Mohon tunggu...
Dr. Raiders Salomon Marpaung.
Dr. Raiders Salomon Marpaung. Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Olahraga Purna Tugas

Nama :Dr. Raiders Salomon Marpaung, MM. Alamat :Jl. Toram I No. 5, Jakarta 11820 Tempat, tanggal lahir :Bandung, 18 April 1962 Status : Menikah Pekerjaan: Purna Tugas Guru PJOK di SMPK 6 PENABUR Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Belajar Sejarah di Museum Kota Tua

31 Oktober 2021   08:20 Diperbarui: 31 Oktober 2021   08:26 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri: Latar belakang Museum Wayang)

Hari Museum Nasional diperingati setiap tanggal 12 Oktober. Sebagai wujud dukungan saya dalam rangka merayakan hari Museum di Indonesia, saya akan mengulas tentang Museum Kota Tua.

Provinsi DKI Jakarta adalah salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang begitu banyak memiliki objek wisata. Salah satu objek wisata yang menjadi andalan adalah "Museum Kota Tua". Kota Tua Jakarta adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia.

Kota Tua, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia) berlokasi melintasi Jakarta Barat dan Jakarta Utara, (Kecamatan Taman Sari, tepatnya Kelurahan Pinangsia, Kelurahan Taman Sari dan Kecamatan Tambora, tepatnya Kelurahan Roa Malaka).

Konon pada abad 16, Kota Tua dijuluki "Permata Asia" dan Ratu dari Timur" oleh pelayar Eropa. Kota Tua yang merupakan Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.

 

Sejarah Singkat Kota Tua

 (Dokpri: Lapangan Fatahillah)
 (Dokpri: Lapangan Fatahillah)

Tahun 1526, Fahillah dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa di Kerajaan Hindu Pajajaran, kemudian diberi nama Jayakarta. Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru yang diberi nama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda.

Kota Batavia terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung (saat ini lapangan Fatahillah). Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagi suku "Betawi" yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia. Tahun 1635, kota Batavia meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta.

Kota Batavia dirancang dengan gaya Belanda, lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur.

Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Kota Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan setelah merdeka berperan sebagai ibu kota Republik Indonesia, sampai sekarang. Tahun 1972, Gubernur Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin mengeluarkan dekret yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan era kolonial Belanda. Keputusan Gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota atau bangunan yang masih tersisa di Kota Tua.

Tempat Bersejarah di Kota Tua

(Dokpri: Latar belakang Museum Wayang)
(Dokpri: Latar belakang Museum Wayang)
                                                                                               

Sejak abad ke 16, kota yang sekarang kita kenal dengan Kota Tua adalah sebagai pemukiman penting, pusat kota, dan pusat perdagangan di Asia. Kota Tua yang juga dikenal dengan Oud Batavia, merupakan rumah bagi beberapa situs dan bangunan bersejarah di Jakarta. Oleh sebab itu, secara keseluruhan area Kota Tua sangat menarik untuk dikunjungi.

Beberapa diantaranya adalah: Gedung Arsip Nasional, Stasiun Jakarta Kota, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah (bekas Balai Kota Batavia), Museum Seni Rupa dan Keramik (bekas Pengadilan Batavia), Lapangan Fatahillah, Replika Sumur Batavia, Museum Wayang, Jembatan Kota Intan, Galangan VOC, Menara Syahbandar, Museum Bahari, Pasar Ikan dan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Jadi, kalau kita mau belajar sejarah, datanglah ke Kota Tua. Kita bisa jalan menelusuri jalan yang pernah dilalui oleh tokoh yang pernah kita baca dari buku sejarah seperti Fatahillah dan Jan Pieterszoon Coen. Kita juga bisa membayangkan sejarah masa lalu bahkan mungkin merasakan kejadian di masa lalu, di tempat yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun