"Rasanya sama seperti masakan nenek 2 tahun lalu. Enak banget!" ucap Tante Naya dengan mata yang berbinar.
"Ini kamu yang buat Hanna? Enak sekali! Kapan-kapan kamu bisa mengajari Hani cara memasaknya." kata Om Anton sembari menambah porsi makannya.
"Kamu tau ga sih, masakan ini berasal dari Bukittinggi tepatnya dari Nagari Sianok dan Koto Gadang. Konon resep Ayam Lado Hijau Koto Gadang sudah ada sejak zaman penjajahan Bangsa Belanda loh. Awalnya makanan ini berbahan baku itik atau bebek, namun masyarakat setempat mulai mengembangkan makanan ini dengan menggunakan bahan baku ayam karena ketersediannya yang melimpah di pasar." Tante Naya bercerita sedikit tentang sejarah Ayam Lado Hijau Koto Gadang.
"Oh ya? Aku baru tau ternyata resep Ayam Lado Hijau Koto Gadang sudah ada sejak dulu. Berarti udah lama banget ya masakan ini tan?" tanya Hanna pada Tante Naya.
"Iya, Hanna. Kamu tau keunikan dari Ayam Lado Hijau Koto Gadang ini tidak?" Tante Naya menjawab lalu bertanya balik kepada Hanna.
"Engga tan, emangnya masakan ini ada keunikannya ya?" tanya Hanna
"Jika ayam pada umumnya dilumuri dengan cabai merah, ayam ini dilumuri dengan cabai hijau. Cabai hijau yang digunakan tidak menggunakan cabai hijau biasa. Cabai hijau yang digunakan merupakan jenis cabai merah yang dipetik saat masih muda yang berwarna hijau." jawab Tante Naya.
"Wah, kenapa yang dipakai cabai yang itu sih tan?" Hanna kembali bertanya.
"Cabai hijau memberikan rasa yang lebih segar, pedas, namun tetap ringan di lidah. Cabai ini juga mengeluarkan aroma yang lebih harum." jawab Tante Naya.
"Racikan bumbu yang digunakan juga dari bahan yang alami. Itu sebabnya rasa ayam lado hijau kita tak akan pernah bisa ditiru oleh bangsa lain. tambah Tante Naya.
"Oh, ternyata itu alasannya rasa ayam kita berbeda dengan yang lain ya tan." jawab Hanna.