Seperti wasit yang memberi tanda atau sanksi saat terjadi pelanggaran, Hakim Konstitusi pun berwenang untuk menilai dan memutuskan jika ada undang-undang atau kebijakan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga, baik wasit dalam sepak bola maupun Hakim Konstitusi memiliki peran penting dalam menjaga dan menegakkan aturan dalam ranah masing-masing.
Lalu, sebagaimana pemain sepak bola menggiring bola menuju gawang lawan. Sama halnya dalam permainan sepak bola, dalam perjalanan 20 tahunnya, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia sudah menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Dari pelbagai putusan yang dianggap kontroversial, tantangan integritas, hingga tekanan politik, semuanya bagaikan pemain lawan dan rintangan di lapangan sepak bola yang harus dihadapi dan dilalui.Â
Akan tetapi, seperti pemain sepak bola yang tangguh, Mahkamah Konstitusi (MK) terus berjuang untuk mencapai visinya "menegakkan Konstitusi melalui peradilan yang modern dan tepercaya" serta misinya "memperkuat integritas peradilan Konstitusi, meningkatkan kesadaran berkonstitusi warga negara dan penyelenggaraan negara, serta  meningkatkan kualitas putusan".
Dengan "menggiring bola keadilan", MK sudah berkontribusi dalam menjaga pilar reformasi. Melihat ke depan, ada harapan bahwa MK akan terus bermain dalam "pertandingan" ini dengan semangat dan berintegritas, selalu berupaya mencapai tujuan "gawang", yakni mencapai dan mewujudkan keadilan, ketertiban, dan perwujudan nilai-nilai ideal.Â
Seperti dalam sepak bola, kemenangan tidak hanya ditentukan oleh gol yang dicetak, tetapi juga oleh bagaimana permainan dimainkan. Demikian juga dengan MK, yang terpenting bukan hanya hasil putusannya, tetapi juga bagaimana prosesnya dapat mencerminkan nilai-nilai keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.
"Tokkk... Tokkk... Tokkk," suara palu Hakim Konstitusi Yang Mulia bergema di ruang sidang Mahkamah Konstitusi. Selayaknya peluit dalam pertandingan sepak bola di lapangan, palu ini memegang peran penting dalam menentukan jalannya persidangan. Fungsinya meliputi memberikan tanda dimulainya sidang, indikasi pengambilan keputusan, hingga penanda berakhirnya persidangan.
Sebagai "anak kandung" reformasi yang sudah berusia 20 tahun, MK memiliki peran penting dalam memajukan supremasi konstitusi di Indonesia. Dengan melalui serangkaian putusan yang berdampak luas, MK pun sudah membentuk dan membina peradaban konstitusi di negeri ini.
Sehingga, pada usianya yang menginjak dua dekade, masih kokoh berdiri menjadi pengawal dan penjaga Konstitusi di republik ini. Harapannya, MK terus menjadi lembaga yang berintegritas dan teperacaya, serta terus kokoh berdiri sampai kapan pun.
Seperti wasit dalam pertandingan sepak bola, MK juga perlu memastikan bahwa permainan (dalam hal ini, penerapan dan penafsiran undang-undang) berjalan adil dan seimbang. Akan tetapi, tanpa partisipasi aktif dari publik, proses ini bisa menjadi tidak efektif. Maka, diperlukan adanya partisipasi publik.