Mohon tunggu...
Rahmi Mardhatillah
Rahmi Mardhatillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Try hard till you get it

One lil step to a bright future

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ternyata Oppa di Dunia Nyata Tidak Sesempurna Oppa di Drama Korea!

12 Mei 2022   06:45 Diperbarui: 12 Mei 2022   07:03 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oppa, atau dalam bahasa indonesia berarti sapaan Kakak laki-laki dari adik perempuan berasal dari negeri gingseng aka Korea Selatan. 

Dengan semakin maraknya penggemar drama korea, semakin banyak ABG-ABG di negara kita yang semakin lancar halunya atas sosok Oppa yang para chingu lihat di drama. 

Sosok Oppa yang gentleman, macho, penyayang, kaya raya bahkan ganteng di drama korea sering membuat para chingu berhalusinasi untuk menemukan sosok oppa para chingu di kehidupan nyata.

Menurut data Kemnaker yang dirilis dalam artikel kompas.com pada Februari 2022 lalu, terdapat sebanyak 9.302 orang Tenaga Kerja Asing dari negeri gingseng. Which is mean, ada kurang lebih sekitar 9300an Eonni dan Oppa yang tinggal dan bekerja di Indonesia.

Mayoritas dari mereka tinggal dan bekerja di Jakarta. 9000an Eonni dan Oppa ini tentunya tidak semuanya fasih dalam berbahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Setelah pandemi Coronavirus 19 melanda dunia 2020 lalu, banyak TKA asing yang kembali ke negara asalnya, namun tidak sedikit juga yang bertahan di Indonesia. Era pandemi ini memaksa kita untuk meninggalkan jejak kita kemanapun kita berpergian chingu. 

Jejak ini bertujuan untuk melacak dan mendata persebaran infeksi virus korona di masyarakat kita. Meskipun Korea Selatan sudah mempelopori sistem peninggalan jejak ini sejak 2020 di awal pandemi melanda, negara kita sendiri baru mulai menggunakan sistem tracking atau mudahnya pelacakan jejak perjalanan user mulai dari Juli 2021 dimana aplikasi Peduli Lindungi pertama kali rilis.

Saat awal rilis hingga saat ini aplikasi peduli lindungi sendiri memiliki 3 fungsi utama chingu. Pertama, untuk screening sebelum memasuki fasilitas umum. Fitur ini yang kita kenal dengan check in/ check out sebelum dan sesudah memasuki fasilitas publik. 

Fitur ini bertujuan untuk merekam perjalanan setiap user sehingga bisa user tersebut terkonfirmasi positif beberapa hari sebelum diagnosa ia terima bisa dilakukan tracking kemana saja si pasien beberapa hari sebelumnya dan bila di lokasi tersebut angka pasien lainnya juga tinggi, wilayah tersebut akan dijadikan zona merah.

Fungsi kedua, adalah untuk mendownload sertifikat vaksinasi covid19. Jika sebelumnya sertifikat vaksin dikirimkan berupa link via sms ke nomor telepon yang didaftarkan saat pendaftaran pre vaksinasi, dengan adanya aplikasi peduli lindungi user dapat mengakses sertifikat vaksin milik anggota keluarga lain hingga 4 orang dalam kartu keluarga yang sama.

Fungsi ketiga adalah hasil test PCR/ Antigen yang terintegrasi dari Rumah Sakit/ Klinik/ Laboratorium yang berafiliasi bisa langsung diakses melalui aplikasi peduli lindungi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya penipuan/ pemalsuan hasil tes antigen/ PCR.

Sayangnya, dengan sekian banyak manfaat dari aplikasi peduli lindungi ini chingu, tidak semua Oppa dan Eonni yang tinggal di Jakarta mau patuh menggunakan peduli lindungi chingu. 

Beberapa dari Oppa dan Eonni tersebut merasa enggan menggunakan Aplikasi Peduli Lindungi baik sebelum maupun sesudah memasuki fasilitas umum. Beberapa kendala maupun alasan- alasan lain ternyata melatarbelakangi tindakan Oppa-oppa tersebut untuk bolos menggunakan aplikasi peduli lindungi. 

Berbeda dengan oppa yang muncul di drama korea, beberapa oppa yang tinggal di Jakarta malah menggunakan hasil tangkapan layar check in dari tempat dan waktu yang berbeda dengan fasilitas publik yang ingin ia masuki.

