Penulis ;Â
Amelia Okta Fiana (2305002)
Rahmita Sari Batubara (23005028)
Ramadani (23005029)
Mata Kuliah : Pendidikan Keluarga
Dosen Pengampu;
Dr. Syur'aini, M.Pd.
Dr. Ismaniar, M.Pd
PRODI PENDIDIKAN NON FORMAL UNP
Â
Abstrak
Era digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita hidup, bekerja, dan belajar. Teknologi digital kini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pendidikan anak usia dini. Dengan kemajuan teknologi, tantangan baru muncul bagi orang tua dan pendidik dalam mendidik anak-anak yang masih sangat muda. Orang tua di era digital dihadapkan pada berbagai tantangan baru, seperti bagaimana melindungi anak dari konten negatif di internet, bagaimana membatasi waktu penggunaan gadget, dan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk mendukung tumbuh kembang anak. Artikel ini membahas berbagai strategi yang dapat diterapkan untuk mendidik anak usia dini di era digital, dengan fokus pada pemanfaatan teknologi secara bijak dan efektif.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi digital telah merambah hampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Di era digital saat ini, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka terpapar oleh teknologi sejak usia dini, baik melalui penggunaan perangkat seperti tablet dan smartphone, maupun melalui media digital lainnya. Meskipun teknologi menawarkan banyak manfaat potensial, seperti akses ke informasi yang luas dan peluang untuk pembelajaran yang lebih interaktif, ada juga tantangan signifikan yang harus dihadapi.
Pendidikan anak usia dini adalah fondasi penting bagi perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan fisik mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami bagaimana memanfaatkan teknologi secara bijak untuk mendukung perkembangan anak. Penggunaan teknologi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif seperti gangguan perhatian, penurunan aktivitas fisik, dan masalah dalam interaksi sosial.
Pembahasan
Anak usia dini secara umum adalah anak-anak di bawah usia 6 tahun. Pemerintah melalui UU Sisdiknas mendifinisikan anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Soemiarti patmonodewo mengutip pendapat tentang anak usia dini menurut Biecheler dan Snowman, yang dimaksud anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.
     Â
Batasan yang dipergunakan oleh the National Association For The Eduction Of Young Children (NAEYC), dan para ahli pada umumnya adalah : "Early childhood" anak masa awal adalah anak yang sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini.20 Beberapa orang menyebut fase atau masa ini sebagai golden age karena masa ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan.
Keluarga adalah beberapa individu yang tergabung dalam suatu rumah tangga yang sama karena hubungan darah, ikatan perkawinan, dan hal-hal lainnya. Keluarga selalu menjadi tempat pertama untuk berbagi kasih sayang, mengatasi masalah, yang sedang dialami salah satu anggota keluaraga dan membentuk karakter diri masing-masing individu dalam keluarga. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan orang tua dalam mendidik anak usia dini di era digital:
- Mengenalkan Teknologi Secara Bertahap
Pada tahap awal, penting untuk mengenalkan teknologi kepada anak secara perlahan dan terkontrol. Anak-anak usia dini membutuhkan waktu untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan perangkat teknologi. Orang tua harus menetapkan batasan waktu layar yang ketat dan memastikan bahwa konten yang diakses sesuai dengan usia anak. American Academy of Pediatrics menyarankan bahwa anak-anak usia 2 hingga 5 tahun tidak boleh menghabiskan lebih dari satu jam per hari di depan layar. Konten yang dipilih harus edukatif, mendukung perkembangan kognitif, dan merangsang rasa ingin tahu anak.
Â
- Kombinasi Pembelajaran Digital dan Non-Digital
Teknologi dapat menjadi alat bantu yang sangat efektif dalam proses belajar, namun tidak boleh menggantikan aktivitas fisik dan interaksi sosial yang esensial untuk perkembangan anak. Orang tua dan pendidik harus memastikan adanya keseimbangan antara pembelajaran digital dan aktivitas offline. Kegiatan seperti bermain di luar, membaca buku fisik, dan melakukan proyek-proyek kreatif sangat penting untuk perkembangan motorik dan sosial anak. Misalnya, menggabungkan penggunaan aplikasi edukatif dengan proyek sains sederhana di rumah dapat memberikan pengalaman belajar yang holistik dan menyenangkan.
Â
- Peran Aktif Orang Tua dan Guru
Pendampingan orang tua saat anak menggunakan perangkat digital sangat penting. Orang tua harus aktif terlibat dalam mengarahkan dan memantau penggunaan teknologi oleh anak. Ini termasuk menjelaskan konten yang dilihat, memberikan konteks, dan menjawab pertanyaan yang mungkin timbul. Selain itu, komunikasi yang terbuka tentang pengalaman digital anak dapat membantu mereka mengembangkan pemahaman yang lebih dalam dan kritis terhadap teknologi. Guru juga harus berperan dalam mengintegrasikan teknologi secara efektif dalam kurikulum, memastikan bahwa penggunaan teknologi mendukung tujuan pendidikan yang lebih luas.
- Menyediakan Lingkungan Belajar yang Kondusif
Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung sangat penting untuk keberhasilan pendidikan anak usia dini di era digital. Ini termasuk menyediakan ruang bebas dari gangguan teknologi untuk kegiatan belajar dan bermain konvensional. Dengan demikian, anak-anak dapat fokus pada tugas-tugas yang memerlukan konsentrasi tinggi tanpa terganggu oleh perangkat digital. Selain itu, penting untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan interaksi sosial langsung, seperti bermain dengan teman sebaya dan menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga.
- Mengembangkan Keterampilan Digital Dasar
Anak-anak harus mulai mengembangkan literasi digital sejak dini. Penggunaan aplikasi edukatif dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung dengan cara yang interaktif dan menyenangkan. Literasi digital juga mencakup pemahaman tentang keamanan online. Anak-anak perlu diajarkan untuk tidak membagikan informasi pribadi, mengenali konten yang tidak pantas, dan melaporkan hal-hal yang membuat mereka merasa tidak nyaman.
Â
- Pembelajaran Berbasis Teknologi yang Inovatif
Teknologi seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) menawarkan cara baru dan menarik untuk belajar. Misalnya, aplikasi AR dapat digunakan untuk menjelaskan konsep sains dengan cara yang lebih visual dan interaktif, membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi anak-anak. Penggunaan teknologi inovatif ini dapat membantu memperkaya pengalaman belajar anak dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan.
Penutup
Menghadapi era digital, strategi pendidikan anak usia dini harus beradaptasi untuk memanfaatkan teknologi secara bijak dan efektif. Penting untuk selalu menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan aktivitas tradisional yang mendukung perkembangan holistik anak. Orang tua dan pendidik memiliki peran krusial dalam membimbing anak-anak dalam perjalanan pembelajaran mereka, memastikan bahwa mereka tumbuh menjadi individu yang cerdas, kritis, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi dapat menjadi alat yang berharga dalam mendukung pendidikan dan perkembangan anak usia dini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H