Naza masuk, setelah duduk di sebuah sofa. Zara keluar dari kamarnya.Â
"Ehhh.. Naza. Apa kabar, kenalin ini suamiku." Ucap perempuan itu menunjuk laki-laki yang membukakan pintu tadi.Â
Plukk..hati Naza sepeti tersayat-syat. Bagaimana mungkin gadis impiannya itu sudah menikahi orang lain. Ia tak percaya. Mungkin saja Zara sedang bercanda.Â
"Kamu bercanda?" Ucapnya.Â
"Nggak lah Za, ini suami Aku. Maaf kita gak sempat ngundang kamu ke nikahan. Soalnya kemarin itu serba mendadak semua" seru Zara.Â
Hati Naza kini tersayat-sayat.  Gumpalan semangat yang ia bangun malam itu,  kini tengah berubah membentuk puing-puing luka yang dipenuhi dengan darah  tak berwarna.Â
"Ayah dan Ibu lagi ke luar Za, ada kep keperluan apa?"
"Ooh.. nggak, tadi cuma mampir. Kalau gitu Aku pamit dulu" ucapnya. Lalu pergi keluar, dengan wajah lesu.Â
Ia segera menghampiri, mobilnya. Ia ambil jurnal pribadinya. Lalu ia menyobek-nyobek kertas itu. Dia membawa mobil dengan amat laju. Sampai dia tidak sadar, jalan yang ia lewati bukan lagi sebuah jalan. Namun, sebuah lembah kematian. Mobilnya, terhempas ke jurang. Suara ledakan  yang amat keras terdengar di dalam lembah itu. Lalu terlihat api sudah membaradi , laki-laki itu hangus bersama harapan-harapan yang ia sobek-sobek. Malam itu. Menjadi resolusi tahun baru terakhirnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H