Gie merupakan manusia merdeka, ia tidak berkiblat kepada salah satu kelompok, kepentingan, atau kemunafikan, ia hanya berkiblat kepada kebenaran. Idealismenya tak pernah padam, tak pernah punah, bahkan tak pernah mati. Gie, intelektual muda, aset bangsa yang pernah dimiliki Indonesia, semua patut bangga kepada sikapnya: menjunjung kebenaran, membenci kemunafikan, dan berani melawan ketidakadilan.
Gie tidak berpihak kepada rezim Sukarno maupun rezim Soeharto, ia justru terus mendayung melawan arus dengan keidealisan dan kekritisannya hingga menemukan kebenaran dan keadilan. Ada rintangan yang berhadap dengannya: keegoisan, ketidakadilan, dan kemunafikan dalam setiap langkahnya dalam mendayung menuju kebenaran. Berkat anugerah dari Tuhan, Sang Manusia Merdeka bernama Gie mampu meninggalkan tulisan-tulisan yang tak akan pernah termakan oleh zaman: dulu, sekarang, bahkan pada masa yang akan datang tulisannya tetap akan terkenang dan menjadi panutan. Suara kebenaran adalah suara Tuhan, hanya ada satu kata dalam menghadapi keegoisan, ketidakadilan, dan kemunafikan: Lawan!
Daftar Pustaka
Gie, S.H. (2005). Soe Hok Gie: Zaman Peralihan. Jakarta: Gagas Media.
Gie, S.H. (2011). Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: LP3ES.
Gie, S.H. (2016). Soe Hok-Gie... Sekali Lagi: Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
===
Jangan lupa lihat dan ikuti konten Instagram saya:
@jurnal.rainesia dan @sastra.rainesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H