Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Mempelajari Psikologi Agama untuk Tenaga Pendidik Agama Islam

10 Januari 2024   17:03 Diperbarui: 10 Januari 2024   17:28 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nur Rohma dalam bukunya yang berjudul psikologi agama menjelaskan bahwa "Psikologi Agama adalah cabang dari psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya, serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Atau ilmu yang berusaha untuk menjelaskan pekerjaan, pikiran dan perasaan seseorang terhadap agama. Baik dia orang yang beragama, acuh tak acuh terhadap agama ataupun yang anti agama. Yang berarti bahwa yang diungkap dan dijelaskan adalah proses mental orang tersebut terhadap keyakinannya." 

(Nur Rohma, 2020) 

Sementara itu, Zakiah Darajat berpendapat bahwa 

"Psikologi Agama adalah meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh Keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping itu Psikologi Agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut."

 Menurut Yahya Jaya sendiri 

"Psikologi Agama adalah ilmu tentang pengaruh agama terhadap kehidupan jiwa dan kejiwaan manusia sikap dan tingkah laku serta hubungan komunikasi dan interaksi dengan Tuhan, dan lingkungan. Psikologi Agama adalah ilmu yang mengkaji tentang proses pertumbuhan dan perkembangan jiwa keberagaman manusia dalam semua tingkat perkembangan dan segala kemungkinan evolusinya." 

Dari pendapat para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa psikologi agama merupakan cabang ilmu psikologi yang mengkaji perilaku keagamaan seseorang dari segi psikologis atau mengkaji kondisi psikologis seseorang dari segi agama. Misalnya bagaimana ketika kita sedang stres atau depresi kemudian kita pergi mengambil air wudhu, sholat, berzikir, dan setelahnya membaca ayat-ayat suci Alquran. Setelah melakukan itu semua kita merasa plong, seakan-akan beban besar yang kita pikul sudah hilang. Bahkan kita merasa jauh lebih tenang dari sebelumnya. 

Seluruh energi positif hadir, seolah-olah menyegarkan mental dan jiwa kita. Kita yang semula stres dan depresi karena suatu hal, malah terlihat seperti tak punya masalah sama sekali. Inilah yang disebut bagaimana kondisi psikologis seseorang mempengaruhi agamanya. Atau ketika kita mendengarkan ayat-ayat suci Alquran kita merasakan getaran hangat, seolah ada energi positif yang memberikan pijatan hangat, dan memberikan sentuhan terapi tanpa sengaja. Padahal sebelumnya kita baik-baik saja, hanya saja ada semacam tarikan energi positif, saat kita mendengarkan ayar-ayat suci tadi. Inilah yang disebut bagaimana perilaku agama mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. 

Yusron dan Irwansyah dalam bukunya yang berjudul "Psikologi Agama" menerangkan bahwa ruang lingkup Psikologi Agama meliputi; kegiatan ibadah seseorang yang meliputi Ubudiyah dan muamalah, gerakan-gerakan kemasyarakatan yang muncul dari masyarakat beragama, budaya-budaya yang ada dalam masyarakat akibat pengalaman agama serta suasana keagamaan dalam lingkungan hidup seiring dengan kesadaran beragama yang ada dalam masyarakat. 

Sebagai contoh; Banyak sekali gerakan-gerakan kemasyarakatan yang hadir karena kesadaran beragama yang baik. Misalnya gerakan cinta Palestina, dimana orang-orang di dalamnya adalah sejumlah relawan yang telah mengumpulkan dana, membantu bersuara, memberikan dukungan secara lahiriah, serta menunjang beragam fasilitas kepada rakyat Palestina.

 Gerakan ini hadir karena kesadaran akan agama yang tinggi diantara masyarakat. Orang-orang yang berada di dalamnya percaya bahwa mereka seagama dan merupakan saudara seiman dan setakwa. Ini adalah sebuah afirmasi positif dari perilaku beragama serta kesadaran beragama yang baik. Disinilah psikologi agama hadir, sebagai cabang ilmu psikologi yang mengkaji perilaku keagamaan seseorang dengan kondisi psikologisnya, atau kondisi psikologisnya dengan perilaku beragamanya. 

Banyak sekali isu yang penting untuk dikaji dalam mata kuliah psikologi agama, apalagi setelah kita mengetahui bahwa fitrah manusia adalah makhluk yang beragama, lalu kenapa masih banyak manusia yang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang bahkan terkadang diluar nalar dan logika. 

Sebut saja, pemerkosaan yang dilakukan Bayu Azi Anwar, seorang pimpinan pondok pesantren di daerah Semarang, yang memperkosa santriwatinya dengan iming-iming memberikan beasiswa melanjutkan perguruan tinggi. Kasus ini, tentu menarik untuk dikaji. Karena pelakunya hadir dari seorang pimpinan pondok, yang dalam masyarakat dianggap agung, berilmu khsususnya ilmu agama. Ia tentu tahu ilmunya bahwa memeprkosa seorang wanita yang bukan mahram khususnya dalam agama islam adalah haram. Lalu mengapa ia, sekelas pimpinan pondok melakukan hal keji yang demikian? Jangan-jangan ia sedang dalam keadaan tidak sadar, jangan-jangan tingkat kesadaran beragamanya masih rendah. 

Hingga tindakan keagaman dianggapnya hanya sebuah ritual biasa, karena itu ajaran-ajaran agama yang diketahui dan diperolehnya hanta lewat saja. Sebatas tahu, sebatas mengajarkan kepada orang lain . Sementara ilmu itu, tidak ia serap kedirinya. Inilah urgensi psikologi agama, psikologi merupakan ilmu yang mengkaji alam sadar dan alam bawah sadar manusia meliputi jiwa (ruhnya) bahkan nafsnya. Kita juga bisa menyebut bahwa psikologi agama merupakan ilmu yang mempelajari kesadaran beragama seseorang. Dimana yang menjadi persoalan pokoknya adalah kajian terhadap tingkah laku keagamaan seseorang. Di dalam buku psikologi agama karya Redmon dan Juharah mengatakan bahwa agama merupakan naluri atau menurut fitrahnya manusia adalah homo religion, atau homo dividian (makluk yang bertuhan) karena pada hakikatnya manusia mempercayai adanya Tuhan yang maha kuasa. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang tidak mempercayai Tuhan? Apakah ada kondisi psikologis seseorang itu, hingga membuatnya tidak percaya dengan Tuhan? Ya, inilah sebabnya mengapa psikologi agama sangat penting untuk dipelajari. 

Selain itu, sebagai calon tenaga pendidik, khususnya tenaga pendidikan agama islam tentunya mempelajari psikologi agama sangatlah penting. Karena setelah menjadi guru nanti, kita akan dihadapkan dengan berbagai problem dan persoalan yang ditemui saat mengajar. Hal tersebut bisa kita temui pada siswa, atau pun kita temui dalam lingkungan sekolah. Bahkan banyak persolan yang akan kita temukan di lingkungan masyarakat. Contoh konnkretnya bagaimana kegiatan-kegiatan keagamaan berpengaruh terhadap motivasi serta semangat belajar siswa. Bagiamana juga perilaku kenakalan siswa yang merupakan akibat dari perilaku kurangmya reaksi keagamaan (amaliyah). 

Referensi/ Sumber:

 Nur Rahma, Psikologi Agama, Surabaya: (Jakad Media Publishing, 2020 )

Redmon dan Juharah, Psikologi Agama, (Bandung: Widna Bakti Persada, 2020)

 Yusron dan Irwansah, Psikologi Agama, (Jakarta : Tunas Gemilang Press, 2020)

 https://youtu.be/g-rpRulmXRU?si=KA9xo2VllMgY2e7X

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun