Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Nanti Saja Alisya

15 Februari 2024   20:42 Diperbarui: 30 Maret 2024   20:38 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Id. Pinteres Indonesia 

Sudah sore, dan senja sudah menyapa dunia. Rerumputan di jalan sudah terpapar sinar jingga. Alisya rupanya sudah menunggu lama. 

Aku baru saja pulang dari  tempat magang. Di perjalanan, Alisya menelponku. 

"Mi, kamu dimana cepat kesini!" Ujarnya di telpon. 

"Kemana? " kataku. 

"Astaga... bukannya tadi aku udah chat kamu!" Ucapnya. 

"Nggak, dari tadi kan Hpku mati. Aku baru aja nyalain hp" jawabku. 

"Ya, udah deh! Sekarang kamu buruan kesini.  Ke dekat  sawah Pak Dul." Titah Alisya dengan nada kesal. 

"Emangnya kenapa Alisya? Kok  kelihatannya penting banget Aku kesana."

"Ya elah, Zahra. Aku nungguin kamu disini sudah 1 jam. Masa kamu gak mau kesini" Kali ini, nada suaranya terdengar kecewa. 

"Ya udah deh. Aku kesana" kataku. *

Aku sudah berada di dekat sawah Pak Dul. Sudah kulihat wajah Alisya yang begitu berbinar saat Aku datang.  Gadis itu begitu sumringah saat melihatku. Senyumnya begitu manis, membuatku curiga akan sesuatu. Tidak biasanya Alisya begini. 

"Kamu kenapa?" Kataku. 

"Aku mau nunjukin sesuatu " katanya. 

"Apa?" Tanyaku penasaran. 

" Tuh!" Katanya menunjuk ke arah sawah Pak Dul. 

"Sawah?" 

"Bukan"

"Terus?"

"Coba deh lihat lagi dengan seksama," ucapnya. 

Aku sudah lihat dengan seksama. Tapi yang kulihat hanya sawah Pak Dul. Atau boneka sawah yang terpanjang ditengah-tengah sawah itu. Atau, seorang pria berbaju putih yang tidak jelas kelihatan wajahnya. Sepertinya itu Pak Dul. 

"Pak Dul?" Ucapku. 

"Laki-laki ganteng gitu, kau bilangPak Dul?" Katanya. 

"Ganteng?" Wajahku tentu heran. Sejak kapan Alisya menyebut laki-laki ganteng. Biasanya dia gengsi untuk menyebut laki-laki ganteng atau soleh. 

"Emangnya itu siapa?" Mukaku amat penasaran. Karena kulihat, wajah laki-laki itu  sudah mulai jelas. Ia mulai mendekat ke arah kami. 

"Itu Abang Aku, Bang Fuad" ucapnya dengan girang. 

Mataku melotot mendengarnya. Perasaan tidak enak mengguncang batinku.  Sial, gadis ini begitu terobsesi untuk mengenalkan Abangnya kepadaku. 

"Ngapain abangmu kesini?" Kataku berbisik.  Kulihat Bang Fuad semakin dekat. 

"Ngapain lagi, mau ngenalin kamu ke dia lah." 

"Aduh.. Alisya"

"Kenapa Zahra? Kenalan doang kok." Ucapnya. 

Hatiku resah, gundah gulana, galau merana. Bang Fuad sudah dekat. Sekarang jaraknya hanya sejengkal dari kami. Moment senja itu memang sedikit romantis untuk mengenal seseorang. Tapi sayangnya, Aku tak ingin mengenal siapa pun.  Termasuk Bang Fuad. Abangnya temanku sendiri.  

"Alisya, Aku ke kamar mandi dulu yah. Tiba-tiba mules." Ucapku mencari alasan. 

"Zahra, bentar doang kok"

"Nanti aja yah! Atau kapan-kapan. Mules itu gak bisa ditunda " kataku.

Aku pun langsung meninggalkan tempat itu. Kasihan Alisya dan abangnya. Tapi, Aku serius. Aku tak pernah ingin mengenal laki-laki mana pun. Termasuk abangnya Alisya. 

Mana mungkin aku ingin mengenal yang lain. Sedang dalam setiap doaku sudah ada seseorang yang kusebut namanya setiap hari. Nanti saja Alisya! Kalau Aku sudah lupa Dia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun