Etika profesi adalah karakteristik yang membedakan suatu profesi dan mengatur perilaku para anggotanya. Profesi psikologi memiliki kode etik yang menjunjung tinggi perilaku profesional dan melindungi ilmu pengetahuan, praktisi, dan masyarakat. Profesi psikolog memiliki kode etik untuk menjaga perilaku profesional, melindungi ilmu pengetahuan, praktisi, dan masyarakat. HIMPSI telah mengembangkan Kode Etik Psikologi Indonesia sebagai standar regulasi. Kode etik profesi penting untuk menjamin kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan dan sebagai pedoman moral profesi. Pelanggaran kode etik, seperti menyebarkan informasi tanpa izin, dapat berakibat sanksi hukum (Ningsih, 2021).
Salah satu pasal dalam Kode Etik HIMPSI adalah tentang "Pendidikan dan/ Pelatihan", yang mengingatkan psikolog akan tugas, kewenangan, dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pendidikan dan/ pelatihan secara profesional untuk menjaga keobjektifan penilaian atau evaluasi yang dilakukan.Â
Etika sangat penting dalam pemeriksaan psikologi karena dapat mencegah kerugian dan kasus pelanggaran yang dapat merugikan klien. Pelanggaran kode etik dalam praktik psikologi, terutama oleh individu yang tidak memiliki kualifikasi yang sesuai, dapat membahayakan klien dengan memberikan saran yang tidak profesional. Dalam bidang klinis, ini bisa berdampak pada intervensi yang tidak tepat. Dalam bidang Industri dan Organisasi, pelanggaran kode etik dapat menyebabkan penempatan individu yang tidak sesuai dengan pekerjaan atau kompetensinya.
Seorang psikolog yang profesional haruslah memenuhi beberapa kriteria berikut, diantaranya:
1) Memahami etika profesi, mereka yang mengikuti kode etik profesi dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral dalam praktik psikologi akan menjaga kerahasiaan informasi klien dan berperilaku etis dalam setiap aspek pekerjaan mereka.Â
2) Memiliki keterampilan berkomunikasi, psikolog yang profesional mampu berkomunikasi dengan baik dengan klien mereka, mendengarkan dengan empati, mengartikulasikan informasi dengan jelas, dan mampu menjelaskan konsep psikologis secara sederhana.
3) Memiliki empati, psikolog yang profesional memahami dan merasakan perasaan dan pengalaman klien mereka, serta dapat menciptakan ikatan yang kuat dengan klien dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
4) Terbuka terhadap pengembangan diri, psikolog yang profesional selalu berusaha untuk mengembangkan diri mereka sendiri. Mereka akan terus belajar, mengikuti perkembangan terbaru dalam ilmu psikologi, dan mencari peluang untuk pertumbuhan profesional.
5) Terbuka terhadap keberagaman, psikolog harus menghormati dan memahami keberagaman individu dan kelompok yang dilayaninya. Psikolog tidak boleh mendiskriminasi berdasarkan faktor seperti ras, agama, orientasi seksual, atau latar belakang budaya.
6) Psikolog profesional yang berorientasi pada pemecahan masalah mempunyai kemampuan menganalisis masalah, memberikan solusi, dan membantu klien mengatasi tantangan mental dan emosional.
7) Berorientasi pada kepatuhan hukum, psikolog yang profesional akan mematuhi semua peraturan hukum dan ketentuan hukum yang berlaku dalam praktik psikologi, termasuk perizinan dan peraturan terkait keamanan dan etika.