Perubahan zaman nyatanya tidak serta merta merubah budaya perpeloncoan dalam pelaksanaan Ospek, senioritas yang begitu kental dengan alasan sopan santun dan etika hanya menempatkan senior sebagai entitas yang setiap perkataannya harus diikuti. Terlebih pihak kampus yang selalu menutup-nutupi kasus perpeloncoan agar nama baiknya tidak tercoreng pada akhirnya hanya menghambat penyelesaian kasus perpeloncoan saja.Â
Budaya semi militer menggeser tujuan awal Ospek, menciptakan dampak negatif yang berkepanjangan dan trauma bagi mahasiswa. Framing Ospek menjadi negatif setiap tahunnya, karena praktik perpeloncoan masih terus ada eksistensinya.
Pergeseran Budaya Menuju ke Arah yang Lebih Baik
Fenomena tersebut memunculkan beberapa pemikiran sebagai upaya solutif untuk memecahkan budaya yang mengakar tersebut. Pentingnya pengenalan secara positif dan informatif dalam Ospek dapat ditekankan dengan merancang kegiatan yang lebih fokus pada aspek positif lingkungan kampus, fasilitas, dan budaya akademik.Â
Selain itu, pendidikan nilai, dan etika menjadi elemen penting dalam Ospek, yang mengajarkan mahasiswa baru tentang etika, toleransi, dan pentingnya kerjasama di lingkungan kampus.Â
Ospek juga harus dirancang dengan lebih menekankan pada kegiatan kolaboratif yang membangun kerja tim. Proyek kelompok, sesi diskusi, atau kegiatan kreatif dapat menjadi wadah untuk mengembangkan kerjasama antar mahasiswa baru. Pengawasan ketat selama Ospek juga harus diterapkan untuk mencegah praktik perpeloncoan atau intimidasi.Â
Adanya mekanisme pengaduan terbuka untuk mahasiswa baru yang mengalami ketidaknyamanan selama Ospek sangat penting, di sisi lain evaluasi berkala dan pembaruan atas proses Ospek harus dilakukan. Budaya seperti ini yang perlu dijadikan fundamental dalam pelaksanaan pengenalan kehidupan kampus.Â
Ospek bagi mahasiswa baru adalah momen yang memiliki potensi besar untuk memberikan pengalaman positif dalam memulai perjalanan kuliah.Â
Dengan merancang Ospek yang mengutamakan pengenalan kampus, sosialisasi, dan kerjasama, serta menghindari praktik-praktik negatif seperti adu gengsi dan perpeloncoan, perguruan tinggi dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif untuk menyambut bagi mahasiswa baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H