Mohon tunggu...
Rahma Zahra D
Rahma Zahra D Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya seorang mahasiswa prodi ilmu al-Qu'an dan tafsir di IAIN Kudus. Pada tahun 2024 akhir ini saya sudah menginjak semester lima.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tafsir Ilmi Surah Al-Hajj ayat 73-74Tentang Lalat Perspektif Sains

10 Desember 2024   20:06 Diperbarui: 10 Desember 2024   20:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Lalat perspektif Sains
Lalat sering ditemukan di rumah-rumah dan berbagai tempat di seluruh Indonesia. Beberapa spesies lebih umum daripada yang lain dan cenderung tertarik pada lingkungan tertentu yang sesuai dengan kebiasaan serta siklus hidup mereka. Memahami ukuran, perilaku, musim, dan siklus hidup spesies lalat yang berbeda dapat membantu dalam mengidentifikasi jenis lalat yang lebih efektif.

Lalat adalah serangga dari keluarga Diptera, yang berasal dari kata Yunani *di* yang berarti "dua" dan *ptera* yang berarti "sayap", yaitu serangga yang memiliki sepasang sayap. Diptera diperkirakan terdiri dari sekitar 240.000 spesies, termasuk di dalamnya nyamuk, dan sekitar 120.000 spesies di antaranya telah diidentifikasi. Lalat sering hidup di sekitar manusia, dan beberapa spesiesnya dapat menyebarkan penyakit serius. Lalat dikenal sebagai vektor penyakit yang berbahaya, karena setiap kali lalat hinggap di suatu tempat, sekitar 125.000 kuman dapat berpindah ke tempat tersebut.
Klasifikasi Lalat Menurut Sains
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Subkelas: Pterygota
Infrakelas: Neoptera
Superopdo: panorpida
Ordo: diptera
Secara ekologis, lalat memiliki peran penting dalam proses dekomposisi bahan organik. Mereka membantu menguraikan sampah organik seperti kotoran, bangkai, dan bahan organik lainnya, yang pada gilirannya mengembalikan nutrisi ke dalam tanah. Proses ini merupakan bagian dari siklus alam yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Namun, meskipun kontribusinya dalam ekosistem sangat vital, lalat juga dikenal sebagai vektor penyebar penyakit. Mereka dapat membawa berbagai mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Lalat berpotensi menularkan berbagai patogen, seperti Salmonella, E. coli, dan Shigella, yang dapat menyebabkan penyakit pencernaan jika mengkontaminasi makanan.

Lalat sering kali terpapar pada tempat-tempat yang kotor, seperti kotoran hewan, sampah, dan bangkai. Ketika mereka hinggap pada makanan atau permukaan yang digunakan oleh manusia, mereka berpotensi menularkan bakteri dan virus. Lalat juga memiliki sistem indra yang sangat peka. Salah satu contohnya adalah kemampuan mereka untuk mendeteksi bau dalam konsentrasi yang sangat rendah, yang memungkinkan mereka menemukan sumber makanan atau pasangan. Lalat merupakan objek yang menarik dalam penelitian ilmiah, terutama di bidang genetika. Drosophila melanogaster, atau lalat buah, sering dipakai dalam eksperimen genetika karena siklus hidupnya yang singkat dan struktur genetikanya yang sederhana.

B. Lalat Perspektif Al-Qur'an
(73) (74)

Artinya: "Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa".

Menurut tafsir Al-Misbah dalam ayat ini Allah memberikan perumpamaan untuk mengingatkan umat manusia khususnya kaum musyrikin, tentang kelemahan sesembahan mereka. Allah menunjukkan bahwa makhluk kecil seperti lalat, yang dianggap remeh dan hina, tidak bisa diciptakan oleh mereka yang disembah selain Allah, meskipun mereka berkumpul bersama-sama untuk menciptakannya. Bahkan jika lalat itu merampas sedikit saja dari apa yang mereka sembahkan, tidak ada yang bisa merebutnya kembali. Ini menggambarkan betapa lemah dan tidak berdayanya sesembahan mereka dibandingkan dengan kekuatan Allah. Oleh karena itu, perumpamaan ini menekankan betapa tidak masuk akalnya jika seseorang masih menyembah atau berharap manfaat dari selain Allah yang memiliki kekuatan mutlak. Kaum musyrikin sebenarnya tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan, karena mereka menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lebih lemah dari lalat itu sendiri. Allah adalah Maha Kuat dan Maha Perkasa, tidak ada yang dapat menghalangi kehendak-Nya.

