Mohon tunggu...
RAIHAN ANANDA
RAIHAN ANANDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sikap Toleransi dalam Tinjauan Al-Qur'an, As-Sunnah dan Ijtihad

21 November 2022   02:44 Diperbarui: 21 November 2022   06:40 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Definisi Toleransi dalam Islam

Islam secara harfiah berarti ketundukan, ketaatan dan ketundukan, keselamatan, keamanan dan kedamaian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sebagai seorang muslim dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara harus mampu memberikan keselamatan, selalu menciptakan kerukunan dan memberikan rasa aman kepada sesama atau yang disebut dengan toleran. Dalam bahasa Arab, toleransi dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa, toleransi artinya toleran. Singkatnya, toleransi adalah sikap menghargai dan menghargai perbedaan antar manusia. Allah SWT menciptakan manusia berbeda satu sama lain. Sisi positifnya, perbedaan ini bisa menjadi kekuatan. Sebaliknya, perbedaan dapat memicu konflik jika dipandang secara negatif.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13)

Oleh karena itu, perbedaan dan keragaman adalah rahmat dan anugerah Tuhan. Allah SWT sengaja menciptakan manusia yang berbeda bangsa, suku, agama, bahasa, warna kulit dan sebagainya. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan untuk saling mengenal dan bekerja sama. Anjuran perilaku toleran juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

"Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" Maka beliau bersabda "al-Hanifiyyah as-Samhah (yang Lurus dan Toleran)", (HR. Bukhari). Berdasarkan hadits tersebut, agama Islam yang dibawa Rasulullah adalah agama yang mengajarkan toleransi. Toleransi ini tidak berlaku untuk masalah aqidah, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan. Misalnya menghormati teman yang berbeda agama dengan ikut shalat di tempat ibadahnya, itu tidak diperbolehkan. Sikap toleran ini diwujudkan dalam urusan Muamalah, dalam hubungan manusia dengan manusia. Jadi kita serahkan perbedaan di dunia ini kepada Tuhan karena Dia yang menciptakan dan menghendakinya. Kita tidak perlu menilai "itu salah, itu benar". Sebaliknya, kita ditantang untuk mengarahkan perbedaan tersebut ke arah yang positif dan tidak menjadi sumber konflik.

Toleransi adalah alat yang sangat penting yang mempersatukan suatu bangsa. Tanpa toleransi, kehidupan pluralitas dan perbedaan ini tidak akan pernah bisa menyatu. Indonesia merupakan negara dengan tingkat pluralisme yang cukup tinggi. Secara etnis, dengan budaya yang cukup beragam dan bahasa daerah yang cukup banyak, maka sangat diperlukan toleransi yang terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalamnya. Setiap orang harus saling memahami dan memahami arti dari perbedaan. Namun fenomena yang belakangan terjadi adalah masih banyak terjadi keresahan sosial akibat gagalnya penegakan toleransi, terutama di kalangan umat beragama. Toleransi merupakan bagian dari visi teologi Islam yang harus dipelajari secara menyeluruh dan diterapkan dalam kehidupan beragama karena merupakan kebutuhan sosial bagi semua umat beragama dan sarana untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama.

Toleransi atau As-samahah (Arab) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan gotong royong antara kelompok masyarakat yang berbeda dan etnis, bahasa, budaya, politik dan agama. Oleh karena itu, toleransi merupakan konsep yang baik dan mulia yang merupakan bagian yang sepenuhnya organik dari ajaran agama-agama, termasuk Islam. Dalam konteks toleransi antar umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. "Agama tidak ada paksaan, untukmu agamamu dan untuk kami agama kami" adalah contoh toleransi yang populer dalam Islam. Fakta sejarah ini menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep yang asing atau ghorib. Toleransi merupakan bagian integral dari Islam itu sendiri, yang rinciannya kemudian dibentuk oleh para ulama dalam tafsirnya. Kemudian para ulama menambahkan kekayaan baru pada rumusan-rumusan tersebut, sehingga nantinya menjadi amalan-amalan kebajikan masyarakat Islam. Istilah lain, toleransi, berasal dari kata tolerare, yang berasal dari bahasa latin yaitu sabar mengizinkan. Toleransi berarti "tolerantie" dalam bahasa Belanda dan "tolerantion" dalam bahasa Inggris.

Konsep toleransi atau tasamuh dalam pengertian Islam termasuk konsep "rahmatal lil 'alamin." Meskipun Al-Qur'an tidak secara jelas menjelaskan Tasamuh, namun banyak topik yang terkait dengannya antara lain Rahmat dan Kasih Sayang (QS Al-Balad), Al-Afw atau Pengampunan (QS An-Nur: 22), Al-Safh atau Yang Berdada Lebar (QS Al-Zukhruf: 89), Al-Salam atau Keselamatan (QS Al-Furqan: 63), Al-'Adl atau Keadilan, Al-Ihsan atau Kebajikan (QS An-Nahl: 90) dan Al-Tauhid, artinya Tuhan Yang Maha Esa (QS Al-Ikhlas: 1-4).

Sikap Toleransi dari Sudut Pandang Agama Islam

Sikap toleransi dan rasa hormat tidak hanya berlaku untuk orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri, toleransi juga harus dimulai dari diri sendiri. Rasulullah SAW mengingatkannya untuk menjaga diri dan memberikan hak-hak relatif, "Sesungguhnya  tubuhmu punya hak (untuk kamu istirahatkan), matamu punya hak (untuk dipejamkan) dan istrimu juga punya hak (untuk dinafkahkan)". (HR Bukhori).

Dalam ajarannya, Islam menuntut toleransi penuh. Islam menurut definisinya adalah agama perdamaian, keamanan, dan ketundukan. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan ungkapan "Islam adalah agama yang rahmatal lil 'alamin" (agama yang menjaga seluruh alam). Artinya, Islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghargai, bukan paksaan. Islam memahami bahwa keberagaman umat dalam beragama adalah kehendak Allah SWT. Dalam Islam, toleransi berlaku untuk semua orang, baik sesama muslim maupun non muslim. Yusuf Qordhowi dalam bukunya Ghoir Al-Muslim Fil Mujtama. Al-Islam menyebutkan bahwa ada empat faktor utama yang menyebabkan toleransi unik selalu mendominasi perilaku Muslim terhadap non-Muslim, yaitu keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, tanpa memandang agama, kebangsaan, dan rasnya. Bedanya, manusia dalam beragama dan berkeyakinan adalah realitas yang diinginkan oleh Allah SWT yang memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih beriman dan tidak beriman. Seorang muslim tidak boleh mencela kekufuran terhadap non muslim atau kafir dan muysrik orang lain. Hanya Allah swt yang akan mengadilinya nanti di akhirat. Percayalah bahwa Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan bahkan menyeru orang musyrik untuk berperilaku baik. Allah SWT juga mengutuk tindakan tirani bahkan terhadap orang kafir. Terhadap perwakilan agama dan kepercayaan yang berbeda, Al-Qur'an menetapkan prinsip bahwa tidak ada paksaan dalam agama (QS Al-Baqoroh: 256). Kebebasan beragama adalah bagian dari penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Contoh toleransi terhadap Islam tertulis dalam Al-Qur'an surat Al Mumtahanan ayat 8-9. Dalam surat tersebut, Allah SWT berfirman bahwa setiap muslim harus berperilaku baik terhadap pemeluk agama lain, selama tidak ada hubungan dengan agama tersebut. Ini juga menjelaskan batas-batas toleransi dalam Islam.

 لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

lā yan-hākumullāhu 'anillażīna lam yuqātilụkum fid-dīni wa lam yukhrijụkum min diyārikum an tabarrụhum wa tuqsiṭū ilaihim, innallāha yuḥibbul-muqsiṭīn. Innamā yan-hākumullāhu 'anillażīna qātalụkum fid-dīni wa akhrajụkum min diyārikum wa ẓāharụ 'alā ikhrājikum an tawallauhum, wa may yatawallahum fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn

Artinya: "Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim."

Di dalam Al-Qur'an juga dijelaskan pada surat Luqman ayat 15. Allah SWT berfirman bahwa seseorang harus selalu berperilaku baik terhadap keluarga atau kerabat non-Muslim, bahkan jika mereka mengajak untuk mempersekutukan Allah SWT.

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

wa in jāhadāka 'alā an tusyrika bī mā laisa laka bihī 'ilmun fa lā tuṭi'humā wa ṣāḥib-humā fid-dun-yā ma'rụfaw wattabi' sabīla man anāba ilayy, ṡumma ilayya marji'ukum fa unabbi`ukum bimā kuntum ta'malụn

Artinya: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu. Maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."

Pentingnya Saling Menghormati dan Saling Menghargai

  • Menghormati orang lain tidak menunjukkan kelemahan. Kita sudah lama merasa lemah dan kalah ketika kita menghormati orang lain, dengan sikap kita menghargai pilihan mereka kita telah mengajarkan orang lain untuk menghargai pendapat kita juga, sehingga tidak perlu ada argumentasi. Jadi penghargaan bukan berarti kehilangan atau kelemahan, tapi kita memiliki pemikiran yang sangat dewasa
  • Menjadi lebih dewasa. Kita saling menghormati, kita tentu menghindari menjaga perkataan kita, karena di sinilah pertengkaran paling sering muncul, sekalipun orang lain membangkitkan perasaan kita, kita harus menahan amarah dan menyikapinya dengan tenang.
    Memang berat, tapi seiring berjalannya waktu kita menjadi lebih dewasa dalam menghadapi perbedaan pendapat. Ketika emosi tidak dipertimbangkan saat berpikir, keputusan yang dibuat lebih baik.
  • Hormati orang lain. Menghormati orang lain adalah nilai manusia terbaik di dunia, tak ternilai harganya. Kemanapun dan kapanpun kita bepergian, jika kita selalu menghormati dan menghargai orang lain, maka hati orang lain akan terbuka dan mereka akan menghormati kita.
    Saling menghormati pasti dibangun dengan rasa pengertian dan niat baik, bukan cara-cara yang sulit dan negatif. Hargai orang lain, misalnya ada perbedaan pendapat di perusahaan, maka hargailah, karena mungkin dia punya cara berbeda tapi tujuan sama untuk memajukan perusahaan.
  • Komunikasi dan kerjasama terjalin dengan baik. Persaingan yang sehat itu wajar, tetapi jangan sampai saling berdebat. Sekalipun ada pendapat, tetapi biarlah ada kesamaan pengertian, saling menghargai dan menghormati, keduanya dapat dikomunikasikan sehingga dapat terjalin kerjasama.

Jenis Sikap Menghormati dan Menghargai Antar Sesama

  • Hormati pendapat orang lain

Ketika seseorang mengutarakan pendapatnya, kita harus mendengarkan kesaksiannya sampai selesai. Jangan berbasa-basi dan jangan langsung meremehkan pendapat Anda. Menghormati pendapat orang lain, seorang Muslim melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Ia tidak berpikiran sempit dan tidak merasa paling benar.

  • Hormati investasi orang lain

Jika seseorang tidak setuju dengan pendapat orang lain, dia dapat menjelaskan ketidaksetujuannya secara langsung dan menurut logika yang diterima secara umum. Namun, jika sudah lama didiskusikan, ada kalanya kedua belah pihak belum menemukan titik temu dan tetap pada posisinya masing-masing. Kalau begitu, mau tidak mau, setiap orang harus menghormati sikap pasangannya. Namun, tidak semua orang diciptakan sama dan memiliki perbedaan tertentu yang membuat mereka unik dalam memandang sesuatu.

  • Hormati keyakinan orang lain

Orang yang menghormati kepercayaan orang lain berarti toleran dan tidak memandang rendah agama lain meskipun berbeda dengan agamanya sendiri. Nabi Muhammad SAW mencontohkan toleransi dalam beragama ini ketika beliau menetapkan Piagam Madinah untuk menghormati keyakinan agama yang berbeda. Selain itu, dalam Al-Qur'an, Al-Kafirun juga menjelaskan tentang konsep toleransi Islam yang sangat fleksibel sepanjang tidak mengganggu masalah akidah dan tauhid. Artinya, Islam menghormati keyakinan dan agama lain selama tidak berpindah keyakinan atau ikut serta dalam ibadahnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)

"Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah [pula] menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku," (QS. Al-Kafirun [109]: 1-6).

Toleransi diwujudkan dalam berbagai persoalan yang muncul di masyarakat. Sementara kondisi masyarakat multikultural tersebut dihangatkan oleh persoalan kerukunan hidup bermasyarakat. Kehidupan yang rukun dan damai tentunya merupakan hal yang didambakan oleh masyarakat dewasa saat ini. Yang kemudian dibutuhkan adalah gerakan kesadaran internal yang menemukan landasan bersama bagi kesatuan antaragama tanpa secara serius mengganggu keyakinan yang dianut dalam agama tersebut. Konsep toleransi juga semakin dikritisi dan diserang terhadap Islam, dengan tudingan bahwa Islam tidak mengenal kesetaraan dan dicap sebagai agama anti toleransi, agama kekerasan, radikalisme, dan lain sebagainya. Meski tudingan ini merupakan tudingan propaganda untuk menciptakan doktrin bahwa semua agama itu sama dan tidak ada agama yang memiliki kebenaran mutlak. Namun paham ini juga disebut sebagai pluralisme agama yang dibawa oleh Barat yang kini semakin gencar menyerang Islam. Tuduhan toleransi terhadap Islam tentu tidak berdasar dan tidak terbukti. Hal ini disebabkan karena ajaran Islam mengajarkan bagaimana bersikap toleran. Islam memelihara rasa persaudaraan, ukhuwah, persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat.

Ajaran Islam mengajarkan manusia untuk bekerja sama dan saling membantu dalam kebaikan. Tidak hanya itu, ajaran toleransi juga dicontohkan Nabi semasa hidupnya, serta perlakuan Nabi dengan orang kafir. Bahkan karena sikap ini, tidak sedikit non muslim yang berbondong-bondong memeluk Islam, sehingga hari ini Islam telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Islam adalah agama yang berbelas kasih kepada umat manusia, bagaimana bisa Islam dituduh toleransi. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan sikap kritis terhadap makna toleransi untuk memperoleh pemahaman bersama tentang toleransi itu. Apakah tujuan toleransi adalah untuk menggeneralisasi keyakinan. Jika demikian, maka Islam pasti akan menentangnya dengan keras.

Adanya perbedaan keyakinan belum tentu sama, tetapi adanya perbedaan merupakan suatu jalan menuju kemajuan dalam proses saling menghargai perbedaan keyakinan. Kerukunan umat beragama tidak dapat dibangun dengan mengorbankan keyakinan masing-masing agama. Karena masing-masing agama memiliki keyakinannya masing-masing dan tidak dapat dikompromikan sekalipun atas dasar toleransi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun