Ibu menatap nenek ini dengan penuh kebingungan. Pikirannya mencoba menelusuri kehidupan orang tuanya diwaktu masih hidup dulu. Tapi tak sedikitpun memorinya mengenal nenek tua itu. Kembali ibu bertanya,"ada perlu apa nenek dengan Zikra anak saya?." Suara Ibu sedikit agak keras dan kebingungan.
"Dimasa hidupnya, Jamaludin dan Rukayah menitip sesuatu untuk cucunya Zikra" penjelasan nenek itu. Ibu merasa agak kesal karena ucapan nenek ini hanyalah ngaur belaka. "maaf nek, saya ibunya Zikra anak dari kakek nenek Zikra yang nenek sebut, tapi saya tidak mengenal nenek dan orang tua saya pun tidak pernah bercerita kalau mereka punya teman yang Bernama Rabiah seperti yang nenek katakan." Penjelasan ibu Zikra panjang lebar kepada nenek itu. Zikra berusaha ngintip dari belakang ibu dengan kebingungan dan penuh ketakutan.
Lalu nenek itu maju lebih mendekat kearah Ibu Zikra sambil mengajukan bungkusan bewarna merah yang ada di tangan kirinya. Ibu Zikra berusaha mundur menghindari bungkusan yang diunjukkan nenek tua yang tidak dia kenal itu. Dengan penuh keheranan ibu Zikra menanyakan isi dari bungkusan itu.
Nenek tua itu menghela napas Panjang dan bercerita "lebih kurang 14 tahun yang lalu saya bertemu dengan Jamaludin dan Rukayah Di rumah sakit. Waktu itu saya sedang menunggui anak saya Banun yang melahirkan anak pertamanya. Dua hari setelah cucu saya lahir, Zikra pun lahir. Untuk meghubungkan Kembali silaturrahmi kami  yang sudah lama terputus oleh waktu dan tempat yang berjauhan.Â
Kami pun punya niat dan tekat yang sama untuk menjodohkan  cucu cucu kami. Tiga hari setelah itu saya dan suami menyerahkan sebuah cincin atas keseriusan maksud baik kami, begitu juga Jamaludin dan Rukayah. Awalnya cincin itu di pegang oleh Jamaludin namun sewaktu Jamaludin dirawat di rumah sakit,  waktu itu sebelum dia meninggal menitipkannya sama suami saya.Â
Sekarang suami saya pun sudah meninggal. Untuk itu supaya niat baik kami terwujud, cincin yang  untuk Raka cucu kami sudah dititip kepada Banun anak kami,  sementara cincin yang untuk Zikra masih di tangan saya.Â
Saya sudah tua, entah meninggal besok atau lusa, makanya sekarang ini saya serahkan bungkusan ini yang berisi sebuah cincin dan surat wasiat dari kakek dan nenek Zikra." Panjang lebar nenek tua itu menceritakan kesepakatan antara dia dan kakek nenek Zikra.
Ibu Zikra kaget dengan penjelasan nenek tua itu, apalagi  Zikra yang masih duduk di kelas tiga SMP. Zikra bermaksud berlari kedalam rumah, namun kakinya tak bisa dilangkahkan, sambil berusaha lari Zikra berkata "Tidaaak.."
"Zikra...Zikra.. Â bangun nak.. sudah subuh," kata ibu yang datang membangunkan Zikra. Zikra kaget dan langsung duduk dari tidurnya.."Alhamdulillah... ternyata aku bermimpi" ucap Zikra dalam hati. Zikra sadar ternyata itu hanyalah mimpi yang takkan mungkin terjadi.
Salam Bloger
Dharmasraya, 12 November 2022