Dalam penafsiran Al-Qurthubi, lalat disebut sebagai contoh dalam ayat ini karena sifatnya yang dianggap remeh, lemah, kotor, dan banyak. Jika makhluk kecil seperti lalat yang lemah dan kotor saja tidak bisa diciptakan oleh sesembahan kaum musyrikin, maka bagaimana mungkin mereka menyembah sesuatu yang tidak memiliki kekuatan untuk menciptakan bahkan makhluk yang demikian. Sayyid Quthub menambahkan bahwa menciptakan lalat sama mustahilnya dengan menciptakan makhluk besar seperti unta atau gajah, karena lalat juga memiliki rahasia kehidupan yang sulit dipahami. Al-Qur'an memilih lalat karena ketidakmampuannya untuk diciptakan lebih menggambarkan kelemahan sesembahan kaum musyrikin dibandingkan jika yang disebut adalah hewan yang lebih besar atau kuat.

Lebih jauh lagi, Sayyid Quthub menjelaskan bahwa lalat membawa penyakit dan bisa merampas hal-hal berharga dari manusia, seperti kesehatan, penglihatan, atau bahkan nyawa. Ini adalah alasan lain mengapa lalat disebutkan, meskipun terlihat kecil dan hina, lalat dapat menyebabkan kerusakan yang besar. Bahkan jika manusia bisa menangkap lalat, mereka tidak akan bisa mengambil kembali apa yang sudah dirampasnya, karena zat yang dikeluarkan oleh lalat saat menyentuh sesuatu dapat mengubah sifatnya.

Secara keseluruhan, ayat ini mengkritik keras penyembahan berhala, karena sesembahan yang seharusnya memiliki kekuatan untuk melindungi, justru digambarkan sebagai tidak mampu melindungi dirinya sendiri, bahkan terhadap sesuatu yang sekecil lalat. Ini menunjukkan betapa lemah dan tak bertenaganya berhala-berhala yang disembah oleh kaum musyrikin.

Dalam tafsir Ibn Katsir menjelaskan bahwa Allah menggunakan lalat dalam perumpamaan ini untuk menunjukkan kekuatan dan kebesaran-Nya. Menurut Ibn Kathir, lalat adalah makhluk yang sangat kecil, bahkan bisa dianggap tidak penting dalam pandangan manusia, namun Allah menekankan bahwa segala ciptaan-Nya memiliki peran yang penting dalam alam semesta. Kemudian dalam tafsir Al-Jami' li-Ahkam al-Qur'an menekankan bahwa Al-Qur'an sering menggunakan perumpamaan untuk memberikan pelajaran tentang hakikat kehidupan dan kebesaran Allah. Dalam hal lalat, al-Qurtubi menyatakan bahwa makhluk ini digunakan sebagai simbol untuk mengingatkan umat manusia agar tidak meremehkan ciptaan-Nya yang terkadang tampak tidak penting atau remeh. Dalam tafsir kontemporer, beberapa mufassir modern melihat ayat ini sebagai panggilan untuk berpikir secara ilmiah dan reflektif tentang makhluk-makhluk kecil, termasuk lalat.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa ayat ini mengkritik penyembahan berhala dengan menunjukkan bahwa sesembahan yang seharusnya memiliki kekuatan, ternyata tidak mampu melindungi dirinya sendiri, bahkan dari sesuatu yang sekecil lalat. Hal ini menggambarkan betapa lemahnya berhala yang disembah oleh kaum musyrikin.

C. Manfaat Lalat Menurut Hadits
Kata dzubab (lalat) dalam al-Qur'an surah Al-Hajj[22]: 73 dapat ditafsirkan dengan hadits nabi yang berbunyi:

:
Artinya: "Jika lalat hinggap ke minuman salah seorang diantara kalian, maka hendaklah ia menenggelamkannya, kemudian buanglah (lalat tersebut), karena sesungguhnya di salah satu sayapnya ada penyakit, dan di sayap lainnya ada obat."

