Mohon tunggu...
Rahmi Putri Z
Rahmi Putri Z Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka nulis dipojok-pojok buku bacaan. Hobby nya mengamati manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PR Sekolah yang Menjemukan?

2 November 2022   08:00 Diperbarui: 2 November 2022   08:03 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika sekarang sekolah sudah kembali normal, apakah aktivitas anak belajar juga kembali normal. Tentu tidak semudah itu. Pernyataan yang berbagai macam dari orang tua, kemudian mulai bermunculan. Ada orang tua yang berkomentar anaknya sudah mulai susah dikendalikan sampai anak yang keterusan bermain game online. Anak-anak kemudian juga mempengaruhi teman-teman mereka di sekolah, tanpa mereka sadari menambah lingkungan anti belajar.

Kemudian apa hubungannya dengan PR? PR menjadi hal yang biasa menjemukan bagi mereka. Sudah tidak menjadi tanggungjawab untuk dikerjakan. Mereka lebih senang dengan smartphone genggam mereka yang memberikan berbagai hal. Kemudian keesokannya dengan berdalih lupa, mereka dengan mudah menyelesaikan persoalan.

Perihal orang tua yang menanyakan tugas PR anak di rumah mungkin suatu hal yang juga harus dipertanyakan. Karena kerjasama orang tua dan sekolah juga perlu diselenggarakan demi berjalannya kegiatan belajar mengajar.

Itulah salah satu contoh alasan anak tidak mengerjakan tugas PR mereka di rumah. 

PR pun menjadi hal yang sia-sia diberikan oleh guru karena akhirnya juga diselesaikan di sekolah juga.

Kemudian bagaimana dengan pengajuan aturan tentang pembebasan PR bagi peserta didik?

Bagi guru, tidak memberikan PR merupakan hal mudah, dan memberikan pengurangan beban tugas bagi mereka, karena tidak perlu mengoreksi PR yang sudah dikerjakan. Tapi, tetap saja PR tidak bisa dihilangkan begitu saja, karena kita tahu setiap keputusan memiliki nilai lebih dan nilai kurang didalamnya.

Kita perlu berpikir matang-matang, karena kita tidak bisa berdalih dengan keadaan dan aktivitas anak yang sudah cukup lama disekolah, sudah cukup waktu mereka belajar. Di luar sekolah anak bisa melakukan kegiatan dan aktivitas yang mereka sukai, karena jika guru memberikan PR, anak tidak memiliki waktu untuk bermain dan mengikuti les-les dalam rangka mengembangkan bakat mereka.

Oleh sebab itu, bagi penulis kemungkinan PR tetap harus diberikan, akan tetapi dengan melihat proporsi, waktu, tujuan belajar, dan materi belajarnya. Tidak semua materi pelajaran harus memberikan PR, dan tidak semua guru harus menugaskan PR kepada peserta didik. 

Dengan demikian hal, hal-hal yang kita anggap positif dari pemberian PR tetap bisa kita tanamkan, dan tidak lupa tetap dapat memberi ruang lebih untuk anak dalam melakukan aktivitasnya diluar sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun