Mohon tunggu...
RAIHANAH NAJLA PUTRI
RAIHANAH NAJLA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai saya mahasiswi komunikasi IPB

Mahasiswi komunikasi IPB. semoga tulisan saya bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Realita Sistem Pendidikan Indonesia, Pembelajaran Daring Bikin Pusing?

24 Maret 2021   19:00 Diperbarui: 24 Maret 2021   19:14 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UNICEF menemukan 938 anak di Indonesia putus sekolah akibat pandemi covid-19. Dari jumlah tersebut 75 persen di antaranya tidak dapat melanjutkan pendidikan karena terkendala biaya. 

Perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini mengatakan hal tersebut terjadi karena orang tua siswa banyak yang kehilangan pendapatan dan pekerjaan sejak virus corona masuk ke Indonesia.

Kemudian, berdasarkan data PISA (Programme for International Student Assessment). Indonesia berada di peringkat 6 terbawah dari 77 negara di dunia dalam hal sistem pendidikan. Mengapa hal tersebut dapat terjadi di Indonesia yang notabene nya negara yang kaya namun masih saja masuk dalam negara berkembang? Salah satu sebabnya adalah sistem Pendidikan yang masih belum optimal jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Pendidikan merupakan satu hal penting dalam pembentukan kualitas serta pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan kunci untuk keluar dari kemiskinan. 

Dapat kita lihat negara-negara yang maju memiliki tingkat literasi serta Pendidikan yang terjamin oleh pemerintahnya. Contoh negara-negara tersebut adalah Jepang, Finlandia, dan Amerika yang memiliki sistem pembelajaran terbaik di dunia. Menunjukan bahwasannya suatu negara dapat dikatakan negara yang maju jika sumber daya manusianya memiliki sistem Pendidikan yang baik.

Mengapa negara tersebut memiliki sistem Pendidikan yang baik?. Tingkat literasi masyarakat yang tinggi pada negara-negara maju, membentuk suatu sistem Pendidikan semakin berkembang. Literasi dalam bahasa Latin disebut sebagai literatus, yang berarti orang yang belajar. Semakin banyak seseorang belajar maka kemampuan serta keterampilan kognitif baik membaca,menulis,berbicara,bahkan pada pemecahan masalah akan semakin baik.

Sebagai salah satu contoh terkait literasi. UNESCO menyebutkan      minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Memangnya kenapa kalau minat baca rendah?. Membaca merupakan kunci meningkatnya pengetahuan. Bagaimana suatu negara dapat terus berkembang, jika SDMnya kurang menggali pengetahuan dengan membaca.

Hasil pengamatan World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 , Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). 

Padahal, literasi merupakan kunci utama berkembangnya ilmu pengetahuan.Sistem Pendidikan yang berubah akibat pandemik membuat kesenjangan sosial semakin terlihat. Karena banyaknya siswa yang tidak memiliki perangkat memadai atau lingkungan yang kurang mendukung dalam menuntut pengetahuan.

Dalam wawancara (10/02/2021) bersama Ayu Putri mahasiswi salah satu universitas di kabupaten Bekasi mengatakan; “Kegiatan belajar daring terasa membosankan. Berdiam di tempat duduk sembari memperhatikan pengajar,banyaknya tugas yang harus segera diselesaikan, belum lagi berbagai aktivitas di luar rumah membuat sistem pembelajaran ini terasa kurang efektif”Namun, kita juga tidak tahu kapan Covid-19 ini akan hilang. 

Oleh karena itu dari hasil wawancara tersebut membuktikan bahwasannya diperlukan pembelajaran menarik ,menyenangkan,dan informatif agar pembelajaran ini dapat berjalan efektif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun