Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Resolusi Terkahir

18 Januari 2024   17:47 Diperbarui: 18 Januari 2024   18:00 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja sudah lama berpamitan, sepoi-sepoi angin malam, kini menemaninya sendirian.  Besok tahun baru, seperti biasa Naza selalu menuliskan harapannya. Ia percaya harapan yang tertulis, akan lebih mudah untuk diwujudkan. 

Pena dengan tinta biru, ia goresan ke sebuah jurnal pribadinya membentuk huruf-huru harapan. Harapannya di tahun besok adalah bisa menikahi gadis yang amat ia cintai. 

Tiga tahun lalu. Zara, gadis impian Naza menolak lamarannya. Alasannya karena Naza hanya seorang penulis lepas yang tak punya penghasilan yang jelas. Sekarang, Naza sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta. Ia juga sudah punya penghasilan tetap. Tak ada lagi alasan baginya untuk menolak Naza. 

Kini sudah menunjukkan pukul 24.00 wib, suara bising sirene dan dentuman petasan riuh  diluar.  Pertanda  31 Desember sudah berlalu.  Januari pun sudah datang kembali. Menyapa tahun baru yang baru lagi.  Ia segera tidur. Tak sabar untuk menghadapi hari esok. 

Keesokan harinya, setelah rapi dan sarapan. Ia pergi ke rumah Zara, hari ini Zara pulang. Setelah tiga tahun, gadis cantik itu pergi menyelesaikan studi untuk mendapat gelar magister. Ia tak sabar menemui pujaan hatinya itu, dan menyampaikan keinginannya mempersunting gadis pilihannya itu ke depan ayah, ibu perempuan itu. 

Setelah sampai di rumah Zara, ia disuguhi dengan pemandangan yang menggerakkan.  Seorang laki-laki sebayanya membuka pintu. Kepala Naza bertanya-tanya siapa laki-laki itu. Setahunnya Zara tidak punya saudara laki-laki. 

"Ada apa Mas?" Ujar laki-laki itu. 

"Zaranya ada?" 

"Ada, tapi ada keperluan apa ya Mas" tanyanya. 

"Saya mau menjumpai ayah Ibunya"

"Oohh... silahkan masuk" 

Naza masuk, setelah duduk di sebuah sofa. Zara keluar dari kamarnya. 

"Ehhh.. Naza. Apa kabar, kenalin ini suamiku." Ucap perempuan itu menunjuk laki-laki yang membukakan pintu tadi. 

Plukk..hati Naza sepeti tersayat-syat. Bagaimana mungkin gadis impiannya itu sudah menikahi orang lain. Ia tak percaya. Mungkin saja Zara sedang bercanda. 

"Kamu bercanda?" Ucapnya. 

"Nggak lah Za, ini suami Aku. Maaf kita gak sempat ngundang kamu ke nikahan. Soalnya kemarin itu serba mendadak semua" seru Zara. 

Hati Naza kini tersayat-sayat.  Gumpalan semangat yang ia bangun malam itu,  kini tengah berubah membentuk puing-puing luka yang dipenuhi dengan darah  tak berwarna. 

"Ayah dan Ibu lagi ke luar Za, ada kep keperluan apa?"

"Ooh.. nggak, tadi cuma mampir. Kalau gitu Aku pamit dulu" ucapnya. Lalu pergi keluar, dengan wajah lesu. 

Ia segera menghampiri, mobilnya. Ia ambil jurnal pribadinya. Lalu ia menyobek-nyobek kertas itu. Dia membawa mobil dengan amat laju. Sampai dia tidak sadar, jalan yang ia lewati bukan lagi sebuah jalan. Namun, sebuah lembah kematian. Mobilnya, terhempas ke jurang. Suara ledakan  yang amat keras terdengar di dalam lembah itu. Lalu terlihat api sudah membaradi , laki-laki itu hangus bersama harapan-harapan yang ia sobek-sobek. Malam itu. Menjadi resolusi tahun baru terakhirnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun