Kedaireka yang diluncurkan pada 12 Desember 2020 merupakan platform resmi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu perwujudan visi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim dan Direktur JenderalDikti Prof. Ir. Nizam M.Sc, DIC, Ph.D seperti yang dilansir oleh website kedaireka.id, platformini tercipta untuk memudahkan sinergi antara perguruan tinggi dengan industri dalam satuplatform yang mudah untuk diakses.Â
Kedaireka juga didukung oleh berbagai pihak industriseperti PII, HIPMI serta Kadin DKI Jakarta dan beragam kalangan akademisi perguruantinggi seluruh Indonesia. Salah satu program dari Kedaireka adalah Program MatchingFund.Â
Matching Fund merupakan program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai platform untuk membangun ekosistem kolaborasi antara kampus, Industri, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA).
Program Matching Fund Kedaireka ini sendiri memiliki beberapa kegiatan kampus merdeka di luar perguruan tinggi seperti kegiatan magang/praktek kerja di industri atau tempat kerja lainnya, melaksanakan proyek pengabdian masyarakat di desa, mengajar di satuan pendidikan, mengikuti pertukaran mahasiswa, melakukan penelitian, melakukan kegiatan kewirausahaan, membuat proyek studi independen dan mengikuti program kemanusiaan yang harus didukung oleh kemitraan antar pemangku kepentingan seperti kampus, industri, pemerintah dan lembaga mitra untuk membentuk suatu ekosistem Merdeka
Belajar - Kampus Merdeka dan menciptakan produk atau jasa yang dapat meningkatkan dampak positif sosial, ekonomi dan lingkungan. Pada kesempatan program Matching Fund Kedaireka yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kelompok Mahasiswa Magang Universitas Pancasila merancang sebuah paket ekowisata yang dapat mengakomodir berbagai potensi wisata menjadi sebuah paket yang memudahkan wisatawan untuk menikmati kegiatan berwisata di Desa Putat Nutug. Hal ini juga didasari oleh pergeseran atau perubahan dalam tren berwisata setelah munculnya pandemi COVID-19.
Sebelumnya, tren berwisata ramai dengan kegiatan mass tourism atau wisata massal namun saat ini sudah bergeser menjadi kegiatan wisata dengan rombongan kecil serta kegiatan wisata berbasis alam yang dinilai dapat meminimalisir resiko kontak langsung dengan orang lain dan memperkecil potensi penularan virus COVID-19 ketika berwisata. Salah satu kegiatan pariwisata berbasis alam adalah kegiatan ekowisata.
Menurut Avenzora (2018), ekowisata didefinisikan sebagai kegiatan wisata minat khususyang mengutamakan kelestarian sumber daya pariwisata, bertanggung jawab untukkegiatan rekreasi, pendidikan, dan konservasi, dan memiliki tiga pilar utama; lingkunganatau ekologi, ekonomi, dan sosiokultural.
Hal ini menjadikan perencanaan dan pengembangan ekowisata harus meliputi perencanaan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat daerah wisata.
Pariwisata dikatakan sebagai bidang industri multi-sektor karena terdapat keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya seperti sektor ekonomi dimana pariwisata berperan sebagai penyumbang pemasukan devisa negara dan gerbang penyerapan tenaga kerja yang berdampak pada kenaikan ekonomi masyarakat sekitar destinasi wisata.
Pengembangan ekowisata tentunya akan sejalan dengan berkembangnya ekonomi masyarakat sekitar dengan adanya keterlibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengelolaan usaha ekowisata sehingga keuntungan yang diperoleh pun dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.