A. Lalat perspektif Sains
Lalat sering ditemukan di rumah-rumah dan berbagai tempat di seluruh Indonesia. Beberapa spesies lebih umum daripada yang lain dan cenderung tertarik pada lingkungan tertentu yang sesuai dengan kebiasaan serta siklus hidup mereka. Memahami ukuran, perilaku, musim, dan siklus hidup spesies lalat yang berbeda dapat membantu dalam mengidentifikasi jenis lalat yang lebih efektif.
Lalat adalah serangga dari keluarga Diptera, yang berasal dari kata Yunani *di* yang berarti "dua" dan *ptera* yang berarti "sayap", yaitu serangga yang memiliki sepasang sayap. Diptera diperkirakan terdiri dari sekitar 240.000 spesies, termasuk di dalamnya nyamuk, dan sekitar 120.000 spesies di antaranya telah diidentifikasi. Lalat sering hidup di sekitar manusia, dan beberapa spesiesnya dapat menyebarkan penyakit serius. Lalat dikenal sebagai vektor penyakit yang berbahaya, karena setiap kali lalat hinggap di suatu tempat, sekitar 125.000 kuman dapat berpindah ke tempat tersebut.
Klasifikasi Lalat Menurut Sains
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Subkelas: Pterygota
Infrakelas: Neoptera
Superopdo: panorpida
Ordo: diptera
Secara ekologis, lalat memiliki peran penting dalam proses dekomposisi bahan organik. Mereka membantu menguraikan sampah organik seperti kotoran, bangkai, dan bahan organik lainnya, yang pada gilirannya mengembalikan nutrisi ke dalam tanah. Proses ini merupakan bagian dari siklus alam yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Namun, meskipun kontribusinya dalam ekosistem sangat vital, lalat juga dikenal sebagai vektor penyebar penyakit. Mereka dapat membawa berbagai mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Lalat berpotensi menularkan berbagai patogen, seperti Salmonella, E. coli, dan Shigella, yang dapat menyebabkan penyakit pencernaan jika mengkontaminasi makanan.
Lalat sering kali terpapar pada tempat-tempat yang kotor, seperti kotoran hewan, sampah, dan bangkai. Ketika mereka hinggap pada makanan atau permukaan yang digunakan oleh manusia, mereka berpotensi menularkan bakteri dan virus. Lalat juga memiliki sistem indra yang sangat peka. Salah satu contohnya adalah kemampuan mereka untuk mendeteksi bau dalam konsentrasi yang sangat rendah, yang memungkinkan mereka menemukan sumber makanan atau pasangan. Lalat merupakan objek yang menarik dalam penelitian ilmiah, terutama di bidang genetika. Drosophila melanogaster, atau lalat buah, sering dipakai dalam eksperimen genetika karena siklus hidupnya yang singkat dan struktur genetikanya yang sederhana.
B. Lalat Perspektif Al-Qur'an
(73) (74)
Artinya: "Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa".
Menurut tafsir Al-Misbah dalam ayat ini Allah memberikan perumpamaan untuk mengingatkan umat manusia khususnya kaum musyrikin, tentang kelemahan sesembahan mereka. Allah menunjukkan bahwa makhluk kecil seperti lalat, yang dianggap remeh dan hina, tidak bisa diciptakan oleh mereka yang disembah selain Allah, meskipun mereka berkumpul bersama-sama untuk menciptakannya. Bahkan jika lalat itu merampas sedikit saja dari apa yang mereka sembahkan, tidak ada yang bisa merebutnya kembali. Ini menggambarkan betapa lemah dan tidak berdayanya sesembahan mereka dibandingkan dengan kekuatan Allah. Oleh karena itu, perumpamaan ini menekankan betapa tidak masuk akalnya jika seseorang masih menyembah atau berharap manfaat dari selain Allah yang memiliki kekuatan mutlak. Kaum musyrikin sebenarnya tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan, karena mereka menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lebih lemah dari lalat itu sendiri. Allah adalah Maha Kuat dan Maha Perkasa, tidak ada yang dapat menghalangi kehendak-Nya.
Dalam penafsiran Al-Qurthubi, lalat disebut sebagai contoh dalam ayat ini karena sifatnya yang dianggap remeh, lemah, kotor, dan banyak. Jika makhluk kecil seperti lalat yang lemah dan kotor saja tidak bisa diciptakan oleh sesembahan kaum musyrikin, maka bagaimana mungkin mereka menyembah sesuatu yang tidak memiliki kekuatan untuk menciptakan bahkan makhluk yang demikian. Sayyid Quthub menambahkan bahwa menciptakan lalat sama mustahilnya dengan menciptakan makhluk besar seperti unta atau gajah, karena lalat juga memiliki rahasia kehidupan yang sulit dipahami. Al-Qur'an memilih lalat karena ketidakmampuannya untuk diciptakan lebih menggambarkan kelemahan sesembahan kaum musyrikin dibandingkan jika yang disebut adalah hewan yang lebih besar atau kuat.
Lebih jauh lagi, Sayyid Quthub menjelaskan bahwa lalat membawa penyakit dan bisa merampas hal-hal berharga dari manusia, seperti kesehatan, penglihatan, atau bahkan nyawa. Ini adalah alasan lain mengapa lalat disebutkan, meskipun terlihat kecil dan hina, lalat dapat menyebabkan kerusakan yang besar. Bahkan jika manusia bisa menangkap lalat, mereka tidak akan bisa mengambil kembali apa yang sudah dirampasnya, karena zat yang dikeluarkan oleh lalat saat menyentuh sesuatu dapat mengubah sifatnya.
Secara keseluruhan, ayat ini mengkritik keras penyembahan berhala, karena sesembahan yang seharusnya memiliki kekuatan untuk melindungi, justru digambarkan sebagai tidak mampu melindungi dirinya sendiri, bahkan terhadap sesuatu yang sekecil lalat. Ini menunjukkan betapa lemah dan tak bertenaganya berhala-berhala yang disembah oleh kaum musyrikin.
Dalam tafsir Ibn Katsir menjelaskan bahwa Allah menggunakan lalat dalam perumpamaan ini untuk menunjukkan kekuatan dan kebesaran-Nya. Menurut Ibn Kathir, lalat adalah makhluk yang sangat kecil, bahkan bisa dianggap tidak penting dalam pandangan manusia, namun Allah menekankan bahwa segala ciptaan-Nya memiliki peran yang penting dalam alam semesta. Kemudian dalam tafsir Al-Jami' li-Ahkam al-Qur'an menekankan bahwa Al-Qur'an sering menggunakan perumpamaan untuk memberikan pelajaran tentang hakikat kehidupan dan kebesaran Allah. Dalam hal lalat, al-Qurtubi menyatakan bahwa makhluk ini digunakan sebagai simbol untuk mengingatkan umat manusia agar tidak meremehkan ciptaan-Nya yang terkadang tampak tidak penting atau remeh. Dalam tafsir kontemporer, beberapa mufassir modern melihat ayat ini sebagai panggilan untuk berpikir secara ilmiah dan reflektif tentang makhluk-makhluk kecil, termasuk lalat.