Hadis ini telah diriwayatkan oleh sejumlah ulama hadis dalam berbagai kitab, di antaranya: Imam Bukhari dari Abu Hurairah (Sahih Bukhari: 3320, 5782), Imam an-Nasa'i dari Abu Said al-Khudri (Sunan an-Nasa'i: 4189), Imam Abu Daud dalam Sunannya dari Abu Hurairah (Sunan Abu Daud: 3346), Imam Ibn Majah dari Abu Said al-Khudri (Sunan Ibn Majah: 3459), Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya dari Abu Hurairah (Musnad: 6844), Imam Ad-Darimi dari Abu Hurairah (Sunan Ad-Darimi: 1951). Selain itu, hadis ini juga diriwayatkan oleh para imam hadis lainnya, seperti Imam Al-Baihaqi, Ibn Hibban, dan Ibn Khuzaimah. Dengan demikian, klaim Abu Rayyah yang menyatakan bahwa hadis ini hanya diriwayatkan oleh Abu Hurairah dapat dibantah.
Makna dari hadis ini adalah perintah untuk menjaga agar minuman terhindar dari hal-hal yang bisa mencemarinya, sehingga tidak membahayakan orang yang akan meminumnya. Namun, jika dalam kondisi darurat minuman tersebut terkena lalat, yang diketahui membawa bakteri, Nabi mengajarkan bahwa salah satu sayap lalat mengandung penyakit, sementara sayap lainnya mengandung obat penawar untuk penyakit tersebut.
Beberapa orang merasa keberatan jika lalat masuk ke dalam makanan atau minuman, lalu makanan atau minuman tersebut dimakan kembali setelah lalat tercelup di dalamnya. Namun, keberatan tersebut kurang tepat, karena mereka lupa bahwa tindakan itu hanya dilakukan dalam kondisi darurat. Misalnya, ketika seseorang berada di tengah padang pasir dan satu-satunya yang tersedia hanya segelas air atau minuman yang sudah terkena lalat, dan dia khawatir akan meninggal jika tidak meminum itu. Dalam keadaan seperti itu, dia harus menghindari dua bahaya sekaligus: bahaya kematian karena kelaparan dan kehausan, serta bahaya kematian karena kuman, bakteri, dan virus yang dibawa lalat.


Orang yang masih merasa keberatan dan tidak menerima kemungkinan untuk meminum minuman yang sudah tercampur lalat, padahal ia sendiri belum pernah berada dalam situasi darurat yang memaksanya untuk melakukan hal tersebut, tidak seharusnya langsung meragukan kebenaran hadis ini hanya karena ketidakterimaannya terhadap minuman yang tercampur lalat, yang dianggap kotor dan pembawa penyakit. Sebagaimana dijelaskan oleh Yusuf al-Qaradawi, hadis ini mengandung anjuran untuk menghadapi masalah duniawi, terutama dalam kondisi krisis ekonomi dan kekurangan bahan pangan, agar kita tidak membuang makanan yang sudah terkontaminasi lalat. Hadis ini juga mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan tidak boros dalam membina generasi yang lebih baik.
Dalam kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari dijelaskan bahwa lalat memiliki racun (kuman penyakit) yang terkandung dalam sengatnya, yang berfungsi sebagai senjata pertahanan dirinya. Ketika lalat jatuh atau hinggap pada sesuatu, senjata tersebutlah yang pertama kali menyentuh objek tersebut. Oleh karena itu, Nabi Muhammad memerintahkan agar lalat yang jatuh ke dalam makanan atau minuman dicelupkan ke dalamnya. Tujuannya adalah agar kuman penyakit yang ada pada lalat tersebut menjadi tidak berbahaya dan hilang dengan izin Allah, karena salah satu sayap lalat mengandung penawar yang dapat menetralisir racun tersebut. Dalam hal nilai medis, karena lalat mengandung racun yang berfungsi sebagai senjata pertahanan diri, Allah telah menyediakan penawar untuk menetralisir racun tersebut pada salah satu sayapnya.


Dapat ditarik kesimpulan bahwa Hadits ini mengajarkan untuk menjaga kebersihan makanan dan minuman dari hal-hal yang bisa mencemarinya. Namun, dalam kondisi darurat, seperti ketika seseorang hanya memiliki minuman yang telah terkena lalat, Nabi Muhammad mengajarkan bahwa meskipun lalat membawa bakteri, salah satu sayap lalat mengandung penawar yang dapat menetralisir racun atau kuman yang ada pada sayap lainnya. Oleh karena itu, dalam situasi darurat, minuman yang tercampur lalat dapat diminum tanpa membahayakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun