Pernah ngga sih kamu merasa tenggelam dalam emosi yang begitu berat sampai ngga tahu harus meluapkannya gimana? Buat sebagian orang, rasa sakit emosional yang ngga tersalurkan sering kali diekspresikan lewat tindakan melukai diri sendiri, atau yang biasa dikenal dengan istilah self-harm. Ini bukan soal mencari perhatian, tapi bagaimana cara menyuarakan luka batin yang ngga terlihat—sebuah upaya untuk mengatasi rasa sakit yang terasa nggak tertahankan sendirian.
Walaupun self-harm mungkin memberikan rasa lega sementara, kenyataannya malah memperpanjang penderitaan itu sendiri. Artikel ini bukan untuk menghakimi siapa pun yang mengalami self-harm, namun untuk memahami apa yang ada di balik tindakan tersebut dan mencari tahu bagaimana proses penyembuhannya bisa dilakukan.
Mengapa Self-Harm Bisa Terjadi?
Self-harm tidak hanya sekedar “kebiasaan buruk” , melainkan respons terhadap tekanan emosional yang luar biasa. Self- harm dapat terjadi karena beberapa faktor :
- Tekanan emosional yang tak tertahankan
Emosi yang sangat kuat, seperti kecemasan, takut, gelisah, kecewa, kemarahan dapat membebani seseorang terlebih lagi jika tidak punya seseorang untuk berbagi kesedihanya sehingga ia merasa sendirian dan tidak dapat mengontrol emosi lalu memilih untuk self-harm sebagai bentuk pelampiasan.
- Menghukum diri sendiri
Perasaan bersalah, rendah diri atau bahkan membenci diri sendiri. Mereka merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan, tidak cukup baik dalam melakukkan sesuatu, tidak bisa memenuhi harapan orang lain seperti keluarga, teman, dan masyarakat sehingga mereka mengintegrasikan tekanan tersebut menjadi kebencian terhadap diri sendiri.
- Kesulitan dalam mengekspresikan emosi
Dalam kondisi ini, mungkin seseorang merasa tidak mampu atau bahkan tidak tahu bagaimana cara mengomunikasikan perasaan mereka secara verbal atau melalui cara-cara yang sehat.Akibatnya, mereka melampiaskanya ke tubuh mereka sendiri.
- Peralihan rasa sakit
Ketika seseorang merasa sedih, marah, kecewa yang begitu hebat dan merasa tak mampu untuk mengobati luka batin yang dirasakan, mereka menganggap sakit fisik lebih mudah disembuhkan maka mereka memilih untuk melukai dirinya sebagai bentuk peralihan rasa sakit yang dialaminya.
- Penilaian negatif terhadap ekspresi emosi
Banyak yang menganggap mengekspresikan emosi seperti menangis adalah bentuk kelemahan, akhirnya banyak orang yang memilih untuk memendam emosinya sampai pada akhirnya emosi itu meledak dan melampiaskanya ke self-harm.
Langkah Awal: Menerima dan Merangkul Diri Sendiri
Perjalanan menuju penyembuhan, yaitu dengan menerima rasa sakit itu. Berikut beberapa cara untuk merangkul diri sendiri:
- Terima perasaanmu rasa marah, sedih, kecewa itu hal yang normal.
- Coba untuk bersikap lembut pada diri sendiri,berhenti untuk terus-menerus nyalahin diri sendiri atas segala hal yang terjadi.
- Jangan ragu dan takut untuk minta pertolongan, cari orang yang kamu percaya untuk mengunngkapkan apa yang kamu rasa. Dengan bercerita kamu bisa merasa lega dan tenang.
- Sembuh butuh waktu, ngga perlu terburu-buru. Nikmatin setiap emosi yang kamu rasakan sebagai bentuk penerimaan dan mengenali diri sendiri lebih dalam.
Strategi Positif Menghadapi Stress
Ada banyak hal yang lebih bermanfaat untuk melampiaskan emosi. Misalnya, journaling tulis semua yang kamu rasain tanpa takut dihakimi. Atau, kalau kamu suka seni, coba melukis atau gambar. Itu bisa banget jadi cara buat ekspresiin perasaanmu. Olahraga ringan kayak yoga juga oke banget, bisa bantu redain stres dan bikin pikiran lebih tenang. Intinya, cari kegiatan positif yang bikin kamu merasa lebih baik.
Banyak yang pernah melukai diri sendiri dan pada akhirnya mereka memilih untuk berhenti. Semua orang punya jalan hidup masing-masing dan punya pilihan untuk bangkit atau terus terpuruk. Nyembuhin luka batin emang ngga semudah nyembuhin luka fisik, tapi bukan berarti kamu ngga bisa.Jadi, ngga perlu ragu untuk bangkit dan minta pertolongan orang lain, ingat kamu ngga sendiri dan berhak bahagia atas hidupmu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H