Di tengah gemerlap Jalan Braga yang historis, sosok perempuan berseragam oranye menyala dengan peluit di lehernya menjadi pemandangan yang tak biasa. Dialah Ayu, salah satu dari segelintir juru parkir wanita yang mengabdikan dirinya di kawasan legendaris Kota Bandung ini.
Di tengah hiruk pikuk Jalan Braga yang bersejarah, sosok Ayu berdiri tegap dengan seragam oranye khasnya. Selama lebih dari sepuluh tahun, perempuan berusia 42 tahun ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap jalan ikonik Bandung tersebut. Sebagai salah satu dari segelintir juru parkir wanita di kawasan ini, kehadirannya menjadi pemandangan unik yang menarik perhatian pengunjung.
Perjalanan Menjadi Juru Parkir
Ayu, telah menjalani profesi sebagai juru parkir selama lebih dari satu dekade. Dengan senyum ramah dan gesture profesional, ia memandu pengunjung Braga untuk memarkirkan kendaraan mereka dengan aman dan tertib. Di balik penampilannya yang sederhana, tersimpan ketangguhan seorang ibu yang berjuang menghidupi keluarganya. Ayu memulai karirnya sebagai juru parkir di tahun 2012, ketika kebutuhan ekonomi memaksanya mencari nafkah setelah suaminya mengalami sakit berkepanjangan. Tanpa pengalaman sebelumnya, ia memberanikan diri memasuki dunia yang umumnya didominasi kaum pria. Berbekal tekad dan keramahan, Ayu perlahan membangun reputasinya di kawasan Braga.
Dalam dunia perparkiran yang didominasi kaum pria, Ayu hadir sebagai pemecah paradigma. Kehadirannya membuktikan bahwa pekerjaan juru parkir bukanlah monopoli gender tertentu. Dengan keterampilan dan ketangkasannya, ia membuktikan bahwa perempuan pun mampu menjalankan tugas ini dengan sama baiknya.
Setiap hari, Ayu memulai tugasnya sejak pukul 08.00 pagi. Dengan teliti, ia mengatur kendaraan yang mulai berdatangan di area tanggung jawabnya. Peluit yang tergantung di lehernya menjadi alat utama dalam mengatur lalu lintas kendaraan yang akan parkir. Meski cuaca terkadang tidak bersahabat, senyum ramahnya tak pernah pudar.
Profesi juru parkir bukan tanpa tantangan. Ayu harus menghadapi berbagai situasi yang menguji kesabarannya:
- Mengatur parkir di tengah padatnya pengunjung akhir pekan
- Bekerja di bawah terik matahari atau guyuran hujan
- Menangani pengunjung dengan berbagai karakter
- Bersaing dengan juru parkir lain dalam mencari penghasilan
- Menjaga keamanan kendaraan dari ancaman pencurian
Kehidupan di Balik Seragam
Di balik profesinya, Ayu adalah seorang ibu dari dua anak yang kini duduk di bangku SMP dan SD. Penghasilannya sebagai juru parkir ia gunakan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya dan kebutuhan sehari-hari. Meski terkadang lelah, semangat untuk memberikan masa depan lebih baik bagi anak-anaknya menjadi motivasi utama.
Peran Sosial yang Tak Terduga
 Keberadaan Ayu di Jalan Braga lebih dari sekadar juru parkir:
- Menjadi sumber informasi bagi wisatawan
- Membantu menjaga ketertiban dan keamanan kawasan
- Inspirasi bagi perempuan lain untuk berani mengambil peran non-tradisional
- Bagian dari pelestarian kawasan bersejarah Braga
Momen yang Mengubah SegalanyaÂ
Saat itu, seorang konten kreator lokal yang sedang membuat video tentang wisata kuliner Braga tidak sengaja merekam aksi Ayu yang dengan sigap membantu seorang wisatawan lansia yang kesulitan memarkir mobilnya. Bukan hanya membantu mengatur parkir, Ayu bahkan memayungi sang nenek dari terik matahari dan membawakan barang belanjaannya hingga ke toko tujuan.
Video singkat yang menampilkan ketulusan dan profesionalisme Ayu ini viral di media sosial. Dalam hitungan hari, klip berdurasi 60 detik tersebut telah ditonton ribuan kali dan dibagikan di berbagai platform media sosial.Â
Kata-Kata yang terkenal dari dirinya adalah "Indonesia, Malaysia, Bekasi WELL"
Inspirasi bagi Banyak Orang
Kehadiran Ayu di Jalan Braga menjadi inspirasi bahwa gender bukanlah batasan dalam mencari nafkah. Ia membuktikan bahwa perempuan pun mampu bekerja di sektor yang umumnya didominasi pria, asalkan dilakukan dengan dedikasi dan tanggung jawab.
Kisah Ayu adalah potret perjuangan perempuan urban dalam mencari nafkah. Ia membuktikan bahwa tidak ada pekerjaan yang terlalu berat selama dilakukan dengan ketulusan dan tanggung jawab. Di tengah modernisasi kota Bandung, sosoknya menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap kota, masih ada sosok-sosok tangguh yang berjuang dalam kesederhanaan.
Melalui keseharian Ayu, kita belajar bahwa setiap profesi memiliki nilai dan martabatnya sendiri. Ia tidak hanya menjaga kendaraan, tetapi juga menjadi bagian dari mozaik kehidupan yang mewarnai kawasan bersejarah Braga. Dalam diam, ia menulis sejarahnya sendiri sebagai salah satu Srikandi penjaga mobilitas di jantung Kota Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H