Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Hati

8 Januari 2024   10:37 Diperbarui: 8 Januari 2024   10:43 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Tak usah di tolong ketua geng motor itu, biarkan saja Dia membusuk, itu adalah balasan untuknya," sahut seorang warga.

 "Betul!"  warga serentak. Secara bersamaan warga meninggalkan tempat itu. Aku sendiri, melihat penderitaan Hanif yang begitu menyakitkan. 

" Siapa Kamu?" Ucapnya. 

"Hanif Kamu harus di bawa ke rumah sakit luka kamu mengeluarkan banyak darah," jawabku. 

"Biarkan saja Aku mati."  Hanif berteriak. "Aku sudah tidak berguna lagi. " Isak tangis membanjiri wajah tampannya. Aku tak lagi mau mendengarkan kata-kata keputusasaannya. Aku menelpon Pak Suryo supirku. Tak lama Pak suryo sampai, Kami membawa Dia kerumah sakit.


"Terimakasih sudah membuat Aku lebih tersiksa di dunia ini, " tukasnya. Air mata terus mengalir di pipinya. 

"Kenapa Kamu merasa sangat menderita  di dunia yang penuh warna ini?" tanyaku tenang. 

"Warna itu hanya bisa dilihat oleh kalian yang matanya berfungsi, sementara Aku sudah menganggap warna itu halusinasi. Aku buta, bahkan semua orang tak ada yang menginginkan Aku hidup lagi," jawabnya.


"Kamu tahu mental Kamu itu lemah,  di dunia ini banyak yang kehilangan Anggota tubuhnya. Ada yang kehilangan mata seperti kamu ini, ada yang kehilangan telinga, kehilangan hidung, kehilangan kedua tangan, kehilangan kaki. Bahkan ada yang kehilangan suara. Memang itu berat, tapi kamu tahu beberapa di antara mereka membuktikan hilangnya anggota tubuh tidak menghalangi mereka dalam merasakan keindahan warna-warni dunia ini. Mereka mengukir prestasi yang membuat Orang lain tercengang, bungkam dan diam. Karena sebenarnya yang paling diperlukan adalah mental yang kuat"


"Siapa Kamu?" tanyanya. 

"Apa kau tak mengenali musuh bebuyutanmu saat SMA?." Dia tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun