Mohon tunggu...
RAIHAN ANANDA
RAIHAN ANANDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sikap Toleransi dalam Tinjauan Al-Qur'an, As-Sunnah dan Ijtihad

21 November 2022   02:44 Diperbarui: 21 November 2022   06:40 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jenis Sikap Menghormati dan Menghargai Antar Sesama

  • Hormati pendapat orang lain

Ketika seseorang mengutarakan pendapatnya, kita harus mendengarkan kesaksiannya sampai selesai. Jangan berbasa-basi dan jangan langsung meremehkan pendapat Anda. Menghormati pendapat orang lain, seorang Muslim melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Ia tidak berpikiran sempit dan tidak merasa paling benar.

  • Hormati investasi orang lain

Jika seseorang tidak setuju dengan pendapat orang lain, dia dapat menjelaskan ketidaksetujuannya secara langsung dan menurut logika yang diterima secara umum. Namun, jika sudah lama didiskusikan, ada kalanya kedua belah pihak belum menemukan titik temu dan tetap pada posisinya masing-masing. Kalau begitu, mau tidak mau, setiap orang harus menghormati sikap pasangannya. Namun, tidak semua orang diciptakan sama dan memiliki perbedaan tertentu yang membuat mereka unik dalam memandang sesuatu.

  • Hormati keyakinan orang lain

Orang yang menghormati kepercayaan orang lain berarti toleran dan tidak memandang rendah agama lain meskipun berbeda dengan agamanya sendiri. Nabi Muhammad SAW mencontohkan toleransi dalam beragama ini ketika beliau menetapkan Piagam Madinah untuk menghormati keyakinan agama yang berbeda. Selain itu, dalam Al-Qur'an, Al-Kafirun juga menjelaskan tentang konsep toleransi Islam yang sangat fleksibel sepanjang tidak mengganggu masalah akidah dan tauhid. Artinya, Islam menghormati keyakinan dan agama lain selama tidak berpindah keyakinan atau ikut serta dalam ibadahnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)

"Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah [pula] menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku," (QS. Al-Kafirun [109]: 1-6).

Toleransi diwujudkan dalam berbagai persoalan yang muncul di masyarakat. Sementara kondisi masyarakat multikultural tersebut dihangatkan oleh persoalan kerukunan hidup bermasyarakat. Kehidupan yang rukun dan damai tentunya merupakan hal yang didambakan oleh masyarakat dewasa saat ini. Yang kemudian dibutuhkan adalah gerakan kesadaran internal yang menemukan landasan bersama bagi kesatuan antaragama tanpa secara serius mengganggu keyakinan yang dianut dalam agama tersebut. Konsep toleransi juga semakin dikritisi dan diserang terhadap Islam, dengan tudingan bahwa Islam tidak mengenal kesetaraan dan dicap sebagai agama anti toleransi, agama kekerasan, radikalisme, dan lain sebagainya. Meski tudingan ini merupakan tudingan propaganda untuk menciptakan doktrin bahwa semua agama itu sama dan tidak ada agama yang memiliki kebenaran mutlak. Namun paham ini juga disebut sebagai pluralisme agama yang dibawa oleh Barat yang kini semakin gencar menyerang Islam. Tuduhan toleransi terhadap Islam tentu tidak berdasar dan tidak terbukti. Hal ini disebabkan karena ajaran Islam mengajarkan bagaimana bersikap toleran. Islam memelihara rasa persaudaraan, ukhuwah, persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat.

Ajaran Islam mengajarkan manusia untuk bekerja sama dan saling membantu dalam kebaikan. Tidak hanya itu, ajaran toleransi juga dicontohkan Nabi semasa hidupnya, serta perlakuan Nabi dengan orang kafir. Bahkan karena sikap ini, tidak sedikit non muslim yang berbondong-bondong memeluk Islam, sehingga hari ini Islam telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Islam adalah agama yang berbelas kasih kepada umat manusia, bagaimana bisa Islam dituduh toleransi. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan sikap kritis terhadap makna toleransi untuk memperoleh pemahaman bersama tentang toleransi itu. Apakah tujuan toleransi adalah untuk menggeneralisasi keyakinan. Jika demikian, maka Islam pasti akan menentangnya dengan keras.

Adanya perbedaan keyakinan belum tentu sama, tetapi adanya perbedaan merupakan suatu jalan menuju kemajuan dalam proses saling menghargai perbedaan keyakinan. Kerukunan umat beragama tidak dapat dibangun dengan mengorbankan keyakinan masing-masing agama. Karena masing-masing agama memiliki keyakinannya masing-masing dan tidak dapat dikompromikan sekalipun atas dasar toleransi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun