Mohon tunggu...
RAI Adiatmadja
RAI Adiatmadja Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya ibu rumah tangga yang gemar menulis. Memiliki fokus lebih dalam terhadap parenting dan kondisi generasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memakan Bangkai Hewan, Potret Parahnya Tingkat Kemiskinan

7 Agustus 2023   10:01 Diperbarui: 7 Agustus 2023   10:08 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Budaya brandu melahirkan sebuah fenomena nyata terkait kemiskinan yang sulit dientaskan. Budaya yang membuat kerdil logika dan terbelakangnya literasi. Tentu saja harus dipertanyakan, mengapa manusia yang dianugerahi akal untuk berpikir agar memiliki pemahaman yang mustanir (cemerlang) bisa memakan bangkai hewan dan menyebabkan virus antraks merajalela?

Sebuah berita mengejutkan terjadi, seperti dikutip dari republika.co.id.gunungkidul -- tradisi brandu di Padukuhan Jati, Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul diduga yang menjadi penyebab sebanyak 87 warga terpapar antraks. Menurut Kepala Dukuh (Dusun) Jati, Sugeng, tradisi tersebut memang sudah mengakar sejak nenek moyang mereka. Tujuannya baik, meringankan kerugian pemilik ternak yang ternaknya mati, entah karena sakit atau sebab lain.

Seyogianya memakan bangkai hewan itu bahaya, tradisi atau budaya yang seharusnya ditiadakan sejak lama, mengapa hingga kini masih terjaga?

Dusun Jati ini dihuni oleh 87 kepala keluarga mayoritas masyarakatnya adalah nonmuslim. Meskipun yang muslim tidak mengonsumsi, pada akhirnya harus ikut andil membeli. Daging hewan bangkai di dalam Islam tentu dihukumi haram.

Dalam kasus ini, mengakibatkan 87 dari 280 warga menjadi suspek antraks. Satu lansia meninggal dunia di RS Sardjito. Antraks ini adalah penyakit menular pada hewan yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis, bisa juga menyerang manusia dengan bisul bernanah.

Mengapa tradisi ini masih ada? Apakah negara membiarkan budaya yang menyebabkan masyarakat semakin terbelakang? Apakah ini bagian dari kelalaian pemangku jabatan?

Padahal perkembangan zaman begitu pesat. Modernisasi menghiasi setiap lini kehidupan, tetapi tak mampu mengentaskan tradisi yang menyebabkan virus penyakit berkeliaran dan kematian mengintai kapan saja.

Di dalam Islam, Allah mengatur hal-hal yang tidak boleh dikonsumsi, termasuk bangkai hewan, kecuali ikan dan belalang. Diharamkan karena memang membahayakan. Terlebih jika sudah menyebarkan virus mematikan.

Brandu adalah sebuah potret buram dan masa suram. Memperlihatkan minimnya edukasi pangan dan kesehatan. Seharusnya pemerintah memberikan edukasi agar tradisi tersebut tidak lagi digunakan. Sejatinya kemiskinan telah membutakan nalar masyarakat, membuat mereka tak lagi memikirkan halal dan haram, sejahtera hanya isapan jempol semata. Sehingga memakan bangkai pun tak mengapa. Cikal bakal antraks ini berawal dari kemiskinan yang menggurita.

Perekonomian kapitalisme membuat kemiskinan tidak kunjung selesai. Regulasi harta hanya berputar di para kapitalis semata, sehingga masyarakatlah yang menanggung beratnya ketidakadilan yang ada.

Regulasi pemerintah hanya berkutat di kepentingan korporasi. Kasus antraks ini tak hanya membutuhkan satu solusi, tetapi urgensi jalan keluar yang sistemis.

Lagi dan lagi hanya sistem Islam yang mampu menuntaskan problematika ini. Di dalam surat Al-Maidah ayat tiga dijelaskan, "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai." Pengharaman ini tidak sekadar wacana dan imbauan semata. Namun, ditegakkan dalam syariat yang kafah. Tindakan tegas untuk hal yang bisa membahayakan dan menewaskan manusia.

Pemerintah akan melarang dengan tegas terkait jual beli daging bangkai. Bahkan pemerintahlah yang akan menyantuni warga yang hewannya mati.

Selain itu, sistem perekonomian dalam Islam akan mewujudkan kesejahteraan. Harta pun tidak akan dibiarkan dimonopoli oleh orang-orang kaya. SDA untuk kepemilikan umum tidak akan dipercayakan kepada pihak swasta. Tentu akan dikelola oleh negara sebagai bukti langkah nyata menyejahterakan rakyat.

Jaminan pemenuhan kebutuhan hidup dalam Islam pun tidak akan terabaikan. Seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan seluruh rakyat.

Biaya pendidikan yang gratis dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi untuk mencetak SDM yang bertakwa, unggul, dan mumpuni. Pendidikan di luar sekolah dihidupkan di masjid-masjid, menyebarkan para ulama ke seluruh negeri agar rakyat teredukasi, bukan sekadar memiliki pengetahuan umum saja, tetapi mereka akan mumpuni mengoneksikan aturan agama dengan peristiwa demi peristiwa yang terjadi hari ini. Termasuk hukum halal dan haram dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Negara adalah pelindung umat, pemerintah adalah abdi negara yang tujuannya membuat masyarakat sejahtera dan melindungi stabilitas negara dari berbagai marabahaya, termasuk virus antraks yang hanya akan lahir di negara yang memiliki keparahan kemiskinan yang tinggi.

Wallahualam bissawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun