1. Sejarah Perkembangan Ulum Al-Qur'an
Bahwa pada masa Nabi segala masalah selalu dikembalikan kepadanya. Karena itu, kebutuhan Ulum Al-Qur'an pada masa itu tidak dibutuhkan. Setelah ia wafat dan kepemimpinan umat islam berada di tangan Khulafa' al-Rasyidin, mulai muncul adanya ilmu-ilmu Al-Qur'an yang dipelopori oleh Utsman bin Affan. Karenanya, ilmu yang pertama kali tentulah ilmu rasm Al-Qur'an, karena berkaitan dengan tulis menulis. Posisi Utsman berarti sebagai perintis awal ilmu-ilmu Al-Qur'an sehingga namnaya tetap diabadikan dengan rasm al-Utsmani.
Setelah itu, 'Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Utsman. 'Ali menugaskan Abu al-Aswad al-Duali merancang dan meletakkan kaidah-kaidah nahwu. Ilmu paramasastra ini muncul sebagai landasan yang bagus bagi timbulnya ilmu I'rab Al-Qur'an. Usaha pengembangan tetap berlanjut pada masa sahabat, sesuai dengan kepabilitas, bobot dan kualitas sahabat, mereka mempunyai konsen dan tujuan tetap sama menggali hikmah-hikmah yang ada didalam Al-Qur'an dan menyampaikan tafsir-tafsir kepada umat islam. Usaha selanjutnya dilanjutkan oleh generasi tabiin, begitu seterusnya sampai sekarang.
Baca juga: Pengertian Ulumul Qur'an Menurut Ulama
Mufassir yang terkenal ialah Khulafa' al-Rasyidin, Ibn Mas'ud, Ibn Abbas, 'Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, 'Abd Allah bin Zubair dan Abu Musa al-Asy'ari.. setiap mereka mempunyai murid-murid yang tekun dan serius dalam mendalami Al-Qur'an. Ibn Abbas merupakan tokoh guru diMekkah. Di Irak, 'Abd Allah menyusun kitab 'Ilm al-Qira'at.
Menurut data penelitian yang ditemukan oleh Syekh Muhammad 'Abd al-'Azhim al-Zarqani, penulis Manahil al-'Irfan fi 'Ulum Al-Qur'an, mengatakan bahwa istilah 'Ulum Al-Qur'an dalam peforma lengkap,muncul secara nyata sebernarnya setelah adanya kitab al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an yang dikarang oleh 'Ali bin Ibrahim bin Sa'id yang dikenal dengan al-Hufi, kitab ini merupakan kitab tafsir. Kemudian disusul dengan kitab lain.
Baca juga: Ulumul Quran dan Perkembangannya
Pada masa modern, para pemikir membangkitkan wacana pemikiran baru, dan mereka meramu kembali dan mengaitkan pengetahuan-pengetahuan modern dengan ilmu-ilmu Al-Qur'an. Akhirnya, timbullah gerakan baru dalam bidang ini yang memberi nuansa yang lebih segar dan dinamis, sehingga muncul karangan-karangan dengan corak yang baru dan tampil beda, misalnya kitab I'jaz al-Qur'an karangan Mustafa Shadiq Rafi'i, dsb. Meskipun usahanya tidak banyak membuahkan hasil, namun pada abad-abad berikutnya kajian orang-orang eropa yang disebut orientalis, banyak didapati kemajuan-kemajuan.
2. Ruang Lingkup Pembahasan Ulum Al-Qur'an
Ilmu-ilmu Al-Qur'an akan terus bergerak seiring dengan kemajuan peradabanman manusia. Bila pada masa awal turunnya Al-Qur'an. Jargon yang populer adalah al-ilm fi al-shudur (dalam arti dihafal di dalam dada karena belum terbiasa dengan tradisi tulis-menulis), kemudian beralih menjadi ungkapan al-'ilmi fi al-sutur (dalam arti ditulis), pada gilirannya jargon yang paling tepat pada era komputer sekarang ini adalah al-'ilmi fi CD, penguasaan teknologi tinggi komputer untuk mengembangkan kajian Al-Qur'an mesti dimaksimallkan.
Baca juga: Belajar Ulumul Hadis