Keempat, sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peran utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri.Â
Kelima, evaluasi, pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
Aliran Belajar Konstruktivisme Menurut Para Ahli.
Hill, mengatakan, sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang di pelajari.8 Menurut hill konstruktivisme merupakan bagaimana menghasilkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana memadukan sebuah pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya.
Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di ketahuinya dalam kehidupannya.
Konstruktivisme, tak sekadar teori belajar biasa! Ini adalah revolusi dalam dunia pendidikan yang menggempur pandangan lama bahwa siswa hanya penerima pasif ilmu yang dituangkan guru. Dalam konstruktivisme, siswalah yang memegang tongkat komando dalam membangun pengetahuannya sendiri.
Bayangkan siswa seperti arsitek yang mengonstruksi bangunan kokoh pengetahuan mereka. Pengalaman menjadi batu bata, dan interaksi dengan lingkungan sebagai semennya. Setiap siswa memiliki gaya arsitektur yang unik dalam menginterpretasikan dan memberi makna pada pengetahuan berdasarkan struktur kognitif yang telah mereka miliki sebelumnya.
Dalam proses konstruksi ini, guru tak lagi berdiri di panggung utama. Mereka berperan layaknya konduktor orkestra, memfasilitasi dan membimbing siswa agar proses pembangunan pengetahuan berjalan lancar. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memberi ruang pada siswa untuk menemukan serta menerapkan ide-ide segar mereka.
Pembelajaran aktif, bermakna, berpusat pada siswa, pemecahan masalah otentik, kolaborasi, dan pembentukan makna mandiri adalah kunci-kunci utama yang menghiasi teori konstruktivisme. Dengan bermodalkan prinsip-prinsip ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan membangun pengetahuan secara holistik yang kokoh.
Meski demikian, teori ini tak luput dari kritik. Menentukan tingkat kebenaran pengetahuan yang dikonstruksi siswa dan peran guru yang terbatas kerap menjadi sorotan. Namun, konstruktivisme telah membawa angin segar perubahan paradigma dalam dunia pendidikan yang mengutamakan keaktifan dan pembentukan pengetahuan oleh para arsitek cilik ini.