Suara ayam dipagi hari membangunkanku dari tidurku. Aku keluar dari dalam tendaku, dan sekelibat cahaya matahari pagi, menyilaukan mataku. Segarnya udara pagi ini. Lama sekali sudah tidak kurasakan udara sejuk ini. Bukan sebuah kesalahan memang, aku memutuskan untuk pergi kemari bersama sahabat-sahabatku.Â
Aku mulai mengambil nesting dan kompor gas di dalam tenda kami, tidak lupa gelas, dan sebungkus kopi sachet. Saat aku tengah sibuk menyiapkan kopi panasku, aku mendengar ada suara gerakan dari dalam tenda.
 "Udah bangun?" Aku berkata pada sahabatku yang melangkah keluar tenda dengan gontai, sepertinya dia belum sepenuhnya sadar.
"Iya, kamu keluar tenda, pintunya gak kamu tutup lagi, hangatnya matahari, bikin aku sulit untuk tidur lagi." Jawabnya sembari menguap.
"Owh, maafkan aku, bukan maksudku mengganggu tidurmu, hahaha." Aku meminta maaf padanya.
"Tak apalah, kau lagi masak apa?" Dia bertanya dan mendekat padaku.
"Aku sedang masak air untuk minum kopi, kau mau?" Aku menawarkan padanya.
"Boleh deh, aku masih sedikit mengantuk."Â
Diapun duduk di sebelahku, menatap dengan seksama, hamparan kebun teh di depan mata kami. Tempat yang nyaman sekali memang untuk berkemah. Tidak pernah kukira sebelumnya aku akan bisa kemari lagi, setelah kami sama-sama tengah berjuang mengejar cita-cita kami di ibukota. Akhirnya air yang kumasak sudah mendidih, aku berikan kopi itu kepadanya, lalu kami mulai bercerita tentang kenangan masa lalu, dan perjuangan kita masing-masing selama di ibukota.
"Kamu tahu, kadang aku berpikir kenapa dulu aku bisa membuang-buang waktuku dengan mereka?" Nampaknya dia mulai mencurahkan ganjalan di hatinya.