Mohon tunggu...
Rendra Siswoyo
Rendra Siswoyo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

bercita-cita menjadi seorang kepala sekolah terinovatif, inspiratif, terkreatif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bersepaian Tanah

12 Oktober 2011   00:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:04 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Imam Ahmad telah meriwayatkan, demikian juga Abû Dawud dan Hâkim, dari Barô’ bin ‘Âzib a ia berkata, “Suatu ketika kami keluar bersama Rosululloh mengantarkan jenazah seorang lelaki dari Anshor. Begitu sampai di pemakaman dan belum sempat pembuatan lahad terselesaikan, Rosululloh duduk dan kami pun duduk di sekeliling beliau seolah-olah di atas kepala-kepala kami ada burung. Sementara itu di tangannya beliau memegang sebatang kayu untuk membuat titik di tanah. Sejurus kemudian, Rosululloh mengangkat kepalanya lalu bersabda, “Mintalah perlindungan kepada Alloh dari siksa kubur…” beliau mengucapkannya dua atau tiga kali. Setelah itu beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang beriman itu apabila telah meninggal dunia dan hendak menuju akhirat maka malaikat-malaikat langit turun kepadanya. Wajah mereka putih seperti matahari dengan membawa kain kafan dan hânût (minyak jenazah) dari surga. Lalu mereka duduk di dekatnya sejarak pandangan mata. Setelah itu datanglah Malaikat Maut duduk di dekat kepalanya, ia berkata, “Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan keridhoan Alloh.” Rosululloh melanjutkan, “Maka nyawanya pun keluar seperti aliran air yang keluar dari teko minum. Lalu Malaikat Maut mengambilnya. Jika ia sudah mengambilnya, ia tidak akan membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun sampai akhirnya diambil oleh malaikat-malaikat langit dan mereka letakkan roh itu di kafan dan hânût tadi. Dari sana keluar aroma paling wangi yang pernah ada di bumi. Kemudian mereka membawanya naik, tidaklah mereka melewati satu kumpulan malaikat melainkan mereka berkata, “Aroma wangi apakah ini?” Mereka menjawab, “Aroma Fulan bin Fulan.” Mereka menyebutnya dengan namanya yang terindah sewaktu di dunia. Hingga sampailah mereka di penghujung langit terbawah (langit dunia), lalu mereka meminta izin untuk dibukakan pintu untuknya dan dibukakan. Maka semua malaikat yang posisinya dekat dengan satu tingkatan langit ikut mengantarkannya hingga langit berikutnya hingga sampai di langit ke tujuh. Maka Alloh berfirman: “Tulislah catatan hamba-Ku ini di ‘Illiyyîn dan kembalikan dia ke bumi. Karena sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari bumi, di sana lah mereka akan Ku kembalikan dan dari sana pula lah mereka akan kubangkitkan untuk kedua kalinya.” Rosululloh melanjutkan, “Makanya nyawanya pun dikembalikan (ke jasadnya), dan datanglah dua malaikat, mereka berkata, “Siapa tuhanmu?” ia menjawab, “Tuhanku adalah Alloh.” “Apa agamamu?” ia berkata, “Agamaku Islâm.” Mereka berkata lagi, “Siapa lelaki yang diutus kepada kalian ini?” ia menjawab, “Dia adalah utusan Alloh n?” Mereka bertanya lagi, “Dari mana engkau mengetahui ilmunya?” ia menjawab, “Aku membaca kitab Alloh kemudian aku mengimani dan membenarkannya.” Maka berserulah penyeru dari langit, “Hamba-Ku benar, bentangkanlah hamparan dari surga untuknya, berikan pakaian surga untuknya, dan bukakan pintu menuju surga untuknya.” Maka datanglah seorang lelaki yang elok rupanya, indah pakaiannya dan harum aromanya. Lelaki itu berkata, “Terimalah kabar gembira yang akan menyenangkanmu, ini lah hari yang dulu dijanjikan kepadamu.” Ia bertanya, “Siapa kamu? Wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan.” Lelaki itu menjawab, “Aku adalah amal sholehmu.” Ia berkata, “Robb, tegakkan hari kiamat. Robb, tegakkan hari kiamat.”

Rosululloh melanjutkan, “Adapun hamba yang kafir, apabila ia meninggalkan dunia dan akan menuju akhirat, turun kepadanya malaikat-malaikat langit yang hitam wajahnya. Mereka membawa kain mori kasar, lalu ia duduk di dekatnya sejarak mata memandang. Setelah itu datanglah Malaikat Maut hingga ia duduk di dekat kepalanya. Ia berkata, “Hai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Alloh.” Maka ruhnya tercerai berai dalam jasadnya lalu malaikat Maut mencabutnya seperti mencabut besi panas dari dalam wol yang basah. Lalu Malaikat Maut mengambilnya, ia tidak membiarkan nyawa itu ada di tangannya sekejap mata pun hingga akhirrnya para malaikat langit meletakkannya di dalam mori kasar tadi. Dan keluarlah dari sana aroma bangkai paling busuk yang pernah ada di muka bumi. Lalu para malaikat itu membawanya naik, tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka berkata, “Aroma busuk apakah ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah Fulan bin Fulan,” sembari menyebut nama terburuknya yang pernah dipanggil semasa di dunia, hingga akhirnya mereka tiba di langit dunia dan dimintakan izin untuk membuka pintunya namun tidak dibukakan untuknya. Setelah itu Rosululloh membaca ayat: “…sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum…” (Al-A‘rôf [8]: 40) Lalu Alloh berfirman, “Tulisan buku catatan amalnya pada Sijjîn pada bumi yang terbawah. Maka nyawanya pun dilempar sekali lempar. Setelah itu Rosululloh membaca ayat: “…. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj [22]: 31).

Kemudian rohnya dikembalikan ke jasadnya, dan datanglah dua malaikat lalu mereka mendudukkannya.

Mereka berkata, “Siapa tuhanmu?” Ia menjawab, “Haa…haa…aku tidak tahu.”

Mereka bertanya lagi, “Apa agamamu?” ia menjawab, “Haa…haa…aku tidak tahu.”

Mereka bertanya lagi, “Siapa lelaki ini yang diutus kepada kalian?” Ia tidak diberitahu siapa namanya, maka dikatakan kepadanya, “Muhammad?” Ia menjawab, “Haah…haah…aku tidak tahu.”

Maka penyeru dari langit berseru, “Hambaku telah berdusta, bentangkanlah hamparan dari neraka untuknya, bukakan pintu neraka untuknya.”

Maka datanglah hawa dan angin panas darinya dan kuburnya disempitkan hingga sendi-sendi tulangnya tercerai berai. Kemudian datanglah seorang lelaki yang berbaju jelek dan busuk baunya. Lelaki itu berkata, “Terimalah kabar yang membuatmu sedih, ini lah hari yang dulu dijanjikan kepadamu.”

Ia berkata, “Siapa kamu? Wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan.” Lelaki itu berkata, “Aku adalah amalan burukmu.” Maka ia berkata, “Robb, jangan tegakkan hari kiamat.”

Wega keluar melangkahkan kaki pada tempat Pak Firdaus kerja sekaligus membangun kesadaran jiwanya. Mendadak pada saat itu Wega tertegun melihat tempat beliau yang begitu ramai di kerumuni orang. Jalan-jalan menjadi macet, setiap mata yang melintas mengarahkan inderanya ke tempat yang akan Wega tuju.

Tidak lagi melangkah, ia mengayunkan kakinya untuk berlari dan masuk ke sela-sela kerumunan manusia. Ketika berada di cepitan-cepitan kerumunan Wega menangkap hingar binggar suara di sekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun