pekerjaan sebagai seorang supir travel yang baru saja dirintisnya selama dua bulan. Ia berpikir bahwa sesungguhnya semua pekerjaan pasti memiliki kemudahan dan kesulitannya masing-masing, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghadapinya.
Selain itu, salah satu hal yang mengakibatkan kemacetan pada jalan tol merupakan rekayasa jalanan yang diberlakukan pemerintah di beberapa titik jalur mudik, yaitu kebijakan contraflow.
Pada umumnya di tahun-tahun sebelumnya, contraflow akan diadakan apabila terjadi kemacetan, tetapi pada pengalaman saya di mudik Idulfitri tahun ini, contraflow tetap diadakan walaupun jalur sedang tidak ramai.
Menurut salah satu penumpang travel, Pak Yadi mengungkapkan bahwa ia merasa tidak aman akan adanya kebijakan ini. Hal ini disebabkan karena pada tahun ini contraflow dilaksanakan dengan dua jalur, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya dilakukan oleh satu jalur.
Hal tersebut juga mengakibatkan mobil-mobil yang berada di jalur contraflow otomatis menggunakan kecepatan yang tinggi, berbeda dengan apabila dilaksanakan dengan satu jalur yang membuat kendaraan akan lebih berhati-hati dalam melakukan perjalanan.
Selain itu, jalur contraflow hanya dibatasi oleh pembatas jalan berupa plastic cone yang berjarah jauh antara satu dan lainnya. Pak Yadi menambahkan bahwa bahayanya kondisi ini dibuktikan dengan terjadinya beberapa insiden kecelakaan yang baru terjadi beberapa hari ini diakibatkan dengan diberlakukannya kebijakan tersebut. Situasi ini membuat para pengendara harus lebih berhati-hati dalam melakukan perjalanan.
Sesampainya di Bandung, saya bertemu sapa dengan salah seorang rekan bernama Mahesa yang merupakan warga Bandung. Sebelum Idulfitri, beliau menetap di Jakarta selama beberapa hari bersama keluarganya dan kembali ke Bandung dua hari sebelum lebaran.
Mahesa bercerita mengenai pengalaman mudiknya yang sangat macet, padahal sudah berangkat dari jam 06.00 WIB. Beliau bercerita tentang banyaknya pengendara yang menggunakan bahu jalan karena diadakannya contraflow dua baris. Ditambah dilaksanakannya ganjil genap membuat dirinya harus berangkat jauh lebih pagi agar tidak terkena tilang.
Selain itu, ia juga mencurahkan perasaannya tentang Kota Bandung yang semakin penuh dikarenakan banyaknya warga Jakarta yang datang untuk mudik serta berlibur. Hal ini membuat dirinya hanya ingin keluar rumah ketika bertemu dengan keluarga karena padatnya jalanan Bandung, terutama di daerah Lembang dan Dago.
Sebagai penghuni Bandung, fenomena ini membuat dirinya merasa terganggu, karena dirasakan Idulfitri tahun ini terasa lebih penuh dari tahun-tahun sebelumnya.
Mudik ke kampung halaman dan bertemu bersama keluarga yang sudah lama tak berjumpa tentunya menjadi suatu momentum yang paling membahagiakan bagi masyarakat.