Menurut penuturan HM seorang tenaga kerja asing asal Korea Selatan yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, kendala-kendala yang dimaksudkan di atas antara lain proses yang dibutuhkan untuk melakukan check in di suatu fasilitas publik memerlukan
waktu yang lama. 

Mulai dari membuka aplikasi, memilih menu untuk scan barcode hingga check in berhasil dilakukan menurut HM terbilang lambat dibandingkan dengan saat ia memindai barcode di fitur tracking milik Korea Selatan.

Hal ini juga dibenarkan oleh AF, yakni seorang interpreter di tempat HM bekerja. Menurut AF, untuk melakukan 1x check in di aplikasi peduli lindungi terlalu banyak menyita waktu dan menyebabkan antrian di beberapa fasilitas publik, selain dari faktor aplikasi yang agak
lambat, juga dipengaruhi oleh tidak stabilnya serta kecepatan akses jaringan internet negara kita yang belum maksimal.

Kemudian alasan kedua HM enggan menggunakan Peduli Lindungi adalah tingkat akurasi dari tracking dari Peduli Lindungi itu sendiri menurutnya masih rendah, dibandingkan dengan fitur tracking yang biasa dipakai di negara asalnya. 

Selaras dengan pernyataan HM, AF sendiri pun merasakan saat perjalanan bisnis ke Korea tahun lalu, atasannya sempat berada di kafe dan waktu yang sama sekitar 45 menit dengan pasien terkonfirmasi positif coronavirus 19. 

Kurang dari 24 jam, departemen pemerintahan yang berwenang langsung mengirimkan pesan singkat berupa informasi bahwa di kafe tersebut pada jam tersebut seorang pasien sempat singgah, sehingga atasan dari AF tersebut diminta untuk segera melakukan PCR test untuk mencegah kasus persebaran coronavirus 19 tersebut.

Sedangkan Januari lalu, saat rekan kerja HM dan AM terkonfirmasi positif corona, tidak ada himbauan atau info dari Satgas Covid untuk melakukan PCR test, malah kantor mereka yang tanggap memfasilitasi seluruh karyawan baik yang melakukan kontak maupun tidak dengan pasien tersebut untuk melakukan PCR test.

Alasan berikutnya yang dituturkan HM terkait ia yang enggan menggunakan Peduli Lindungi adalah Aplikasi Peduli Lindungi tidak ramah terhadap tenaga kerja asing yang tidak mampu berbahasa Indonesia maupun bahasa inggris. Setali tiga uang dengan HM, menurut AF sebagai interpreter tenaga kerja asing asal Korea Selatan di tempat ia bekerja memang sering mengeluhkan hal ini. 

Meskipun bahasa default dari ponsel user sudah diganti ke bahasa korea, hanya halaman awal dari aplikasi tersebut yang bisa berubah menjadi bahasa korea, saat di klik yang muncul hanyalah bahasa inggris/ bahasa indonesia saja. Menurut AF, hal ini sangat berpengaruh atas keengganan tenaga kerja asing asal Korea

Selatan yang bekerja di kantornya, baik untuk tenaga kerja asing yang sudah berusia sekitar 40 tahunan maupun yang masih dibawah 30 tahunan. 

AF, sendiri sebagai interpreter yang jumlahnya sangat terbatas di kantornya dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja asing asal
Korea Selatan yang jelas saja ia kalah jumlah mengharapkan akan ada update dari aplikasi Peduli Lindungi yang bisa membantu tenaga kerja asing dari negara manapun yang tidak bisa berbahasa indonesia maupun bahasa inggris dalam menggunakan aplikasi Peduli Lindungi.

Dan juga ia menambahkan bahwa akan lebih baik jika coronavirus 19 itu sendiri segera usai dan seluruh masyarakat bisa beraktivitas dengan nyaman dan aman.

Meskipun di drama korea sosok oppa itu sendiri selalu digambarkan ganteng, kaya serta sempurna, ternyata di dunia nyata banyak juga loh chingu yang suka nakal dan tidak mematuhi aturan yang berlaku. Semoga chingu semua bisa menyaring apa-apa yang dilihat di drama korea dan tidak mencontoh perilaku yang tidak baik ya chingu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun